Miss you bro“Kakak,” teriak seorang gadis berbintik coklat di sekitar sera wajah T.Ben yang tengah sibuk melayani konsumen sedikit terkejut melihat kedatangan adik perempuan kesayangan ke tempat kerjanya. Gadis itu melambaikan tangan kanannya dengan penuh semangat. Bersamaan dengan kedua sahabatnya, Elmo dan Lee, adik kesayangannya sengaja datang menghampiri Ben yang tengah berdiri di samping kepingan papan diberi tiang untuk tempat meletakkan berbagai macam model hanbok.“Brie … ada apa? Apakah terjadi sesuatu pada ayah? Atau pada adik-adik ?” tanya Ben panic.“Bukan … ayah dan adik-adik sangat baik. Aku hanya rindu pada kakak,” jawabnya dengan manja sambil memeluk tubuh kekar Ben.Ben pun menyambut pelukan adiknya dengan penuh hangat dan penuh kerinduan. Sudah hampir dua minggu lamanya Pria berbadan kekar ini tidak pulang kerumah, lantaran dirinya memaksakan untuk lembur yakni dengan menambah pekerjaannya sebagai petugas keamanan, yang menjaga toko oleh-oleh milik Tuan Kim, serta
Wajah Tuan Cana langsung menoleh kearah pemuda yang tengah berlutut mengatur nafasnya, pemuda yang selama ini ia nanti dan ia cari tengah berlutut di hadapannya. Rambutnya yang berwarna sama persis dengan dirinya, pirang membuat Tuan Cana tak kuasa menahan rindunya dan tangisnya.Kakinya yang lemah, berjalan menghampiri Ben, di tatapnya wajah Ben yang begitu mirip sekali dengan putri kesayangannya.Matanya yang bulat dan besar berwarna biru mengingatkan dirinya ketika Ben baru saja dilahirkan untuk pertama kalinya ke dunia. Wajahnya sedikit coklat dan kotor akibat debu yang menempel pada kulit wajahnya, tak menutup betapa tampannya wajah Ben.“Ben, kenalkan … ini Tuan ….” Nyonya Jang Geum lupa akan nama dari pria paruh baya yang memakai tongkat untuk membantunya berjalan.“Tuan Charrise. Tapi kau bisa panggil aku dengan Charri,” potong Tuan Cana yang mengganti namanya.Alasan Tuan Cana mengganti namanya, adalah tak lain untuk mempelajari siapa saja yang sudah berperilaku jahat pada cu
"Tangkap pria itu, pak!" teriak Zora dengan lantang hingga beberapa pejalan kaki dapat mendengarnya.Gadis berperawakan kurus itu berteriak sambil jari telunjuknya mengarah ke tempat dimana Ben berdiri. Raut wajah Zora benar-benar menunjukkan bagaimana ia begitu terluka karena telah kehilangan Benda kesayangannya.Pikiran Ben saat Zora berteriak dan menunjuk ke arahnya, yakni sosok pria ataupun wanita yang sedang berjalan tepat dibelakang Ben. Ia pun memutar tubuh hingga kepalanya 180 derajat, namun tetap saja dimata Ben tidak ada satupun pejalan kaki yang berlari begitu kencang, saat diteriaki maling.Dengan polosnya, Ben melangkahkan kedua kakinya pergi keluar halaman kedai kopi dan memeriksa, apakah ada orang yang terlihat begitu mencurigkan. Langkah kaki Ben dipercepat guna berkeliling mencari maling yang dimaksud oleh Zora.Hampir selama lima menit lamanya, Ben berada di luar kedai kopi dan melihat sekeliling. Setelah merasa tidak ada hal yang mencurigakan, Ben pun kembali ke ha
"Kakak … Dia kakakku! Apa yang sudah kalian lakukan padanya!" seru Brie saat mengetahui kakaknya tengah diseret layaknya seekor tawanan jahat.Brie berusaha melepaskan semua Tali tambang serta rantai pada kakinya. Kulit tubuh serta kedua tangan Ben terkelupas akibat dicambuk oleh kedelapan pria tersebut."Lepaskan kakakku! Memangnya apa Salah kakakku?!" seru Brie dengan nada emosi paling tinggi."Brie pergi dari sini, katakan saja pada Elmo dan Lee tentang kondisiku saat ini," titah Ben pada adiknya.Mengetahui keberadaan adik perempuannya Ben, Zora langsung berjalan menghampirinya. "Ada apa ini?" tanya Zora dengan gaya angkuhnya.Ke delapan boss lintah darat itu langsung menjelaskan duduk perkaranya pada anak gadis kepala desa Cheong San. Salah satu Alis Zora naik hingga membentuk wajah arogan, melihat Brie yang berusaha membuka ikatan pada tubuh Ben.Hanya hitungan detik saja, tangan kanan Zora menjambak rambut pirang Brie yang diikat kuda, hingga kepala gadis itu mendangak keatas.
"Hyung Elmo, apakah kakakku sudah bebas?" tanya Brie.Gadis berdarah Inggris itu datang menemui sahabat kakaknya setelah selama sepekan, Ben tak ada kabar. Selama sepekan itu juga, Brie tidak berani menceritakan apa yang ia lihat pada sang Ayah. Ia takut, jika menceritakannya kesehatan sang Ayah akan menurun.Merasa tak ada kabar dari kakak tercintanya, Brie memutuskan untuk pergi menemui sahabat kakaknya yang senantiasa membantunya-Elmo di kediamannya yang letaknya hanya berjarak 500 meter dari rumah Tuan Alexi."Belum," jawab Elmo sambil menatap gelisah kedua netra Brie.Sudah hampir seminggu, Ben belum terdengar kabarnya. Sejak kejadian seminggu yang lalu, baik kedua sahabat, Xael, dan juga Brie memutuskan untuk menunggu kabar hingga sepekan. Mereka berharap jika Ben bisa pulang."Ayo kita cari kakakku, hyung Elmo," bujuk Brie."Mau cari kemana, Brie? Sementara Kita tidak tahu, kemana Zora membawanya pergi," jawab Elmo.Apa yang dikatakan oleh Elmo ada benarnya. Saat itu, Brie hany
Photography (1)"Zora!" seru Xael. Kedua netranya terbelalak saat mengetahui bahwa pemilik lingkaran biru itu adalah gadis yang membenci Ben. Xael pun menoleh kanan dan kiri berharap bahwa pemilik lingkaran biru yang sebenarnya berada disini."Kau cari siapa, Xael?" tanya Zora dengan nada meledek, serta senyum smirk."Dimana Ben?" balas Xael.Salah satu alis Zora terangkat, seolah mengetahui apa yang akan ditanyakan oleh gadis yang kini sudah menjadi saingan terberatnya. "Kau mencari seseorang kah? Hmm … biar Ku tebak, kau pasti tengah mencari keberadaan pemilik si ponsel ini bukan?" ucap Zora seraya memegang ponsel milik Ben."Bukankah itu milik Ben? Kenapa bisa ada padamu?" tanya Xael dengan nada kesal.Zora melangkahkan kedua kakinya mendekati gadis bermanik biru dengan begitu sombongnya. Masih dengan Alis bagian kanan terangkat, anak kepala desa itu menjawab pertanyaan dari Xael, "Dia sudah memberikannya padaku, jadi terserah aku dong. Mau ku pergunakan untuk apapun itu."Tak per
Photography (2)Take and shoot"Lucuti pakaian pria miskin ini, lalu baringkan dia tepat disebelah gadis ini," titah Zora seraya menunjuk Xael.Tiga orang pria dengan pakaian serba hitam, menuruti keinginan dari bossnya itu, yakni menanggalkan pakaian yang ada pada tubuh Ben. Tangan yang begitu cekatan membuat adegan ini berlangsung lebih cepat, dan Zora tak perlu harus menunggu lebih lama.Bak seorang produser yang mengarahkan setiap gerakan pada satu buah adegan, Zora memerintahkan anak buahnya lagi untuk membaringkan Ben tepat disebelah Xael dengan posisi yang begitu intim.Xael dibaringkan dengan posisi miring ke kanan, dimana bibir mungilnya beradu dengan bibir mungil nan tipis Ben. Kemudian tangan Kiri Xael sengaja diposisikan memegang pusaka milik Ben."Bagus, cepat ambil gambar dari berbagai macam posisi dan sudut yang berbeda. Aku ingin foto ini terlihat lebih hidup," titah Zora kembali.Anak buah lainnya sudah siap dengan peralatan kamera di berbagai sudut ruangan ini. Sekej
Sebelum Brie menjawab, Ben sudah tiba dengan nafas tersengal. Pria muda itu tak peduli dengan penampilannya yang hanya menggunakan selimut tebal sebagai penutup tubuhnya yang vital. Tak hanya itu, Xael pun juga bergegas melangkahkan kakinya menuju asal teriakan seraya memakai pakaiannya kembali."Brie … kamu kenapa disini? Lalu siapa para laki-laki ini?" tanya Ben seraya memeluk tubuh adiknya yang menggigil ketakutan.Gadis yang hanya terpaut usianya lima tahun dari Ben, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Brie hanya bisa menatap dalam kedua netra kakak kesayangannya. Ben melihat pada tubuh adiknya yang begitu lengket dengan cairan kental berwarna putih susu. Tak hanya itu ada cairan berwarna merah pekat dengan bau anyir amis keluar dari bagian vital tepat diantara bawah pinggang."Apa yang kalian lakukan terhadap adikku!" murka Ben.Kedua netra Ben menatap tajam pada para pria yang ada disana, kedua tangannya mengepal siap untuk meninju wajah mereka. "Cepat katakan padaku, apa