Renne menatap Lowy, namun saat ini Lowy menatap Shari dengan sedikit kaget. “Kamu adalah Shari Himalaya, sang Bos obat itu?” Shari menangguk. “Benar, itu adalah aku!” Lowy sangat gembira dan bergegas maju untuk berjabat tangan dengan Shari. “Bos Shari, tidak disangka, kita akan bertemu disini! Aku hanya pernah mendengarnya dari temanku, kalau kamu juga orang dari Alagat, dan benar-benar tidak disangka, kita akan bertemu disini! Aku memang meminta bantuan temanku untuk membeli obat kesehatan di Gottfried Care Kota Takari. Sekarang, banyak orang yang ingin membelinya, tapi tidak ada cara untuk mendapatkannya!” Obat kesehatan memang sangat populer, karena hanya Nathan yang bisa meramunya, meskipun bahan obat yang digunakan untuk meramu obat kesehatan hanya bahan obat biasa, tapi Nathan tidak punya waktu sepanjang hari untuk meramu obat kesehatan. Dan, dia tidak mungkin menghabiskan terlalu banyak kekuatan spiritualnya. “Tuan Lowy, ada hal yang harus aku luruskan hari ini, harga tert
“Bocah, bahan obatnya sudah disini, bagaimana kamu akan meramunya? Kalau perlu dimasak, aku bisa turun tangan melakukannya!” Lowy ingin turun tangan langsung membantu Nathan meramu obat, dengan begitu dia akan bisa mempelajarinya dengan lebih intuitif.“Tidak perlu, obatku tidak perlu dimasak!” Nathan berkata, lalu tiba-tiba menjentikkan jarinya dan segera sebuah api berwarna merah menari-nari di jari Nathan.Ini membuat semua orang tercengang, dan mengira Nathan bisa melakukan trik sulap. Karena, mereka semua adalah orang biasa, selain melihat percikan api yang dibuat dengan menggosokkan tangannya di pertunjukan sulap, mereka tidak pernah melihatnya di bawah panggung.Nyala api di jari Nathan menjadi semakin intens dan suhu di ruangan itu juga meningkat dengan pesat. Sedangkan mereka semua, hanya menonton dengan tenang dan ingin melihat bagaimana cara Nathan melakukannya. Bahkan, Ryzen dan Nicole juga memperhatikan dengan seksama, walau mereka tahu kemampuan Nathan, tapi mereka belum
“Aaarrrgghhhh!”“Ah!”Baru saja Nathan selesai bicara, tiba-tiba ada suara raungan yang terdengar dari belakang dan diikuti oleh teriakan para pelayan, sebelum mereka semua menyadari apa yang terjadi, seorang pria paruh baya yang mengenakan piyama dengan rambut yang acak-acakan menerjang ke depan.“Ayah!” Vinson memanggil pria paruh baya itu.Pria paruh baya itu adalah kepala keluarga Keluarga Hinson, Cases Hinson.“Dasar kalian bajingan bodoh, sudah mengganggu meditasiku, masih berani mencuri harta karunku! Aku akan membunuh kalian semua!” Cases tampak sangat ganas, mulutnya membulat dan dia berteriak keras.Disusul teriakan Cases, hembusan angin bertiup ke dalam ruang utama dan membuat suhu di dalam ruangan mendadak turun dengan drastis.“Ah!”“Lari!”Brak!Melihat hal, ini banyak anggota Keluarga Hinson yang ketakutan dan ingin melarikan diri, namun baru berlari dua langkah, pintu utama langsung ditutup oleh hembusan angin.Melihat adegan ini, Renne bergidik ketakutan dan berkata d
“Tuan Nathan, kepala keluarga Hinson ….” Meskipun Shari tahu kalau Cases sudah menjadi hantu dan bukan dirinya lagi, tapi dia tidak bisa melihat Cases dibakar sampai mati begitu saja.“Tenang saja, nyala api itu tidak akan melukai tubuhnya,” Nathan berkata dengan tenang.Mendengar perkataan Nathan, anggota Keluarga Hinson menjadi lega. Nyala api itu membakar selama sepuluh menit dan Cases berteriak kesakitan selama lebih dari sepuluh menit.“Kamu masih tidak mau keluar? Apakah kamu ingin aku menggunakan api sungguhan untuk membakarmu hingga musnah?!” Nathan melihat hantu itu tidak mau keluar dari tubuh Cases dan raut wajahnya menjadi dingin.“Brengsek! Berani juga kau!” Setelah selesai bicara, terlihat kabut hitam keluar dari bagian atas kepala Cases, dan segera kabut hitam itu memadat menjadi bentuk seorang pria.Samar-samar terlihat kalau pakaian pria itu tampak agak usang tapi seluruh wajahnya terlihat sangat ganas, dan dua gigi taringnya terlihat. Ini membuat beberapa anggota Kelu
“Tidak!” Renne yang mendengarnya mengibaskan tangannya dengan ketakutan. “Tuan Nathan, kami tidak berani pergi kesana! Kakakku sudah menjadi seperti ini, itu karena pergi ke hutan keramat, yang pergi ada belasan orang dan yang kembali hanya kakakku seorang.” “Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka di dalam hutan keramat?” Nathan tahu kalau hantu biasa tidak akan merasuki dan menyakiti manusia dengan mudah. Apalagi, sampai berani masuk sampai ke rumah, karena ini adalah rumah biasa dan lebih banyak manusia, hantu paling tidak suka dengan tempat seperti ini. Dan sekarang, hantu itu malah merasuki Cases dan ikut pulang ke rumahnya, dan mengatakan akan membunuh anggota Keluarga Hinson, jelas pasti ada sesuatu yang tidak diketahui. “Itu …. Aku juga tidak terlalu tahu, harus bertanya langsung pada kakakku,” Renne juga tidak tahu apa yang terjadi di dalam hutan keramat. Dan pada saat ini, Cases membuka matanya setelah menarik nafas panjang. “Ayah! Kamu bangun!” “Suamiku …. akhirnya ka
“Setelah kakakku mengutus seseorang untuk memberitahu kami, aku segera membawa orang untuk pergi ke sana. Namun saat itu, kakakku terbaring di tanah dan sudah tidak sadarkan diri, dan orang-orang lainnya sudah menghilang tanpa jejak. Kami sudah mencari seharian dan tidak bisa menemukan mereka. Dan ginseng itu masih ada di sana, aku juga tidak berani menyentuhnya dan memerintahkan orang untuk membawa kakakku kembali,” Renne melanjutkan cerita Cases. Nathan mengangguk kecil. “Benar kalau seperti itu, pantas saja saat aku masuk aku merasakan hawa panas yang begitu berat di kediaman Keluarga Hinson, ternyata kalian menggali kuburan leluhur seseorang!” “Tuan Nathan, lalu apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Apakah hantu itu akan kembali?” Renne bertanya dengan cemas. “Sekarang kalian bawa aku pergi melihat ginseng puluhan ribu tahun itu dan juga sekalian melihat kuburan itu, agar hantu-hantu itu tidak kembali menghantui Keluarga Hinson,” Nathan berkata dengan tenang. Mendengar perk
“K-kalau begitu …. tulang-tulang manusia ini, adalah korban perang?” Renne bertanya dengan suara pelan pada Nathan. “Belum tentu,” Nathan menggelengkan kepalanya. “Kalau ingin tahu bagaimana orang-orang ini bisa mati, maka harus bertanya pada mereka!” Setelah selesai bicara, Nathan menjentikkan tangannya dan tiba-tiba sebuah nyala api muncul di tangannya. Baam! Api itu meledak di udara seperti kembang api yang bermekaran. Namun seiring dengan ledakan api itu, tiba-tiba ada banyak partisipasi dan seketika langit menjadi gelap dan kabut hitam yang tidak terhitung jumlahnya menghalangi sinar matahari. Kabut hitam itu seperti hantu dengan gigi taring dan cakar yang tidak berhenti berteriak, dan gumpalan kabut hitam itu jatuh ke tanah. Seketika, kabut-kabut itu membentuk sosok manusia, itu adalah hantu yang tadi kabur dari kediaman Keluarga Hinson. “Ah!” Cases terkejut dan berteriak. “A-apa ini?!” Hanya saja, orang-orang yang tadi sudah melihatnya tidak terlalu heboh, dan pada saat
Merasakan tatapan semua orang, Cases tersipu malu dan menundukkan kepalanya dengan canggung. “Kalian mati demi melindungi bangsa dan negara, tapi kalian tidak boleh membunuh begitu banyak orang hanya karena mereka menggali tulang kalian!” ujar Nathan.Sosok Hantu itu menunjuk ke barat dan berkata. “Orang-orang itu tidak mati, mereka hanya terjebak di dalam hutan, sekitar 500 meter ke arah barat.”Saat Vinson mendengar kalau orang-orang itu tidak mati, dia bergegas mencari ke arah barat. Dan benar saja, dia membawa kembali lebih dari selusin orang tidak lama setelah itu. Tapi karena sudah beberapa hari terjebak di dalam sini, jelas mereka terlihat sangat menyedihkan.Melihat orang-orang yang kembali, Cases menyesali perbuatannya, dia tidak seharusnya tamak akan kekayaan dan mencelakai orang-orang ini. Sedangkan Nathan, dia melihat kalau hantu itu tidak benar-benar menyakiti siapapun, dan saat hidup, mereka merupakan tentara, seketika dia kehilangan rasa permusuhannya.“Ginseng puluhan
“Tutup mulutmu!” Ging menoleh, tatapannya membuat Russel terkejut dan segera diam. Kemudian Ging kembali berkata. “Nathan, kamu mempermalukanku di makam kuno. Hari ini, aku datang untuk membalaskan dendam itu!” Pakaian Ging bergerak meski tak ada angin, lalu tiba-tiba, sosoknya menghilang. Detik berikutnya, Ging muncul di atas kepala Nathan, tubuhnya bercahaya seperti meteor yang melesat. Tanah di bawah kaki Nathan retak, tekanan yang dihasilkan Ging semakin besar, memaksa kaki Nathan terbenam ke dalam tanah. “Pukulan Meteor!” teriak Ging, cahaya keemasan di tubuhnya semakin terang. Russel, yang menyaksikan pemandangan itu, tersenyum lebar. Kemenangan sepertinya sudah di depan mata. “Hahaha …. Nathan, kali ini kamu pasti mati! Ini adalah jurus mematikan milik Ketua Ging, Pukulan Meteor! Tak ada orang yang bisa menahan pukulan ini. Aku akan melihatmu hancur berkeping-keping!” Russel tertawa terbahak-bahak, kegirangannya tak terbendung. Nathan mengabaikannya. Dia menyimpan ped
“Nathan, aku salah. Aku tahu aku salah. Ke depannya, keluarga Ransom bersedia mendengarkan perintahmu dan mematuhi perkataanmu!” Russel menundukkan kepalanya, kepala yang terhormat itu kini tunduk pada seorang pemuda berusia dua puluh tahunan. Saat ini, kehormatan dan reputasi tak lagi penting. Yang tersisa hanyalah satu kesempatan untuk bertahan hidup. Selama dia masih hidup, masih ada harapan untuk bangkit kembali. “Jika aku membunuhmu sekarang, seluruh kekuatan Ransom akan berada di bawah kendaliku,” ucap Nathan, suaranya dingin seperti es. Tatapan matanya menusuk, tak ada belas kasihan. Saat Nathan selesai berbicara, dia mengangkat pedang Arunanya tinggi-tinggi, bilahnya memancarkan cahaya keemasan yang memancarkan aura kematian. Russel menatap pedang itu, matanya dipenuhi ketakutan. Tapi dia tak bergerak. Kepercayaan dirinya sudah hancur. Dia tahu, bahkan jika dia mencoba menghindar, hasilnya akan tetap sama. “Hentikan!” Tiba-tiba, suara teriakan yang menggema memecah
Russel berdiri dengan angkuh, matanya menyala dengan kemenangan. “Aku sudah bilang, di dalam formasi ini, aku adalah sang penguasa.” Tapi tiba-tiba, Nathan perlahan bangkit. Sisik-sisik yang rontok mulai tumbuh kembali, cahaya keemasan di tubuhnya bersinar lebih terang dari sebelumnya. Russel tertegun, matanya membelalak. “Kamu .… Bagaimana kamu masih bisa berdiri?” Nathan menatapnya, senyumnya penuh keyakinan. “Kamu pikir formasi kecilmu bisa menghentikanku? Aku bukan sekadar musuh yang bisa kau remehkan, Russel.” Raut wajah Russel berubah drastis, pukulannya tadi sudah menggunakan energi dari lima orang puncak penguasa Ingras, tapi masih tidak bisa membunuh Nathan.“Aku akan menunjukkan padamu, siapa penguasa sebenarnya!” Nathan mengangkat pedang Arunanya tinggi-tinggi, nyala api menyembur dari bilahnya, mendesis seperti ular naga yang bangkit dari abu. Suaranya menggema ratusan meter, menghanguskan udara di sekelilingnya. Russel menatap Nathan, matanya membelalak. Aura ya
Russel menatap Nathan dengan kaget, merasakan aura yang mengerikan. Dalam benaknya, kekuatan Nathan sudah hampir mencapai tahap Villain. Namun, sosok Nathan hanya tampak seperti puncak penguasa Ingras yang baru saja menerobos tahap, dan Russel tidak bisa memahami bagaimana dia bisa meledakkan kekuatan yang begitu luar biasa.Russel bukanlah orang yang asing dengan pembunuh berbakat. Banyak ahli bela diri jenius yang pernah menantang lawan dengan kekuatan satu atau dua tingkat di atas mereka. Namun, sosok seperti Nathan—yang mampu menerobos sebuah tahap besar dengan begitu mudah—benar-benar langka. Russel tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.“Kamu tidak perlu tahu tentang diriku,” Nathan berkata, suaranya dingin seperti es. “Yang perlu kamu tahu adalah, kamu akan segera bertemu lagi dengan putramu!”“Hmm, kamu tidak perlu sesombong itu. Kamu kira aku hanya memiliki kekuatan seperti ini?” Russel mendengus dingin, berusaha menegaskan keberaniannya. “Kalau kamu punya kemampua
"Kabur?" Bisiknya menggelitik tengkuk para anggota Keluaraga Yaju yang sedang memanjat tebing. "Kalian pikir neraka punya pintu keluar?"Swooossshhhh!Tubuhnya melesat melebihi kecepatan kilat. Setiap kali kilatan pedangnya berkelebat, sepasang matanya membeku, tubuh tanpa kepala masih berlari-lari sebelum akhirnya roboh. Darah menyembur dengan ngeri membentuk hujan di atas rerumputan. Di lereng bukit keluarga Calderon, mayat-mayat bergelimpangan membentuk spiral mistis—mulut terbuka dalam koor bisu, tangan terkunci dalam posisi memohon."Ka-kakak! Dia …. dia di belakangmu!" Ferdi menjerit sambil menunjuk ke bayangan yang sedang berjalan di dinding tebing. Kakinya basah—tidak tahu apakah itu keringat atau air seni—tapi yang pasti, bau amonia menusuk hidungnya. Setiap kali kelopak matanya berkedip, dia melihat kepala James bergulir pelan, lalu berubah menjadi wajahnya sendiri yang mungkin akan menjadi giliranya."Na-Nathan—" Russel terisak sambil memanjat dengan kuku yang berdarah-dara
“Maaf aku datang terlambat,” Nathan menatap Nelson dan Abel yang berlumuran darah, niat membunuh di dalam dirinya semakin membara, seolah-olah darah mereka adalah bahan bakar untuk amarahnya.“Tuan Nathan, bisa melakukan sesuatu untukmu adalah kehormatan dalam hidupku, namun sayangnya—” mata Nelson memerah, air mata menetes di pipinya. “Keluarga Calderon sudah lenyap. Sepertinya ke depannya aku tidak akan bisa melakukan apapun lagi untuk Tuan Nathan!”“Keluar dari kegelapan, keluarga Calderon tidak akan lenyap selamanya. Kita bisa membangunnya kembali,” Nathan menjawab dengan tegas, suaranya penuh keyakinan. “Mulai hari ini, seluruh aset milik Yaju dan organisasi lainnya akan menjadi milik keluarga Calderon. Aku akan menunjukkan kepada komunitas bela diri di Kota Moniyan bahwa keluarga Calderon adalah milikku, dan tidak akan ada yang berani menyentuhnya!”Setelah Nathan selesai berbicara, dia perlahan berbalik. Cahaya bersinar di tangan kanannya, dan pedang Aruna muncul dengan kilauan
Kekuatan Nelson seharusnya jauh lebih besar dibandingkan James, namun saat ini, dia terkulai lemah, energinya hampir habis terkuras. Tak ada cara baginya untuk menahan serangan mematikan dari James yang kini mengamuk.“Ayah!” teriak Abel, bergegas maju untuk memapah Nelson, matanya menyala dengan kemarahan yang membara, menatap James seolah ingin membalas setiap tetes darah yang telah tumpah.Tatapan mata Abel dipenuhi kebencian yang membara. Dia membenci dirinya sendiri yang merasa tak berguna, membenci masa lalunya yang hanya tahu minum-minum tanpa berlatih, dan membenci ketidakmampuannya untuk berkontribusi pada keluarga Calderon. Rasa frustrasi itu menggerogoti jiwanya, mengubahnya menjadi bara yang siap membara.“Aku akan mengantar kalian menuju kematian, lalu membunuh Nathan!” ancam James, suaranya penuh kebencian saat dia melayangkan pukulannya lagi.Namun, sebelum tangannya meluncur, Russel segera menghentikannya, menggelengkan kepala dengan tegas. “Kita harus menunggu Nathan
Keluarga Calderon.Udara dipenuhi bau besi menyengat dari darah yang menggenang, menyelimuti tanah bak kabut merah. Mayat-mayat berserakan seperti daun kering di musim gugur, wajah mereka membeku dalam ekspresi teror terakhir. Denting pedang dan jerit kematian masih bergema, sisa-sisa pertempuran yang mengubah kediaman megah Calderon menjadi neraka berdarah. Dua pasukan—Ransom dan Yaju—mengurung sisa keluarga Calderon dalam lingkaran besi. Nelson dan Abel, dengan luka menganga di tubuh, berdiri membelakangi satu sama lain. Dari ratusan anggota keluarga, hanya belasan yang tersisa. Napas mereka berat, mata berkaca-kaca, tapi tangan masih mencengkeram senjata dengan getaran kemarahan yang tak padam. Russel, pemimpin keluarga Ransom, melangkah maju. Pedangnya berkilat di bawah sinar bulan yang pucat, bayangannya seperti siluet maut. "Nelson!" suaranya menggelegar. "Kita pernah bertarung bahu-membahu di Perang Disaster! Tapi kau memilih jadi anjing peliharaan Nathan—bocah yang membant
“Ketua Sancho, kalau ada masalah bisa dibicarakan baik-baik. Kamu datang ke kepolisian dan menyerang Tuan Nathan. Kalau aku melaporkannya kepada Tuan Ryujin, apa kamu bisa menjelaskannya?” Milan melihat Nathan yang sudah tidak tahan dan segera mengancam Sancho.Mendengar Milan berkata seperti itu, Sancho menarik kembali auranya dan menatap Nathan dengan dingin. “Nathan, karena aku masih menghargai Tuan Ryujin, aku bisa mengampunimu kali ini. Tapi kamu harus menyerahkan lukisan yang kamu temukan di makam kuno itu kepadaku!”“Aku yang menemukannya. Atas dasar apa aku harus menyerahkannya kepadamu? Jika kamu punya kemampuan, bunuh saja aku hari ini. Aku tidak akan mungkin menyerahkan lukisan itu padamu,” Nathan menjawab tegas, menyadari betapa berharganya lukisan itu. Mana mungkin dia menyerahkannya kepada Sancho.“Hmm, orang sepertimu merasa layak memiliki lukisan itu? Barang itu di tanganmu sama saja dengan menyia-nyiakan benda pusaka!” Sancho berteriak marah. “Serahkan lukisan itu sek