Segera, dengan arahan Frank, Nathan dan yang lainnya sampai pada sebuah halaman, halamannya sangat kecil, dan di sudut halaman itu digunakan untuk memelihara ayam dan bebek sehingga udara yang ada disana sangat bau. Sarah mengernyitkan keningnya setelah memasuki halaman itu, dia segera menutup hidung dan mulutnya, karena tidak tahan dengan baunya, Sarah sangat jarang datang ke tempat seperti ini. Sedangkan Nathan tidak merasakan apapun, dia sudah tinggal di kampung selama bertahun-tahun sebelum akhirnya pindah ke kota dengan orang tuanya.
Baru memasuki sebuah kamar, Nathan dan yang lainnya mendengar suara teriakan dan tangisan yang melengking, hal itu terdengar sangat menakutkan.
“A-Aku mau membunuh mereka! Aku mau membunuh mereka! Aku sudah menjadi ibu suri, aku akan menghukum mati kalian!”
“Frank, sebelum sakit, apakah istrimu memakan sesuatu? Kenapa bisa keracunan?” Frank mengernyitkan keningnya dan memikirkannya kembali, lalu menggelengkan kepalanya. “Sepertinya dia tidak memakan apapun, setelah pulang dari berziarah, kami hanya makan seperti biasa, aku juga ikut makan. Tapi, kenapa aku tidak keracunan?” Seketika itu Zayn juga tidak tahu harus berkata apa, dia hanya menatap Nathan. “Coba ingat-ingat lagi, apakah istrimu memakan sesuatu setelah berziarah, meminum air, memakan buah-buahan atau tanaman liar, atau memegang sesuatu yang ada disekitar sana?” Nathan kembali bertanya kepada Frank. “Tidak, tidak melakukan apapun!” Hanya saja, saat menjawab, Frank menghindari tatapan mata Nathan.
“Bisa!” Nathan menganggukkan kepalanya, dia mengembalikan buah itu kepada Frank, lalu mengeluarkan jarum perak dan mulai menusukkannya pada istri Frank dengan cepat. Setelah sesaat, istri Frank tersadar dan memuntahkan seteguk darah hitam. Nathan melambaikkan tangannya dan mengambil kembali semua jarum perak, lalu menyimpannya ke dalam kantong kain. “Sudah, dia akan pulih setelah istirahat beberapa hari,” Nathan berkata pada Frank. “Istriku, istriku ….” Frank bergegas menghampiri istrinya dan memanggilnya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya, dan melihat begitu banyak orang di kamarnya, lalu bertanya dengan heran. “Frank, kenapa ada banyak orang dirumah kita?”
“Hahaha, tidak diragukan lagi memang putra orang kaya!” Richard sedikit kaget, Rendy langsung memberikan uang 500 juta dengan gampang.Namun setelah itu, senyuman Richard tiba-tiba sirna, dan menatap Rendy dengan serius. “Aku tahu kalau Ryzen berhutang budi kepada Keluarga Orton, kenapa kamu tidak mencarinya untuk membalas dendam kepada musuhmu? Lagipula, pengawal Keluarga Orton juga tidak sedikit, kenapa sampai harus mencari kami?”“Kami—Klan Martyr— dan Klan Nocturnal dari dulu tidak pernah cocok, Tuan Rendy tidak mencari Klan Nocturnal, malah datang pada Klan Martyr, bukankah ini sedikit aneh?” Richard tahu kalau Ryzen berhutang budi pada Keluarga Orton, hal itu sudah bukan rahasia.“Hm, jangan bahas Ryzen yang tidak tahu balas budi itu lagi, kalau bukan karena Keluarga Orton, dia pasti sudah mati sejak dulu!" Dengus Rendy dengan kesal. "Sekarang, dia malah menjadi budaknya Keluarga Wibowo, dan memutuskan hubungan dengan Keluarga Orton!” Rendy yang mendengar nama Ryzen seketika men
Nathan menghentikan mobilnya, dan seorang petugas keamanan segera menghampirinya untuk menanyai keperluannya. Tapi saat Nathan menurunkan jendela mobilnya, petugas keamanan yang melihat Nathan seketika termenung.Dan baru tersadar setelah sesaat. “Oh ternyata Anda, Tuan Nathan, ya? M-maaf, silahkan masuk!”Nathan sempat tinggal di vila diatas gunung untuk sementara waktu, perlu diketahui kalau itu adalah unit paling mahal yang ada di Villa Ascalon, jadi para petugas keamanan itu sudah mengenali Nathan.“Tidak masalah!” Nathan tersenyum.Segera, petugas keamanan itu melambaikan tangannya. “Cepat buka gerbangnya, Tuan Nathan sudah datang!"Saat petugas yang ada didepan pintu mendengarkan nama Nathan, dia bergegas membuka gerbang, dan segera membungkuk saat mobil Nathan melewatinya. Tapi pada saat Nathan hendak melewati gerbang, sebuah mobil Jaguar tiba-tiba menerobos dan ingin mendahului Nathan untuk masuk ke dalam area perumahan.Brak!Nathan tidak sempat mengerem mobilnya, dan menabra
Nathan yang melihat Lisa dan yang lainnya juga bertanya dengan bingung. “Apa yang membuat kalian datang kemari?”“Kamu bertanya kepada kami? Seharusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri sedang apa disini? Kami datang kemari untuk membeli rumah, kamu kemari untuk apa?” Andrew bertanya dengan wajah jijik. Dia melihat Nathan lalu melihat mobil Nathan yang menabrak Jaguar didepannya, lalu tertawa bahagia. “Nathan, sepertinya keahlian menyetirmu buruk, kenapa sampai menabrak mobil orang? Atau kamu ingin ikut mobil penghuni untuk menerobos masuk?"Kate yang melihat Nathan menabrak mobil orang lain yang merupakan sebuah Jaguar juga berteriak kaget. “Nathan, kamu mendapat jackpot! Kamu menabrak sebuah Jaguar, mobil ini harganya miliaran, menjual mobilmu saja pasti tidak cukup untuk mengganti rugi!”“Aku bisa mengganti rugi atau tidak juga bukan urusan kalian!” Nathan berkata dengan sinis.“Nathan, aku beritahu ya, perusahaan tidak akan membayarkan gajimu lebih awal, kamu untuk apa berkeliaran
“Sialan, apa katamu?!” Pria itu mengernyitkan keningnya dan mulai berteriak marah.Dia tidak percaya Nathan yang hanya seorang diri berani mengatakan hal seperti itu didepan dia yang membawa banyak anggotanya.“Nathan, kamu gila, ya? Apa kamu bosan hidup?!” Lisa menegur Nathan dengan keras.Sedangkan wajah Andrew seketika memucat. “Nathan, jangan berlagak lagi, walaupun kamu berlutut sekarang, kami juga tidak akan menertawaimu! Kami juga tidak akan berkata apapun pada perusahaan!”“Benar, kami tidak akan mengatakan apapun, berlututlah! Kalau tidak, kamu akan dipukuli oleh mereka, sebaiknya kamu berlutut saja!” Kate juga terkekeh.“Kalau kalian suka berlutut, kalian saja yang berlutut!” Nathan menoleh dan berkata kepada Andrew dan Kate dengan dingin.“Hm, hebat! Teruskan saja kegilaanmu itu, kita lihat saja siapa yang akan berlutut!” Andrew mencibir dengan kesal.Pria itu melihat Nathan yang masih merasa hebat dan tidak mau berlutut memasang raut wajah dingin. “Hebat juga ya kamu, tapi
Ujung mata Zimmer tidak berhenti berkedut, dia menggertakkan giginya dan berkata. “Bajingan, kamu bisa berkelahi? aAku beritahu, aku sudah mengingat plat mobilmu, aku bisa melacak siapa namamu, dimana rumahmu. Meskipun kamu bisa berkelahi, tapi aku yakin, keluargamu belum tentu bisa berkelahi!” Zimmer menggunakan keluarga untuk mengancam Nathan, tapi dia tidak tahu dia sudah menyentil titik lemahnya Nathan!“Kamu sedang mengancamku?” kedua mata Nathan memancarkan aura membunuh yang sangat menakutkan, yang langsung menyelimuti Zimmer.Sekujur tubuh Zimmer gemetaran, dia merasa seperti diterpa oleh angin dingin yang menusuk sampai ke tulangnya.“Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, lantas kamu juga berani membunuhku dihadapan semua orang ini?” Zimmer menggertakkan giginya dan menunjukkan kekejaman di wajahnya. “Kalau kamu tidak membunuhku hari ini, maka aku yang akan membunuh seluruh keluargamu!”Zimmer malah memprovokasi Nathan dengan sombong, ekspresinya seperti seekor babi yang t
Setelah sesaat, Anson dan beberapa petugas keamanan itu baru tersadar, Anson berpesan kepada mereka. “Lain kali, kalau bertemu dengan Tuan Nathan, kalian semua harus bersikap sopan, yang berani bersikap kurang ajar kepada dia, akan langsung kupecat!” Seketika itu Nathan sedang mengendarai mobilnya menuju keatas gunung, dan baru tidak jauh, dia kembali bertemu dengan Andrew dan yang lainnya, mereka sudah selesai melihat-lihat rumah, dan staf pemasaran sedang bersiap membawa mereka kembali. Melihat mobil civic tua Nathan yang bagian depannya sudah hancur, mereka semua tercengang, mereka tidak mengerti bagaimana caranya Nathan bisa masuk! “Pria ini pasti memanfaatkan saat mereka lengah, dan menerobos masuk, mungkin dia takut dipukuli!” Kate berkata sambil melihat mobil Nathan yang sudah hancur. “Nyalinya besar sekali, berani membuat onar di Villa Ascalon?!” Andrew mendengus. Setelah mendengar pembicaraan mereka berdua, staf pemasaran itu seolah terpikirkan sesuatu, dia segera mengham
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u
Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b
Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P
Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago
Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda
Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo
Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali
“Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten
Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend