“Permisi, apakah kedai ini sudah buka?” tanya dua orang pria paruh baya pada Ben pagi-pagi sekali.Ben tidak bisa menjawabnya, karena memang bukan kewenangannya. Pemuda itu terlihat lusuh, terlihat lingkaran hitam di sekitar mata, rambut begitu berantakan, serta baju yang begitu kotor akibat semalaman tak tidur membersihkan semua kekacauan yang dibuat oleh Zora dan kawan-kawan.“Nak, apa kau baik-baik saja?” tanya pria paruh baya berdandan british“Aku … aku baik-baik saja. Hanya saja aku tidak bisa memutuskan apakah kedai ini buka atau tidak,” aku Ben tersipu malu dan sopan.“Bagaimana ini tuan Billie? Apakah anda ingin mencari makanan di tempat yang lain?” tanya salah pria lainnya yang berpakaian jas hitam dan memakai kacamata hitam dengan menggunakan bahasa inggris british yang kental.“Tapi apa kau yakin, bahwa pemilik wanita yang kau temui semalam itu adalah pemilik kedai ini?” tekan Tuan Billie.Seolah mengerti dengan ucapan kedua pria asing itu, Ben pun mendengarkan dengan sek
“Bagaimana Billie … apakah benar, pemuda yang kau temui itu adalah cucu kandungku?” tanya Tuan Cana penuh harap.Wajah Billie tersenyum lebar saat menjawab pertanyaan Tuan Besarnya itu. Tak ingin memberikan harapan palsu, Tuan Billie pun menjelaskan kondisi terkini, begitu lusuh dan jauh dari kata cukup.“Apa maksudmu?” tanya Tuan Cana yang masih merasa bingung dengan penjelasan sahabatnya itu.“Maksudku, Benedict benar-benar hidup serba kekurangan, Tuan Cana. Menurut beberapa informasi yang dikumpulkan oleh anak buahmu, Tuan Alexi punya banyak sekali hutang, terutama pada lintah darat,” jawab Tuan Billie.Hati Tuan Cana begitu sedih lantaran tak bisa menjaga kedua cucunya dengan baik. Malu sekaligus kecewa terhadap diri sendiri sekaligus terhadap mendiang putrinya, karena sudah berjanji akan selalu menjaga kedua cuucnya dengan baik.Perasaan bersalah pun langsung menghinggapi Tuan Cana, air matanya mengalir tanpa permisi membayangkan bagaimana nasib kedua cucunya tanpa perlindungan d
Saat jam istirahatDi saat Ben tengah menikmati jam istirahatnya dengan menatap pemandangan bukit dengan warna-warni bunga yang bermekaran. Tak ada makanan ataupun minuman yang bisa ia santap, hanya ada kata hemat darinya sejak satu minggu yang lalu setelah Nyonya Jang Geum memutuskan untuk menutup kedai sampai ia memiliki modal kembali.Keputusan bossnya yang baik hati itu benar-benar membuat dirinya untuk tidak memakai uang dengan sembarangan, tak ada lagi keberanian untuk mengajak gadis impiannya sengaja bertemu ataupun tanpa disengaja bertemu.Sedikit demi sedikit asa yang Ben miliki mulai pupus, tersadar bahwa dengan sengaja Zora hanya menarik ulur hatinya, hingga kini Ben merasakan sakit dan perih yang tak berdarah. Dalam benaknya, Ben mulai menyadari apa yang dikatakan oleh sahabatnya Elmo ada benarnya. Zora bukanlah gadis yang baik untuk diperjuangkan.Ketika hati mulai merasakan berdarah, dan air mata mulai mengalir dari kedua matanya, tiba-tiba saja ada delapan pria dewasa b
“Kau yakin? yang benar saja, pria miskin seperti dia, diberikan hadiah yan begitu mahal oleh Xael?” ujar Ga Eun salah satu sahabat Zora.Zora dan Cathy kembali bertemu dengan kawan-kawannya, tak lama setelah Xael memberikan hadiah mahal untuk Ben. Dengan penuh perasaan emosi, Zora ingin memberikan sebuah pelajaran pada Ben.“Iya benar, kalau kau tak percaya … tanya saja pada Cathy. Dia juga melihatnya kok. Pria miskin itu tak memiliki hak pada ponsel mahal itu. Aku ingin memilikinya, dan kalian harus membantuku!” geram Zora.Tak ingin menjadi pusat perhatian selain dirinya, dan sebagai orang yang sangat berpengaruh di desa ini, Zora pun membuat sebuah rencana jahat dengan meminta bantuan seluruh teman-temannya untuk mengusir Ben serta Xael dari wilayah desa ini. Cara pertama yang akan dilakukan oleh Zora adalah memerintahkan kawan-kawannya untuk mencari tahu, mengenai keluarga Ben, baik itu ayahnya yang memiliki hutang dimana saja, letak sekolah adik-adiknya, serta kegiatan adik-adik
“Hai Ben, aku ingin mengundangmu dan juga adik perempuanmu – Brie ke acara pesta yang kubuat,” ajak Zora dengan nada yang centil dan bersandar pada bahu Ben.Gadis ini berpura-pura bertingkah laku manja pada pemuda yang ia anggap sangat tidak layak dengannya. Alasannya adalah agar semua alibi dan rencana jahatnya tidak terlihat. Dengan polesan, suara centil nan menggoda sudah tentu akan membuat Ben akan berpikir bahwa Zora berubah menjadi baik.“Pesta? Pesta apa?” tanya Ben bingung melihat tingkah laku Zora yang terlihat menggoda.Gadis anak kepala desa Cheong Sam ini sengaja menemui Ben di tempat kerjanya saat beristirahat, dengan maksud untuk mengundangnya dalam sebuah pesta yang tentunya sudah Zora rencanakan sejak satu minggu silam.“Sebuah pesta yang tentunya akan membuatmu tak akan pernah lupa. Aku akan mengenalkanmu pada kedua orang tuaku, kalau aku sedang dekat denganmu,” jawab Zora dengan suara manja dan genitnya.Wajah Ben sumringah bukan kepalang mendengar ucapan Zora, Ben
Miss you bro“Kakak,” teriak seorang gadis berbintik coklat di sekitar sera wajah T.Ben yang tengah sibuk melayani konsumen sedikit terkejut melihat kedatangan adik perempuan kesayangan ke tempat kerjanya. Gadis itu melambaikan tangan kanannya dengan penuh semangat. Bersamaan dengan kedua sahabatnya, Elmo dan Lee, adik kesayangannya sengaja datang menghampiri Ben yang tengah berdiri di samping kepingan papan diberi tiang untuk tempat meletakkan berbagai macam model hanbok.“Brie … ada apa? Apakah terjadi sesuatu pada ayah? Atau pada adik-adik ?” tanya Ben panic.“Bukan … ayah dan adik-adik sangat baik. Aku hanya rindu pada kakak,” jawabnya dengan manja sambil memeluk tubuh kekar Ben.Ben pun menyambut pelukan adiknya dengan penuh hangat dan penuh kerinduan. Sudah hampir dua minggu lamanya Pria berbadan kekar ini tidak pulang kerumah, lantaran dirinya memaksakan untuk lembur yakni dengan menambah pekerjaannya sebagai petugas keamanan, yang menjaga toko oleh-oleh milik Tuan Kim, serta
Wajah Tuan Cana langsung menoleh kearah pemuda yang tengah berlutut mengatur nafasnya, pemuda yang selama ini ia nanti dan ia cari tengah berlutut di hadapannya. Rambutnya yang berwarna sama persis dengan dirinya, pirang membuat Tuan Cana tak kuasa menahan rindunya dan tangisnya.Kakinya yang lemah, berjalan menghampiri Ben, di tatapnya wajah Ben yang begitu mirip sekali dengan putri kesayangannya.Matanya yang bulat dan besar berwarna biru mengingatkan dirinya ketika Ben baru saja dilahirkan untuk pertama kalinya ke dunia. Wajahnya sedikit coklat dan kotor akibat debu yang menempel pada kulit wajahnya, tak menutup betapa tampannya wajah Ben.“Ben, kenalkan … ini Tuan ….” Nyonya Jang Geum lupa akan nama dari pria paruh baya yang memakai tongkat untuk membantunya berjalan.“Tuan Charrise. Tapi kau bisa panggil aku dengan Charri,” potong Tuan Cana yang mengganti namanya.Alasan Tuan Cana mengganti namanya, adalah tak lain untuk mempelajari siapa saja yang sudah berperilaku jahat pada cu
"Tangkap pria itu, pak!" teriak Zora dengan lantang hingga beberapa pejalan kaki dapat mendengarnya.Gadis berperawakan kurus itu berteriak sambil jari telunjuknya mengarah ke tempat dimana Ben berdiri. Raut wajah Zora benar-benar menunjukkan bagaimana ia begitu terluka karena telah kehilangan Benda kesayangannya.Pikiran Ben saat Zora berteriak dan menunjuk ke arahnya, yakni sosok pria ataupun wanita yang sedang berjalan tepat dibelakang Ben. Ia pun memutar tubuh hingga kepalanya 180 derajat, namun tetap saja dimata Ben tidak ada satupun pejalan kaki yang berlari begitu kencang, saat diteriaki maling.Dengan polosnya, Ben melangkahkan kedua kakinya pergi keluar halaman kedai kopi dan memeriksa, apakah ada orang yang terlihat begitu mencurigkan. Langkah kaki Ben dipercepat guna berkeliling mencari maling yang dimaksud oleh Zora.Hampir selama lima menit lamanya, Ben berada di luar kedai kopi dan melihat sekeliling. Setelah merasa tidak ada hal yang mencurigakan, Ben pun kembali ke ha