Saat jam istirahatDi saat Ben tengah menikmati jam istirahatnya dengan menatap pemandangan bukit dengan warna-warni bunga yang bermekaran. Tak ada makanan ataupun minuman yang bisa ia santap, hanya ada kata hemat darinya sejak satu minggu yang lalu setelah Nyonya Jang Geum memutuskan untuk menutup kedai sampai ia memiliki modal kembali.Keputusan bossnya yang baik hati itu benar-benar membuat dirinya untuk tidak memakai uang dengan sembarangan, tak ada lagi keberanian untuk mengajak gadis impiannya sengaja bertemu ataupun tanpa disengaja bertemu.Sedikit demi sedikit asa yang Ben miliki mulai pupus, tersadar bahwa dengan sengaja Zora hanya menarik ulur hatinya, hingga kini Ben merasakan sakit dan perih yang tak berdarah. Dalam benaknya, Ben mulai menyadari apa yang dikatakan oleh sahabatnya Elmo ada benarnya. Zora bukanlah gadis yang baik untuk diperjuangkan.Ketika hati mulai merasakan berdarah, dan air mata mulai mengalir dari kedua matanya, tiba-tiba saja ada delapan pria dewasa b
“Kau yakin? yang benar saja, pria miskin seperti dia, diberikan hadiah yan begitu mahal oleh Xael?” ujar Ga Eun salah satu sahabat Zora.Zora dan Cathy kembali bertemu dengan kawan-kawannya, tak lama setelah Xael memberikan hadiah mahal untuk Ben. Dengan penuh perasaan emosi, Zora ingin memberikan sebuah pelajaran pada Ben.“Iya benar, kalau kau tak percaya … tanya saja pada Cathy. Dia juga melihatnya kok. Pria miskin itu tak memiliki hak pada ponsel mahal itu. Aku ingin memilikinya, dan kalian harus membantuku!” geram Zora.Tak ingin menjadi pusat perhatian selain dirinya, dan sebagai orang yang sangat berpengaruh di desa ini, Zora pun membuat sebuah rencana jahat dengan meminta bantuan seluruh teman-temannya untuk mengusir Ben serta Xael dari wilayah desa ini. Cara pertama yang akan dilakukan oleh Zora adalah memerintahkan kawan-kawannya untuk mencari tahu, mengenai keluarga Ben, baik itu ayahnya yang memiliki hutang dimana saja, letak sekolah adik-adiknya, serta kegiatan adik-adik
“Hai Ben, aku ingin mengundangmu dan juga adik perempuanmu – Brie ke acara pesta yang kubuat,” ajak Zora dengan nada yang centil dan bersandar pada bahu Ben.Gadis ini berpura-pura bertingkah laku manja pada pemuda yang ia anggap sangat tidak layak dengannya. Alasannya adalah agar semua alibi dan rencana jahatnya tidak terlihat. Dengan polesan, suara centil nan menggoda sudah tentu akan membuat Ben akan berpikir bahwa Zora berubah menjadi baik.“Pesta? Pesta apa?” tanya Ben bingung melihat tingkah laku Zora yang terlihat menggoda.Gadis anak kepala desa Cheong Sam ini sengaja menemui Ben di tempat kerjanya saat beristirahat, dengan maksud untuk mengundangnya dalam sebuah pesta yang tentunya sudah Zora rencanakan sejak satu minggu silam.“Sebuah pesta yang tentunya akan membuatmu tak akan pernah lupa. Aku akan mengenalkanmu pada kedua orang tuaku, kalau aku sedang dekat denganmu,” jawab Zora dengan suara manja dan genitnya.Wajah Ben sumringah bukan kepalang mendengar ucapan Zora, Ben
Miss you bro“Kakak,” teriak seorang gadis berbintik coklat di sekitar sera wajah T.Ben yang tengah sibuk melayani konsumen sedikit terkejut melihat kedatangan adik perempuan kesayangan ke tempat kerjanya. Gadis itu melambaikan tangan kanannya dengan penuh semangat. Bersamaan dengan kedua sahabatnya, Elmo dan Lee, adik kesayangannya sengaja datang menghampiri Ben yang tengah berdiri di samping kepingan papan diberi tiang untuk tempat meletakkan berbagai macam model hanbok.“Brie … ada apa? Apakah terjadi sesuatu pada ayah? Atau pada adik-adik ?” tanya Ben panic.“Bukan … ayah dan adik-adik sangat baik. Aku hanya rindu pada kakak,” jawabnya dengan manja sambil memeluk tubuh kekar Ben.Ben pun menyambut pelukan adiknya dengan penuh hangat dan penuh kerinduan. Sudah hampir dua minggu lamanya Pria berbadan kekar ini tidak pulang kerumah, lantaran dirinya memaksakan untuk lembur yakni dengan menambah pekerjaannya sebagai petugas keamanan, yang menjaga toko oleh-oleh milik Tuan Kim, serta
Wajah Tuan Cana langsung menoleh kearah pemuda yang tengah berlutut mengatur nafasnya, pemuda yang selama ini ia nanti dan ia cari tengah berlutut di hadapannya. Rambutnya yang berwarna sama persis dengan dirinya, pirang membuat Tuan Cana tak kuasa menahan rindunya dan tangisnya.Kakinya yang lemah, berjalan menghampiri Ben, di tatapnya wajah Ben yang begitu mirip sekali dengan putri kesayangannya.Matanya yang bulat dan besar berwarna biru mengingatkan dirinya ketika Ben baru saja dilahirkan untuk pertama kalinya ke dunia. Wajahnya sedikit coklat dan kotor akibat debu yang menempel pada kulit wajahnya, tak menutup betapa tampannya wajah Ben.“Ben, kenalkan … ini Tuan ….” Nyonya Jang Geum lupa akan nama dari pria paruh baya yang memakai tongkat untuk membantunya berjalan.“Tuan Charrise. Tapi kau bisa panggil aku dengan Charri,” potong Tuan Cana yang mengganti namanya.Alasan Tuan Cana mengganti namanya, adalah tak lain untuk mempelajari siapa saja yang sudah berperilaku jahat pada cu
"Tangkap pria itu, pak!" teriak Zora dengan lantang hingga beberapa pejalan kaki dapat mendengarnya.Gadis berperawakan kurus itu berteriak sambil jari telunjuknya mengarah ke tempat dimana Ben berdiri. Raut wajah Zora benar-benar menunjukkan bagaimana ia begitu terluka karena telah kehilangan Benda kesayangannya.Pikiran Ben saat Zora berteriak dan menunjuk ke arahnya, yakni sosok pria ataupun wanita yang sedang berjalan tepat dibelakang Ben. Ia pun memutar tubuh hingga kepalanya 180 derajat, namun tetap saja dimata Ben tidak ada satupun pejalan kaki yang berlari begitu kencang, saat diteriaki maling.Dengan polosnya, Ben melangkahkan kedua kakinya pergi keluar halaman kedai kopi dan memeriksa, apakah ada orang yang terlihat begitu mencurigkan. Langkah kaki Ben dipercepat guna berkeliling mencari maling yang dimaksud oleh Zora.Hampir selama lima menit lamanya, Ben berada di luar kedai kopi dan melihat sekeliling. Setelah merasa tidak ada hal yang mencurigakan, Ben pun kembali ke ha
"Kakak … Dia kakakku! Apa yang sudah kalian lakukan padanya!" seru Brie saat mengetahui kakaknya tengah diseret layaknya seekor tawanan jahat.Brie berusaha melepaskan semua Tali tambang serta rantai pada kakinya. Kulit tubuh serta kedua tangan Ben terkelupas akibat dicambuk oleh kedelapan pria tersebut."Lepaskan kakakku! Memangnya apa Salah kakakku?!" seru Brie dengan nada emosi paling tinggi."Brie pergi dari sini, katakan saja pada Elmo dan Lee tentang kondisiku saat ini," titah Ben pada adiknya.Mengetahui keberadaan adik perempuannya Ben, Zora langsung berjalan menghampirinya. "Ada apa ini?" tanya Zora dengan gaya angkuhnya.Ke delapan boss lintah darat itu langsung menjelaskan duduk perkaranya pada anak gadis kepala desa Cheong San. Salah satu Alis Zora naik hingga membentuk wajah arogan, melihat Brie yang berusaha membuka ikatan pada tubuh Ben.Hanya hitungan detik saja, tangan kanan Zora menjambak rambut pirang Brie yang diikat kuda, hingga kepala gadis itu mendangak keatas.
"Hyung Elmo, apakah kakakku sudah bebas?" tanya Brie.Gadis berdarah Inggris itu datang menemui sahabat kakaknya setelah selama sepekan, Ben tak ada kabar. Selama sepekan itu juga, Brie tidak berani menceritakan apa yang ia lihat pada sang Ayah. Ia takut, jika menceritakannya kesehatan sang Ayah akan menurun.Merasa tak ada kabar dari kakak tercintanya, Brie memutuskan untuk pergi menemui sahabat kakaknya yang senantiasa membantunya-Elmo di kediamannya yang letaknya hanya berjarak 500 meter dari rumah Tuan Alexi."Belum," jawab Elmo sambil menatap gelisah kedua netra Brie.Sudah hampir seminggu, Ben belum terdengar kabarnya. Sejak kejadian seminggu yang lalu, baik kedua sahabat, Xael, dan juga Brie memutuskan untuk menunggu kabar hingga sepekan. Mereka berharap jika Ben bisa pulang."Ayo kita cari kakakku, hyung Elmo," bujuk Brie."Mau cari kemana, Brie? Sementara Kita tidak tahu, kemana Zora membawanya pergi," jawab Elmo.Apa yang dikatakan oleh Elmo ada benarnya. Saat itu, Brie hany
“Tidaaakkk!” seru Ben dengan suara yang begitu menggelegar hingga membuat beberapa warga desa langsung berlari mendekat ke arahnya, mencari tahu apa yang telah terjadi.Suara teriakan Ben diikuti oleh suara letusan peluru yang keluar dari mulut Pistol FN Five-seveN. Dan hanya hitungan detik saja, terlihat aliran darah kental sekaligus bau anyir menyeruak.Emosi dan luapan amarah Ben semakin tak tertahankan, baginya sudah tak peduli lagi yang ada di hadapannya kali ini laki-laki atau wanita atau bahkan setan sekalipun. Tangan kirinya langsung saja mencengkeram leher gadis yang pernah ia cintai. Kekuatan tangan kekar Ben semakin kuat mencengkram leher Zora, hingga kali ini Zora benar-benar kesulitan bernafas.Melihat Ben yang sudah dikuasai amarah, Elmo segera berlari dan menarik tubuh hyungnya itu sekuat tenaganya. Kekuatan Ben pun semakin melemah sesaat setelah Elmo berhasil membawanya pergi sejauh dua meter dari Zora. Tangisan pun pecah dari suara maskulin Ben. Hancur berkeping lanta
“Tapi sebelum kau pergi jangan lupa kau bawa mereka pergi dari sini,” imbuh Tuan Song sembari menarik tubuh Tuan Alexi yang sudah tak berdaya menuju Ben berdiri.Pria dengan banyak tattoo itu tak peduli bagaimana perasaan Ben saat melihat tubuh ayahnya di seret seperti layaknya sebuah benda usang yang hendak di buang ke tempat pembuangan sampah terakhir. Tubuh tua renta Tuan Alexi semakin melemah dan semakin banyak luka baru yang menganga di setiap bagian sudut tubuhnya.Seperti mendapat kekuatan, dengan cepat Ben melangkahkan kedua kakinya menuju Tuan Song dengan kedua tangan mengepal seperti sedang menahan kekuatannya. Wajah putih Ben kini berganti menjadi warna merah maroon, dan kini tangan kanan Ben sudah melayangkan tinjunya tepat di bagian perut hingga wajah sangar Tuan Song.Kedua netra Zora melihat jijik tatkala tak menyangka bahwa Ben memiliki kekuatan yang begitu besar dan begitu berani melawan Tuan Song, putri tunggal penguasa desa Cheong Sam itu segera memerintahkan anak b
Goodbye XaelDua menit setelah Nyonya Jang Geum membujuk Ben untuk segera pulang, menemui ayahnya, tiba-tiba saja dering telfon berbunyi dari meja bundar. Terlihat dari layar datar tulisan my lovly father.“Xael, aku rasa ayahmu menelfonmu,” ucap Elmo.Bergegeas saja, tangan kanan gadis bermata biru itu menyambar benda berukuran delapan inch tepat di atas kasur empuk. Gadis itu sengaja pergi ke balkon, untuk menjawab panggilan jarak jauhnya.Sementara itu, Ben masih belum bisa memutuskan apakah akan pulang dengan membawa berita buruk untuk ayahnya ataukah harus bertahan di tempat ini dan terdiam dalam pikirannya tak dapat melakukan apapun. Elmo menyadari akan kebingungan hyungnya itu, pemuda yang jarak usianya dua tahun di bawah Ben mendekati secara perlahan, dan duduk di sampingnya.“Aku rasa jujur itu lebih baik hyung daripada kau terus sembunyikan permasalahan ini. Aku takut, kelak jika ayahmu tahu dari mulut orang lain yang mengatakan peristiwa ini dengan menambahkan banyak bumbu
“Halo Xael, apakah kamu saat ini sedang bersama dengan Ben?” tanya Tuan Billie dalam sambungan komunikasi jarak jauhnya.“Tentu saja. Saat ini aku malah sedang bersama dengan Nyonya Jang Geum juga,” jawab Xael.Tuan Billie terdiam sesaat saat Xael mengatakan ada boss dari tempat Ben bekerja. Sebenarnya, Tuan Billie ingin meminta Xael untuk mengatakan pada Ben agar segera pulang dan meminta Ben serta keluarganya segera berkemas dari sana. Tapi, jika tidak ada alasan yang tepat maka sudah pasti Ben akan menolak mentah-mentah. Tuan Billie pun merubah pikirannya untuk tidak mengatakan rencana agar Ben segera pulang pada gadis yang diam-diam menyukai cucu boss besarnya itu.“Kalau begitu, apa aku boleh berbincang dengan Nyonya Jang Geum,” pinta Tuan Billie.“Oh, oke. Sebentar,” ucap Xael.Benda berukuran delapan inch itu pun segera diberikan oleh Xael kepada Nyonya Jang Geum. Seraya menekan tombol membisukan suara, Xael mengatakan, “Nyonya Jang Geum … Tuan Billie ingin berbicara padamu.”“
LACAK DAN HANCURKAN“Billie, apa kau sudah mencari informasi mengenai siapa gadis keparat itu?” tanya Tuan Cana dalam sambungan jarak jauhnya dari mobil ambulance.“Sudah, tuan. Gadis ini diketahui adalah anak tunggal dari kepala desa Cheong Sam. Ayahnya bernama Tuan Hyun Min, selain bekerja sebagai kepala desa, dia juga memiliki usaha,” jawab Tuan Billie.“Hmm … cepat lacak rumahnya. Hancurkan masa depan anak gadis keparat itu serta hancurkan juga karir ayahnya!” titah Tuan Cana.“Siap, laksanakan tuan,” balas Tuan Billie.Tuan Cana pun menutup sambungan telekomunikasinya pada Tuan Billie. Tatapannya kini beralih pada wajah polos seorang gadis yang seharusnya saat ia bertemu, dalam keadaan senang, dan bukanlah dalam keadaan yang begitu menyedihkan. Pria tua itu yakin kalau batin dari cucunya ini begitu terkoyak. Khawatir kalau jiwa cucunya menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa, Tuan Cana pun memerintahkan Tuan Billie untuk mencari dokter psikologi yang bagus di Negara ginseng ini.
CHAPTER 48Beberapa jam setelah Zora mengarak Ben ke tanah perbatasan“Tuan Cana, coba lihat ini … kedua cucu anda direndahkan oleh seorang gadis manja yang mungkin tak pernah diajarkan sopan santun serta menghargai terhadap orang lain oleh kedua orang tuanya,” lapor Tuan Billie seraya memperlihatkan panggilan video dari Xael.Kedua pria tua itu melihat bagaimana teganya seorang gadis memperlakukan kedua cucunya, direndahkan, bahkan tak tanggung-tanggung saat melihat keadaan Brie yang begitu kacau dengan cairan putih lengket berwarna susu, cukup membuat Tuan Cana murka. Bahkan, cucu laki-lakinya yang begitu ia banggakan pun juga turut dilecehkan dengan mengambil sebuah ponsel dari lumpur.Usai sambungan panggil video dari Xael, Tuan Cana mengambil ponsel, dompet serta jas panjang berwarna coklat muda. Pria tua ini benar-benar merasa bersalah, lantaran sudah menelantarkan kedua cucunya dengan keadaan seperti ini. Air mata membasahi kedua pipinya yang masih saja kencang diumurnya tak la
"Tidak. Jangan lakukan kau turuti perintah Zora, Ben," teriak Xael.Bak memakan buah simalakama, Ben harus memilih. Melihat gadis yang sungguh teramat baik padanya mati di tangan gadis yang jahat, atau menyelamatkan nyawa gadis itu dengan mempermalukan dirinya sendiri dengan mengambil ponsel miliknya dengan mulutnya."Kau tak ingin teman spesialmu mati dengan sia-sia, bukan?" ancam Zora seraya menarik pelatuk pistol.Tanpa berpikir panjang, Ben segera menuruti keinginan picik Zora. "Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu. Tapi, lepaskan Xael terlebih dahulu," pinta Ben.Gadis berwajah Korea itu tersenyum smirk dan puas, mendengar ucapan pria miskin itu. Di lepaskannya cengkraman kuat dan senjata apinya sudah tak lagi ada di kepala Xael. "Kalau begitu, ayo … cepat ambil ponsel itu dengan mulutmu. Lalu bawa kesini," titah Zora.Sebelum mengambil ponsel, kedua netra Ben sempat melirik ke arah Xael berdiri. Tatapan permohonan maaf, karena harus merendahkan harga dirinya demi menyelamatka
Xael terus melangkahkan kedua kakinya dengan tergesa seraya ibu jarinya berusaha menekan layar ponsel, mencari orang yang bisa menolongnya saat ini. Pandangan Xael terbagi, antara melihat kemana Zora akan membawa Ben pergi, serta daftar nama dalam layar ponselnya.Karena pandangannya terbagi, sehingga Xael tak sadar, jika dirinya menekan nomor ponsel klien Jewel in the Palace-Tuan Billie. Xael sengaja melakukan panggilan video, agar orang yang ia hubungi dapat melihat sendiri bagaimana perlakuan Zora serta orang-orangnya telah menyiksa Ben."Hallo," jawab Tuan Billie"Hentikan kegilaanmu, Zora!" teriak Xael dengan lantang dan gagah berani seraya berlari kecil menghampiri Zora dengan tangan kirinya memegang ponsel pintar."Hallo, ada apa ini Xael?" tanya Tuan Billie kembali.Tuan Billie melihat bagaimana Zora menarik dengan kasar lengan Ben, hingga Ben terjatuh. Pria paruh baya itu mencoba untuk diam sejenak, serta mencerna apa yang sedang terjadi disana. Merasa ada Yang tak beres deng
Sebelum Brie menjawab, Ben sudah tiba dengan nafas tersengal. Pria muda itu tak peduli dengan penampilannya yang hanya menggunakan selimut tebal sebagai penutup tubuhnya yang vital. Tak hanya itu, Xael pun juga bergegas melangkahkan kakinya menuju asal teriakan seraya memakai pakaiannya kembali."Brie … kamu kenapa disini? Lalu siapa para laki-laki ini?" tanya Ben seraya memeluk tubuh adiknya yang menggigil ketakutan.Gadis yang hanya terpaut usianya lima tahun dari Ben, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Brie hanya bisa menatap dalam kedua netra kakak kesayangannya. Ben melihat pada tubuh adiknya yang begitu lengket dengan cairan kental berwarna putih susu. Tak hanya itu ada cairan berwarna merah pekat dengan bau anyir amis keluar dari bagian vital tepat diantara bawah pinggang."Apa yang kalian lakukan terhadap adikku!" murka Ben.Kedua netra Ben menatap tajam pada para pria yang ada disana, kedua tangannya mengepal siap untuk meninju wajah mereka. "Cepat katakan padaku, apa