Share

Bab 921

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-14 02:04:51

Teknik kijutsu secara tidak sadar mulai bekerja dengan sendirinya, dan sejumlah besar kekuatan spiritual memenuhi tubuh Nathan. Seolah-olah tubuh Nathan masuk ke dalam kondisi siap bertarung, ini membuat Nathan sangat kaget. Bahkan saat menghadapi situasi berbahaya, tubuh Nathan belum pernah berada dalam kondisi seperti ini, dan entah kenapa tubuhnya menjadi seperti ini sekarang, Nathan menjadi sangat berhati-hati.

Setelah berjalan beberapa menit, lorong makam mulai terbuka dan sebuah aula seluas ratusan kaki muncul, ini membuat kerumunan menjadi sangat gembira, mereka mengira sudah tiba di ruangan makam karena banyak harta karun pasti ditempatkan di dalam sana.

Orang-orang di belakang mulai bergegas menuju ruang tersebut, namun ruangan itu kosong, hanya ada beberapa bangku batu dan tidak ada apapun lagi. Bahkan peti mati pun tidak terlihat. Hal ini membuat semua orang tercengang. Jangan sampai pada akhirnya hanya sebuah makam kosong yang akan membuat pelatihan kali ini menjadi bahan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 922

    Nathan yang merasakan aura di makam kuno itu mengernyitkan keningnya. Dia tidak mengerti apa yang membuat teknik kijutsunya dapat bekerja dengan sendirinya.Saat ini, Jordan dan Remy membawa bawahannya berjalan ke arah Nathan. Semua orang bersiap untuk menonton dan tidak ada yang maju untuk menghentikan.Ging yang awalnya ingin mengatakan sesuatu dihentikan oleh Ryuki. Mengetahui itu adalah perintah Ryuki, Ging tidak mengatakan apapun lagi.“Nathan, kamu sudah mematahkan satu tanganku. Hari ini aku pasti akan membalaskan dendam itu. Meskipun Tuan Ryujin melindungimu, dia hanya mengatakan untuk tidak membunuhmu, bukan tidak boleh melumpuhkanmu. Hari ini aku akan mematahkan kaki dan tanganmu agar kamu menjadi orang cacat!” Aura membunuh muncul di tubuh Jordan. Tingkat puncak penguasa Ingras bisa dibilang merupakan tingkatan terbaik di generasi muda ini.“Nathan, muntahkan batu mata naga sekarang dan aku tidak akan mempersulitmu lagi. Kalau tidak, aku akan mengeluarkan seluruh isi perutm

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 923

    Jordan menatap Nathan seperti dewa kematian, tubuhnya gemetaran karena ketakutan. Meskipun ada dua puncak penguasa Ingras yang melindunginya, Jordan sudah ketakutan saat ini. Dia sama sekali tidak menyangka Nathan memiliki kekuatan yang begitu menakutkan."A-aku .…" Jordan bergegas mundur dan tidak tahu bagaimana harus menjawab Nathan."Nathan, nyalimu besar juga berani membunuh orang dalam pelatihan ini, kamu tidak menganggap keberadaanku?" Sebuah aura besar dan menakutkan membuat tubuh Nathan bergoyang dan mundur beberapa langkah. Ging perlahan-lahan berjalan mendekat dengan wajah penuh kemarahan.Saat Ging maju, hati Jordan menjadi jauh lebih tenang, setidaknya nyawanya tidak lagi berada dalam bahaya."Sebagai pemimpin pelatihan ini saja kamu tidak bisa bersikap adil, untuk apa aku harus mendengarkanmu? Mereka yang terlebih dulu mencari masalah padaku, apa matamu buta, tidak melihatnya?" Nathan tidak takut sedikitpun pada Ging, sepasang matanya menatapnya dengan tajam.Keberanian N

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 924

    Bachira Arteta, sosok ahli bela diri yang berada pada tahapan yang sama dengan Ging, menyerang Ging tanpa rasa takut sedikitpun.Ging segera menghindari serangan tersebut. "Tuan Muda Bachira, kalian tidak lebih dari tamu. Kalian juga ingin ikut campur dalam masalah Martial Shrine kami?" Ging berkata dengan raut wajah muram."Aku sudah tidak tahan melihatnya. Tidak ada yang menindas orang lain seperti kalian! Organisasi terkenal apanya? Martial Shrine Kota Moniyan kalian hanyalah sekumpulan penipu! Bertahun-tahun, berapa banyak kultivator hitam yang dibunuh oleh Martial Shrine Kota Moniyan? Setiap hari mengerjakan perintah atasan dan membuat kehebohan, menggertak keluarga dan organisasi bela diri lainnya!" Bachira mencaci maki Ging dengan keras, lalu mengulurkan tangannya untuk menarik Nathan berdiri."Kak Nathan, apa kamu baik-baik saja?" Abel berlari menghampiri dan bertanya dengan penuh perhatian.Nathan menggelengkan kepala, lalu berkata pada Bachira. "Tuan, terima kasih!""Bukan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 925

    "Akhirnya ketemu!" Nathan berkata dengan raut wajah puas."Apa itu?!" Abel menatap cahaya hijau yang berasal dari mata ukiran kepala. “Apakah ini berlian?!” dia mengira itu permata, dan mengulurkan tangannya untuk mengambilnya."Jangan disentuh!" Nathan menarik tangan Abel dan menghentikannya.Namun, semua orang yang melihat adegan ini langsung bergerak. Mereka tahu harta karun akan menjadi milik yang pertama mendapatkannya, lebih baik menyerang dulu daripada menderita kemudian, itulah sebabnya Nathan berada di urutan paling terakhir."Jangan ada yang bergerak!" Nathan berteriak keras.Tidak ada yang tahu perangkap macam apa yang ada di tempat ini, jika mereka sembarangan menyentuhnya dan memicu perangkapnya maka mereka akan berada dalam masalah besar. Namun perkataan Nathan tidak didengarkan. Di mata mereka hanya ada harta karun."Tuan Ging, tidak boleh membiarkan mereka sembarangan menyentuhnya, untuk mencegah perangkapnya diaktifkan!" Nathan segera berteriak pada Ging."Berhenti ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 926

    "Apakah kalian sudah mendengar perkataan Kepala keluarga Farhon?" Ging berteriak kepada semua orang.Semua orang mengangguk.Melalui kejadian ini, baik Ging maupun kerumunan orang itu telah mengubah pendapat mereka tentang Leorio. Mereka telah melihat kehebatan makam kuno ini."Kalian semua mundurlah. Seharusnya ada sebuah pintu batu di sini, ini bukan akhir," kata Leorio.Mendengar perkataan itu, semua orang bergegas melangkah mundur, termasuk Ging yang juga mundur beberapa langkah.Leorio menatap tiga permata hijau yang tersisa di dua kepala patung itu dan menarik nafas kecil. Dengan kedua tangannya, dia memancarkan gelombang energi dari telapak tangannya. Perlahan-lahan, tiga permata itu keluar dari kedua patung tersebut. Tiga permata yang meninggalkan patung seketika berubah menjadi cairan dan menetes ke tanah, mengikis lantai marmer.Melihat keempat mata patung itu kosong, Nathan mengulurkan tangannya dan menarik empat lubang tersebut, lalu memutarnya ke arah luar hingga dua pat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 927

    Dengan tatapan penuh penghinaan, Leorio berkata. "Tuan Ging, dua terowongan ini memiliki jalur yang sama persis. Berdasarkan pengalamanku, kita harus mengambil terowongan sebelah kanan.""Baik, kita lakukan sesuai dengan yang kamu katakan. Ambil jalur kanan," Ging mengangguk.Di sini, hanya Leorio yang memiliki pemahaman tentang makam kuno, jadi mereka harus mendengarkan Leorio.Melihat Ging dan yang lainnya hendak masuk ke terowongan sebelah kanan, Nathan langsung berkata. "Aku akan berjalan sendiri di terowongan sebelah kiri. Kalian saja yang masuk ke terowongan sebelah kanan!"Ging hendak menegur Nathan lagi, namun Farhon menghentikannya, "Tuan Ging, aku tidak bisa memastikan terowongan mana yang merupakan jalur menuju makam. Karena Nathan ingin mengambil jalur kiri, biarkan saja dia. Kedua jalur terowongan ini juga harus ditelusuri.""Tuan Ging, aku akan ikut dengan Nathan," Ryuki angkat bicara.Alasan Ryuki ingin ikut dengan Nathan adalah untuk mencari kesempatan melumpuhkan Nath

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 928

    "Tuan Muda, sekarang kita tidak bisa menyerang Nathan begitu saja. Tidak ada orang lain di sini, jika mereka tiba-tiba berniat membunuh, kita tidak akan bisa mengatasinya dengan baik," Kieran memperingatkan Ryuki.Jika Ryuki bersikeras ingin berurusan dengan Nathan, dan Nathan benar-benar berniat membunuh, ditambah Bachira, mereka akan mati di sini. Apalagi sekarang para keluarga dan organisasi bela diri sedang tidak berada di sekitar. Saat pelatihan berakhir nanti, mereka bisa beralasan bahwa perangkap terpicu."Omong kosong, aku tidak perlu diperingatkan olehmu!" Ryuki menatap Kieran.Kieran menundukkan kepalanya dan tidak berbicara lagi, hanya kilatan dingin muncul di matanya.***Di sisi lain.Leorio membawa Ging dan para keluarga serta organisasi bela diri lainnya terus berjalan di terowongan sebelah kanan. Karena ada Nathan, mereka semua merasa lega. Leorio yang sedang berjalan di depan tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, dia merasakan aura yang sangat menakutkan dan terdeng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 929

    Ging melihat nyamuk yang terus datang dan tidak punya pilihan lain. Dia berteriak pada kerumunan. "Lepaskan pakaian kalian, cepat!"Perkataan Ging membuat banyak orang tercengang. Mereka tidak mengerti kenapa harus melepaskan pakaian saat menghadapi nyamuk. Bukankah itu akan membuat nyamuk lebih mudah menyengat mereka?"Semuanya, kita akan menggunakan api untuk memusnahkan nyamuk-nyamuk itu. Karena di sini tidak ada bahan yang bisa dibakar, kita harus membakar pakaian kita!" Leorio menjelaskan.Setelah mendengar alasan itu, mereka hanya bisa melepaskan pakaian dengan tidak berdaya. Tidak lama kemudian setumpuk pakaian ditumpuk di pintu masuk terowongan. Leorio menaburkan bubuk api.Wussshh!Seorang murid keluarga Farhon melemparkan obornya dan api menyambar dengan deras, pakaian-pakaian itu terbakar di dalam kobaran api yang besar.Hal ini membuat nyamuk tidak bisa terbang keluar. Terus ada nyamuk yang mati terbakar saat mencoba menembus kobaran api. Leorio mengambil beberapa pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1081

    Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1080

    Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1079

    Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1078

    Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1077

    Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1076

    Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1075

    Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1074

    “Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1073

    Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status