Villa Ascalon.Kamar pribadi Nathan terlihat dipenuhin oleh asap hitam yang mengepul. Dia sedang duduk dengan konsentrasi penuh untuk melatih energi spiritualnya.“Kekuatan ini ….” Nathan dengan lembut mengepalkan tangannya dan merasakan kekuatan dalam tubuhnya. “Aku bisa mencapainya?!“ serunya dengan semangat.Sekarang, Nathan telah mencapai tahap Master tingkat lima. Ketika dia di penjara selama lima tahun dan berlatih di bawah bimbingan Marcel, dia baru saja menerobos tahap keempat dalam latihan Master ini. Tapi kemarin, dia menyerap kekuatan sembilan naga dan langsung bisa menerobos tahap kelima!Nathan sepertinya menemukan cara untuk mempercepat pelatihannya. Selama dia bisa menyerap lebih banyak kekuatan lainnya dan melatihnya maka kekuatannya akan berkembang pesat.Sangat disayangkan, bahwa hal semacam ini tidak selalu bisa ditemukan. Di mana kita dapat menemukan begitu banyak energi seperti dari sembilan naga itu.Tiba-tiba, saat Nathan sedang berlatih, terdengar suara teriaka
“Jangan banyak tanya, deh! Ini bahkan lebih penting daripada acara perkawinan!” Sarah menarik Nathan dan pergi untuk membeli sepatu dan jam tangan. Dia langsung merubah Nathan menjadi pria kaya dan tampan.Nathan hanya bisa pasrah dan diseret oleh Sarah, dan lama kelamaan barang yang ada di tubuh Nathan semakin banyak. Sarah menghabiskan ratusan juta untuk membeli dasi, tali pinggang dan bahkan sebuah korek api untuk Nathan. Dengan barang yang Nathan pakai dari kepala ke kaki setidaknya ada ratusan juta.“Bukankah ini terlalu berlebihan?!” Memakai semua itu, Nathan merasa sendiri tidak berani untuk berjalan keluar.Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh orang kaya seperti Sarah. Menghabiskan puluhan juta untuk sebuah pakaian dan ratusan ribu untuk membeli sebuah korek api. Apa makna dari itu semua?“Tidak ada yang berlebihan tentang hal ini. Kamu dulu memakai pakaian yang terlalu lusuh. Aku tidak akan membiarkanmu berpakaian seperti itu lagi, atau aku akan ditertawakan oleh orang
“Tidak perlu,” ucap Nathan dengan tatapan dinginnya seraya berkata. “Tangan busukmu tidak layak menyentuhku, aku tidak ingin pakaian baruku kotor karena disentuh oleh tangan yang berlumuran darah!” selesai berkata, dia menggunakan tisu untuk membersihkannya sendiri.‘A-apa?!’ Sindy yang mendengar ucapan pria di hadapannya tiba-tiba menaikkan alis kanannya. ‘Barusan, dia bilang …. tangan yang berlumuran darah?!’ dia memicingkan mata dengan curiga. “Apa maksudnya tanganmu yang berlumuran darah?” tanyanya membuat Sherly tersentak.“Omong kosong! Narapidana itu, dia hanya membual! Mungkin dia stres karena baju itu dibelikan oleh Sarah, ya aku sangat yakin baju itu pemberian dari Sarah!” jawabnya dengan hati yang campur-aduk.Mendengar ucapan yang terlontar dari mulut mantan kekasihnya itu, Nathan memutar bola matanya. Dia tidak memiliki waktu untuk mengurus kedua orang ini, dia memiliki hal yang lebih penting dari ini.“Ayo kita pergi!” Nathan menarik tangan Sarah, melangkah lebar meningg
Rendy yang mendengar bisikan itu memandang ke arah yang ditunjuk Sherly. “Kita harus memberinya pelajaran kali ini!”“Setuju!”Sherly segera mengikutinya, matanya penuh rasa benci menatap Nathan, kejadian di mall tadi, Sherly masih tidak bisa melupakannya.“Nathan, orang sepertimu layak berada disini? Tahu tidak, siapa orang-orang yang datang kesini?” ujar Rendy menatap Nathan dengan gaya arogan. “Apa kamu tidak sadar diri, hah?” Nathan yang mendengar suara itu hanya menatapnya dengan datar.“Nathan, mana gayamu yang brutal seperti waktu di mall? Dimana Nona Sarah? Kenapa dia tidak membawamu masuk? Apakah dia sendiri juga tidak bisa masuk?”“Cuih!”Sherly kembali meludahi Nathan, kali ini ada Rendy, dia tidak takut jika ada yang berani menyuruhnya mengelap pakaian Nathan lagi.Tatapan mata Nathan menajam. “Ingat, sebentar lagi aku akan menyuruhmu menjilat kembali seperti seekor anjing!”“Hahaha ….” Sherly tertawa terbahak-bahak. “Kamu kira siapa kamu, hah?! Menyuruhku menjilat? Kamu
Di dalam hotel.Semua orang mengelilingi Zayn, wajah mereka terlihat penuh hormat, ada yang mengetahui Zayn suka mengoleksi barang antik, sehingga mencarinya kemana-mana, lalu menghadiahkan kepadanya. Disamping Zayn, seorang pria paruh baya yang berperawakan tegap, dengan tatapan yang dingin, dia terlihat sangat waspada.Santo Abigail, pengawal pribadi Zayn, mantan personil pasukan elit The Falcon dari pemerintahan. Ketika Zayn masih berada diSherly, dia sudah menjadi pengawalnya, sekarang Zayn sudah pensiun, Santo ikut pensiun, senantiasa menjaga keselamatan Zayn!Santo selalu berada disisi Zayn setiap kali dia muncul dihadapan orang banyak, untuk melindunginya!“Para hadirin, hari ini saya mengundang kalian, pertama-tama tidak menerima hadiah, kedua tidak membahas tentang hal apapun, hanya ingin memperkenalkan seorang teman baru, kalian jangan terlalu waspada!” Zayn melambaikan tangannya, memberi kode supaya para hadirin tenang, dengan suara keras berkata.Sebenarnya banyak orang y
“Tuan Nathan, silahkan duduk,” Ryzen maju, dan melakukan gerakan mempersilahkan untuk Nathan. Nathan juga tidak segan-segan, dia langsung berjalan menuju kursi utama. Kemudian, beberapa orang mulai mengerumuninya, meskipun mereka tidak mengenal Nathan, tapi mereka tahu, dikemudian hari Nathan pasti akan menjadi tokoh berpengaruh di kota Vale. Orang yang dihormati Zayn dan Ryzen, dan merupakan menantu dari keluarga terkaya Wibowo, orang seperti ini tidak boleh diprovokasi.Kevin dan Sarah saling bertatapan dengan terkejut, lalu mengikutinya. Setelah Nathan duduk, Zayn duduk disisinya, dan disisi lain kosong, tidak ada yang berani duduk.“Nona Wibowo, tempat ini untukmu, kalian berdua harus duduk berdampingan!” Zayn melambaikan tangannya kepada Sarah dan tersenyum ceria.Wajah Sarah merona merah, wanita itu duduk disamping Nathan dengan malu, Kevin duduk disisi lain Sarah, seharusnya yang duduk ditempat ini adalah Ryzen. Hanya saja, jika Nathan dan Sarah adalah pasangan kekasih, maka K
Di dalam acara pesta, Sarah berbisik kepada Nathan dengan penasaran. “Nathan, kenapa kamu bisa mengenal Tuan Zayn? Dan Tuan Zayn sangat segan padamu, kamu adalah bintang utama di pesta ini! Sial, kamu bahkan tidak memberitahuku!”“Sewaktu itu kamu terburu-buru menarikku pergi, tidak memberitahuku kita akan datang menghadiri pesta ini, kan? Hahaha …. Setelah mengetahuinya, aku ingin memberimu sebuah kejutan!” Nathan tertawa berkata.“Kejutan ini besar sekali, saat itu aku sangat ketakutan, kamu jahat sekali! Lain kali, kamu tidak boleh menyembunyikan sesuatu dariku!” Sarah meninju ringan dada Nathan, sedikit menggoda.Nathan segera menangkap tangan Sarah, pandangan mata mereka saling beradu. Tidak ada interaksi, juga tidak ada pergerakan, hanya saja tatapan mereka berdua terlihat saling memikat. Perlahan, Nathan mendekatkan kepalanya ke arah Sarah, hembusan nafas dapat terasa semakin dekat dan semakin dekat. Sarah ingin menghindar, tetapi dia merasa sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak
“Ryzen! Akhirnya kita bertemu.” sahut Ruis menatap dingin ke arah Ryzen. “Hari ini aku akan membunuhmu! Nocturnal akan menjadi milikku!”“Kurang ajar!”Zayn menggebrak meja dengan keras, amarahnya memuncak!Orang-orang yang hadir dikejutkan oleh amarah Zayn, melihat dia mengamuk, Santo yang berdiri di sampingnya langsung melesat dengan cepat, dan mendarat tepat di depan Zayn.“Ruis!” teriak Santo dengan amarah. “Beraninya kau melawan tuan Zayn!”Aura membunuh menguar dari dalam tubuh Santo, pria itu meregangkan tubuhnya bersiap menyerang kapanpun.Melihat sikap Santo yang siap bertarung, Ruis mengerutkan keningnya dengan kuat. “Santo, jika hari ini terjadi pertarungan sengit, kamu tidak pasti bisa mengalahkanku! Lagi pula, hari ini aku membawa banyak sekali anak buahku!”“Hahaha …. menang atau kalah, itu urusan nanti!” Santo mendengus dingin, langsung mengambil ancang-ancang.“Tuan Zayn, aku tidak bermaksud melawanmu, tapi, karena kamu memaksa, Klan Martyr tidak akan tinggal diam!” Ma
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u
Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b
Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P
Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago
Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda
Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo
Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali
“Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten
Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend