Home / Urban / Kembalinya sang Ahli Waris / izinkan aku bekerja

Share

izinkan aku bekerja

Author: Djw
last update Last Updated: 2023-02-14 18:07:31

Tiga hari kemudian

Selama tiga hari, baik Benedict maupun kedua adik kembarnya, masih menyimpan permasalahannya masing masing. Mereka masih belum mau mengutarakan pada sang Ayah.

Hingga sore hari ini, Oase dan Osaze masih mengatakan bahwa mereka tidak sekolah karena libur. Bukan libur nasional, melainkan karena para guru sedang rapat.

sudah tiga hari ini, Oase dan Osaze memutuskan untuk membantu kakak tertua mereka untuk bekerja di kebun. Sepulang dari berkebun, mereka mendapati sang Ayah sudah berada di depan pintu dengan wajah bermuram durja.

"Kami pulang," sapa ketiga putra Tuan Alexi.

Mata Tuan Alexi bak kilat yang menyambar. Tak sedikitpun ia berkedip, memandang penuh amarah pada kedua anak kembarnya.

"Kalian berdua, berhenti! Tetap di sini. Ada yang ingin aku tanyakan pada kalian!" murka Tuan Alexi.

Kedua anak kembar itu mematuhi perintah ayahnya. Tak Ada niatan dari mereka untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

"Ada apa ini, Yah?" tanya Benedict penuh curiga melihat reaksi wajah ayahnya.

"Kau tanyakan sendiri pada kedua adikmu ini, apa yang telah mereka perbuat!" teriak Tuan Alexi.

Pria berbadan tegap itu langsung melihat kedua adik kembarnya sambil mengernyitkan keningnya.

Kedua anak laki-laki itu langsung bertingkah aneh. Wajah mereka tertunduk, dan tak berani sedikit pun untuk melirik ke arah kakak tertua mereka.

"Oase … Osaze, ada apa dengan kalian berdua? Apakah kalian membuat masalah di sekolah?" tanya Benedict dengan nada lembut.

Kedua tubuh anak kembar itu gemetar, tak kuasa untuk menjawab pertanyaan kakaknya.

"Ayo cepat. Jawab pertanyaan kakakmu! Kalau kalian tak bisa menjawabnya, biar aku yang akan menjawabnya!" tantang Tuan Alexi dengan raut wajah yang begitu tegang.

Benedict semakin tidak mengerti akan maksud dari ayahnya. Selama ini, kedua adiknya dikenal tidak pernah membuat onar, kalaupun ada masalah, mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan bijak tanpa perselisihan.

"Maaf ayah. Tapi aku semakin tidak mengerti akan maksud dari ucapanmu. Memangnya apa yang telah mereka perbuat?" timpal Benedict.

"Mereka telah berani berbohong padaku! Sekarang kalian berdua tidak bisa mengelaknya! Cepat katakan padaku, kenapa kalian tidak sekolah selama tiga hari ini!" cecar Tuan Alexi.

Melihat raut wajah ayahnya yang terlihat begitu menyeramkan, dengan mata melotot hingga mau keluar, membuat mereka benar-benar tak ada cara lain, selain mengatakan yang sebenarnya.

"Ayo cepat jawab, kenapa kalian tidak masuk sekolah? Kata kalian, ‘sekolah libur’, bukan? ‘Guru-guru sedang rapat’. Tapi apa? Baru saja, aku melihat teman-temanmu baru pulang sekolah, dan mereka mengatakan tidak ada libur karena guru-guru sedang rapat!" tekan Tuan Alexi.

Sambil berurai air mata, mereka pun menjawab pertanyaan pria berusia lima puluh tahun itu, "Maafkan kami,Yah. Kami berdua tidak masuk sekolah, lantaran sudah tiga bulan, belum bayar uang SPP, sekaligus belum membayar uang untuk ujian semester."

Tubuh lemah Tuan Alexi lemas bukan main mendengar jawaban nanar dari bibir salah satu anak kembarnya. Ia lupa bahwa selama tiga bulan ini, dirinya memang telah mengabaikan kebutuhan sekolah mereka.

"Apa? Kalian belum membayar uang SPP selama tiga bulan? Tapi … tapi … bukankah saat itu, ayah meminta uang padaku untuk membayar uang SPP kalian?" Kini Benedict bertanya pada sang Ayah dengan penuh emosi.

Pria pemilik kulit putih ini berjalan menghampiri kursi roda ayahnya dengan penuh emosi. Kedua tangannya saling mengepal, ingin meluapkan rasa kesal dan amarahnya dengan meninju atau memukul.

"Cepat katakan padaku, Ayah. Kau kemanakan uang untuk membayar sekolah adik-adik?!" cecar Benedict sambil mengepalkan tangan kanan dan mengayunkannya ke arah dinding batu bata berwarna merah.

Ayunan kepalan tangan Benedict begitu kencang ke arah tembok batu bata berulang kali, hingga beberapa jarinya memar dan terluka. Tak hanya itu, tembok luar itu rapuh dan jatuh berserakan ke lantai.

Melihat amarah sang kakak, mereka berdua langsung melipatkan kedua lutut, bertumpu setengah berdiri. Tak lama, kedua anak kembar itu berinisiatif menundukkan kepala sampai mencium tanah seraya meminta maaf, "Maafkan kami, Ayah … kakak. Kami tidak ingin memberitahukan kepada kalian semua. Dan sebenarnya, kami juga sudah memutuskan untuk berhenti sekolah, jika memang sudah tidak ada biaya lagi."

"Apa? Coba ulangi lagi ucapan kalian barusan? ‘Berhenti sekolah’?" tekan Benedict.

Bak gayung bersambut, kejadian hari ini seperti telah direstui oleh Sang Hyang Widhi untuknya bekerja, mencari tambahan selain bekerja di perkebunan. Dengan perasaan mantap dan yakin, Benedict menanggapi pernyataan kedua adik kembarnya dengan tenang.

"Tenang saja, kalian tidak akan putus sekolah. Kalau begitu, baiklah … akan kuputuskan, aku akan mencari tambahan, dengan bekerja diluar perkebunan," tekad Benedict.

Tuan Alexi mendongakkan wajahnya keatas, lalu menatap tajam kedua netra putra sulungnya. "Kau tak boleh pergi kemana pun! Bekerja saja di perkebunan itu sudah cukup!"

Tak terima dengan penolakkan sang Ayah, Benedict langsung meninggikan oktafnya. "Cukup? Kau bilang cukup? Sekarang aku tanya padamu, di mana uang SPP bulanan mereka? Apakah untuk berjudi?"

"Tidak! Sekalipun aku tidak pernah melakukan hal hina seperti itu. Maaf, jika aku juga tidak jujur pada kalian. Uang bulanan Oase dan Osaze dipergunakan untuk membayar bunga hutang pada lintah darat. Bunganya begitu tinggi," lirih Tuan Alexi.

Benedict mengangguk sekaligus tak percaya, bahwa selama ini, perekonomian keluarganya sangat terpuruk karena lintah darat. Ia berpikir bahwa, gaji bulanan habis memang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan adik-adik serta kebutuhan rumah.

Tubuh Benedict lemas, hingga ia tidak sadar jatuh terduduk. Wajahnya tertunduk, dan air matanya mengalir deras. Pikirannya sudah bulat, yakni bekerja diluar area perkebunan. Ia tak peduli, jika ayahnya tak mengizinkannya.

"Suka atau tidak, aku tetap akan memutuskan untuk bekerja diluar area perkebunan. Lagipula saat ini, sedang musim tanam, sehingga masih bisa bekerja di tempat lain, hingga musim panen tiba," sergah Benedict.

Benedict pun segera masuk ke dalam menuju kamar mandi. Ia berjalan dengan tegap penuh emosi.

Pikirannya sedang kalut, butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Hanya dengan berendam air panaslah, setidaknya ia bisa memikirkan masalah dengan baik.

Satu jam kemudian

Berhasil menenangkan diri, dengan membenamkan diri di dalam bak air panas, Benedict bersiap keluar untuk mencari toko-toko yang membutuhkan tenaganya. Meskipun hari mulai gelap, tetapi tak memadamkan semangat dalam dirinya untuk pergi mencari pekerjaan.

Memakai kaos oblong dibalut dengan kemeja serta baju hangat tebal polos berwarna abu-abu, serta dipadupadankan dengan celana kulot tebal, Benedict siap menerjang dinginnya malam.

Keluar dari kamar, ia mendapati ayahnya sedang menonton acara TV kesukaannya, yakni membahas tempat-tempat bersejarah.

Benedict hanya menatapnya sebentar lalu berjalan menuju pintu keluar. Baru saja, pria muda itu melangkahkan kakinya, Tuan Alexi memanggil nama putra sulungnya. "Benedict. Hendak ke mana kau?"

"Ingin menyegarkan pikiranku saja," jawab Benedict sambil terus berlalu.

"Sampai kapanpun, ayah tidak akan memperbolehkanmu bekerja di luar perkebunan!" seru pria yang pernah bekerja sebagai polisi di London.

Lagi, Benedict harus mendengar ucapan yang tak masuk akal itu. Tentu saja tak masuk akal, memangnya alasan apa yang tidak memperbolehkan dirinya untuk tidak bekerja di luar perkebunan.

Merasa kesal mendengar seruan sang Ayah, suara Benedict pun tinggi kembali. "Apa alasan ayah, tidak memperbolehkan aku bekerja di luar perkebunan?"

Kedua netra Tuan Alexi melotot tajam ke arah putranya. Otaknya membeku seketika, bibirnya gemetar. Ia sadar, bahwa putranya akan balik bertanya mengapa ia tidak memperbolehkan bekerja di luar perkebunan. Namun, pria paruh baya itu masih belum bisa mengutarakan jawaban yang tepat.

"Selama kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, maka selama itu juga kau tidak bisa melarangku untuk bekerja di luar perkebunan!" tantang Benedict.

"Kau mengancamku?!" ketus Tuan Alexi sambil mengarahkan kursi roda menuju Benedict berdiri. "Dengar ya anak muda yang sok tahu! Aku melarangmu, karena aku tak ingin hal buruk terjadi untuk yang kedua kalinya. Cukup sudah aku kehilangan ibumu!" Tuan Alexi murka dan mulai melempar beberapa barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat ke arah dinding.

Related chapters

  • Kembalinya sang Ahli Waris   caraku, caramu

    Rasa takut muncul melihat kemarahan sang Ayah. Saat pria paruh baya itu sudah mulai melempar barang, artinya masalah ini sungguh serius. Dalam benak Benedict muncul begitu banyak pertanyaan. Salah satunya adalah kenapa ayahnya tidak langsung saja mengungkapkan alasan di balik tidak boleh bekerja di luar perkebunan.Benedict mendengus kesal,dan meninggalkan ayahnya di ruang tengah, seorang diri. Tanpa merasakan nikmatnya makan malam, yang sudah disajikan dengan rapih di tempat yang terbuat dari batu kali berbentuk bulat."Kau tidak bisa pergi begitu saja tanpa mendengarkan aku anak muda! Cepat kembali!" Murka Tuan Alexi melemparkan barang-barang yang ada di hadapannya ke arah pintu yang terbuat dari bambu kuning serta dipadupadankan dengan berbagai ornamen kaca di tengah.Keadaan rumah kacau balau. Lantai rumah berserakan akan pecahan kepingan mulai dari sebuah tempat berbentuk segitiga sebagai tempat untuk meletakkan abu tembakau. Kemudian sebuah tempat berbentuk silinder, tingginya

    Last Updated : 2023-02-25
  • Kembalinya sang Ahli Waris   their stubborn

    “Jangan pernah berdiri di depan meja kasir, dengan penampilan kumuhmu itu! Kau akan membuat semua tamuku kabur!” hardik wanita pemilik kedai makanan dan minuman tradisional korea.“Ma … maafkan aku, aku ….” belum sempat Ben meneruskan kembali, wanita paruh baya itu sudah memotong pembicaraannya.“Aish … sudah! Aku tidak ingin mendengar semua alasanmu itu. Sebaiknya kau tunggu di sini, sampai aku kembali,” titah wanita berbaju hanbok.Ben tidak menjawab dengan perkataan, hanya memberikan sebuah tanda bahwa ia mengerti akan ucapan wanita yang ada di hadapannya, yakni sebuah anggukan kepala.Wanita paruh baya itu mengangkat kepalanya ke atas sesaat kemudian keluar dari ruangan untuk menyelesaikan pekerjaannya, yakni mengantarkan beberapa makanan dan minuman ke meja tamu.Sambil menunggu wanita paruh baya, Ben mulai memberanikan diri untuk melihat-lihat apa isi dalam ruangan tersebut. Sebuah ruangan yang bisa dikatakan cukup luas, yang dipenuhi oleh berbagai bahan baku, seperti gandum, te

    Last Updated : 2023-02-27
  • Kembalinya sang Ahli Waris   dimana Ben?

    “Ben ….” teriak Tuan Alexi saat kedua matanya masih terpejam dalam mimpi buruknya.Tak lama kedua netra Tuan Alexi terbuka lebar. tubuhnya berkeringat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia pun menoleh ke arah sekitar, mencoba memahami dimana dirinya berada saat ini.Dipandanginya warna cat dinding, letak meja, lemari, hingga tempat dirinya berada saat ini, yakni sebuah tempat yang empuk, dan tak lain adalah ranjang tempat tidurnya.Tuan Alexi mulai merunutkan kejadian yang ia alami semalam, mulai dari bertengkar dengan putrinya hingga menunggu putra sulungnya di halaman depan dan tertidur pulas di atas benda yang sudah menemani hidupnya selama dua belas tahun.Setelah mengingat kejadian semalam, Tuan Alexi bergegas melihat waktu di ponselnya, dan langsung menarik kursi rodanya. Diangkatnya perlahan tubuh lemahnya dengan bertumpu pada meja kecil di samping ranjangnya.Berhasil duduk di atas kursi roda, kini tujuan pertamanya adalah menuju kamar putra sulungnya. Ada hal yang harus ia

    Last Updated : 2023-02-27
  • Kembalinya sang Ahli Waris   rahasia kecil Alexi

    “Kalau boleh tahu, memangnya apa yang membuat kalian berdua bertengkar?” tanya Tuan Kim, sambil meneguk air bening yang sejuk pada benda yang terbuat dari tanah liat.Tuan Alexi menundukkan wajahnya kembali. Rasa malu menghinggapi dirinya, ketika Tuan Kim mempertanyakan mengenai permasalahan yang membuat mereka berdua bertengkar hebat. Ingin sekali mengatakan permasalahan utamanya, hanya saja, seperti ada yang menahan suara Tuan Alexi untuk berbicara.Tuan Kim menunggu jawaban pasti dari Tuan Alexi. Namun, ia pun mengurungkan untuk mengetahui permasalahan mereka berdua saat melihat raut wajah memerah, dari pria yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya ini.“Baiklah, jika kau tidak ingin memberitahukan padaku. Tidak apa. Apapun itu permasalahannya, bagiku ….” belum sempat Tuan Kim melanjutkan pembicaraannya, Tuan Alexi sudah memotongnya dan memberitahukan permasalahan utamanya. “Masalahnya adalah soal keuangan.”Tuan Kim terkejut mendengar jawaban dari pria yang duduk di sebelah kiriny

    Last Updated : 2023-02-28
  • Kembalinya sang Ahli Waris   the dawson

    “Cepat bunuh orang tua itu. Jika dia mati, maka seluruh kekayaannya tentu saja akan jatuh ke tanganku dan anak-anakkku,” titah seorang pria paruh baya pada seorang dokter yang usianya tak jauh darinya.“Tapi tuan. Bagaimana kalau sampai pihak rumah sakit mencurigaiku? Apakah aku akan mendapat keuntungan, jika aku berhasil membunuh ayah kandungmu?” tanya dokter spesialis jantung yang namanya tersohor di Brooklyn.“Keuntungan? Maksudmu bayaran mahal dariku?” Pria berjanggut tipis itu memicingkan kedua matanya. Salah satu jari dari tangan kanannya menempel pada dagunya. Pikiran pria itu adalah hanyalah kelicikan saja. Memberikan keuntungan pada dokter itu, hanya akan mengurangi hartanya saja. Pria itu menarik nafas dan tersenyum smirk. Iblis dalam dirinya memerintahkannya untuk mengiyakan permintaan sang dokter. Namun, bukanlah uang yang akan ia berikan, melainkan akan membunuh sang dokter dan menghilangkan jejak.“Baiklah. Berapapun kau minta, akan ku berikan,” ucap pria bermanik emera

    Last Updated : 2023-03-01
  • Kembalinya sang Ahli Waris   pengakuan sang dokter

    “Aku ingin kau selalu mengikuti Dokter sialan itu. Dokter yang ku perintahkan untuk segera membunuh orang tua payah itu. Segera laporkan padaku, apakah dia berhasil menyuntik mati ayahku atau tidak!” perintah Tuan Connan dalam hubungan komunikasinya dengan seseorang di seberang sana.Tuan Cana begitu terkejut saat mendengar bahwa putra kesayangan berusaha membunuhnya dengan cara menyuntik mati melalui tangan seorang dokter.Geram dan murka seorang ayah pada putranya. Dalam hatinya hanya berbisik sumpah serapah dan merutuki setiap rencana jahatnya.Tak lama, ia mendengar kembali, suara putra bungsunya yang memerintahkan anak buahnya untuk segera ke lantai tempat dirinya dirawat. “Cepat naik ke lantai 7. Pastikan dokter itu sudah melaksanakan keinginanku. Jangan lupa ketika dokter Jarl sudah menyuntik mati ayahku, bunuh dia, dan ingat … jangan sampai ada jejak, kalau kita membunuh dokter sialan itu.”Bagai tersambar petir di kala musim panas, saat mendengar Tuan Connan telah merencanaka

    Last Updated : 2023-03-02
  • Kembalinya sang Ahli Waris   rencana pion catur

    "Tidak … jangan bunuh aku. Maafkan aku, Tuan Cana," teriak pria yang berprofesi sebagai spesialis tenaga kesehatan khususnya pada jantung, sambil duduk dengan kedua kaki dilipat kebelakang.Pria berambut putih itu tertawa dengan puas. Sudah lama rasanya ia tak merasakan bagaimana tertawa dengan lebar, Karena hal yang lucu.Tuan Cana mendekati Dokter Jarl dan memintanya untuk berbicara empat mata. "Siapa yang ingin membunuhmu, dok? Aku hanya ingin memintamu duduk dan kita bicara empat mata. Aku rasa ada hal yang harus kita bicarakan penting."Merasa malu dengan tingkah lakunya seperti anak kecil, Dokter Jarl pun menurut keinginan orang tua itu. Melihat raut wajah pria tua yang ada dihadapannya begitu berbeda dengan pria yang sudah menjebak dirinya itu. Dokter Jarl menundukkan wajahnya seraya berbisik, "Baiklah, Ka … kalau begitu. Ta … tapi … aku mohon jangan jebak aku lagi. Aku sudah tua, dan keluargaku sangat bergantung padaku.""Tenang saja, kau tak perlu khawatir. Justru aku ingin m

    Last Updated : 2023-03-04
  • Kembalinya sang Ahli Waris   penyamaran

    “Wow … wow … ada apa ini, kalian ingin membunuhku ? Aku hanya membawa pesanan untuk pasien di kamar, kenapa kalian menodongkan senjata begitu. Apa salahku?” tanya pemuda berkulit coklat.Kelima anak buah Connan terus saja memeriksa makanan, serta bagian seluruh kereta kecil pengantar makanan. Entah apa yang diperiksa oleh kelima pria berkacamata hitam itu saat memeriksa makanan, mengambil makanan dengan sendok lalu memakannya satu per satu.“Hey … kalian sangat tidak sopan sekali, makanan ini bukan untuk kalian!” seru pemuda berambut keriting dengan volume besar.Kelima pria itu langsung menghentikan suapan mereka. Dengan kompaknya mereka mengernyitkan kening serta tatapan mata yang begitu tajam, selayaknya sebilah golok yang akan menyambar lehernya.“Kami hanya memeriksa apakah makanan ini kau racuni atau tidak. Kalau sampai ada racun dimakanan ini, kami tak akan segan membawamu ke kantor polisi, serta melaporkan langsung pada pemilik rumah sakit ini,” tantang seorang pria bertubuh

    Last Updated : 2023-03-05

Latest chapter

  • Kembalinya sang Ahli Waris   Tanya hatimu

    “Tidaaakkk!” seru Ben dengan suara yang begitu menggelegar hingga membuat beberapa warga desa langsung berlari mendekat ke arahnya, mencari tahu apa yang telah terjadi.Suara teriakan Ben diikuti oleh suara letusan peluru yang keluar dari mulut Pistol FN Five-seveN. Dan hanya hitungan detik saja, terlihat aliran darah kental sekaligus bau anyir menyeruak.Emosi dan luapan amarah Ben semakin tak tertahankan, baginya sudah tak peduli lagi yang ada di hadapannya kali ini laki-laki atau wanita atau bahkan setan sekalipun. Tangan kirinya langsung saja mencengkeram leher gadis yang pernah ia cintai. Kekuatan tangan kekar Ben semakin kuat mencengkram leher Zora, hingga kali ini Zora benar-benar kesulitan bernafas.Melihat Ben yang sudah dikuasai amarah, Elmo segera berlari dan menarik tubuh hyungnya itu sekuat tenaganya. Kekuatan Ben pun semakin melemah sesaat setelah Elmo berhasil membawanya pergi sejauh dua meter dari Zora. Tangisan pun pecah dari suara maskulin Ben. Hancur berkeping lanta

  • Kembalinya sang Ahli Waris   neraka untuk Ben

    “Tapi sebelum kau pergi jangan lupa kau bawa mereka pergi dari sini,” imbuh Tuan Song sembari menarik tubuh Tuan Alexi yang sudah tak berdaya menuju Ben berdiri.Pria dengan banyak tattoo itu tak peduli bagaimana perasaan Ben saat melihat tubuh ayahnya di seret seperti layaknya sebuah benda usang yang hendak di buang ke tempat pembuangan sampah terakhir. Tubuh tua renta Tuan Alexi semakin melemah dan semakin banyak luka baru yang menganga di setiap bagian sudut tubuhnya.Seperti mendapat kekuatan, dengan cepat Ben melangkahkan kedua kakinya menuju Tuan Song dengan kedua tangan mengepal seperti sedang menahan kekuatannya. Wajah putih Ben kini berganti menjadi warna merah maroon, dan kini tangan kanan Ben sudah melayangkan tinjunya tepat di bagian perut hingga wajah sangar Tuan Song.Kedua netra Zora melihat jijik tatkala tak menyangka bahwa Ben memiliki kekuatan yang begitu besar dan begitu berani melawan Tuan Song, putri tunggal penguasa desa Cheong Sam itu segera memerintahkan anak b

  • Kembalinya sang Ahli Waris   Goodbye

    Goodbye XaelDua menit setelah Nyonya Jang Geum membujuk Ben untuk segera pulang, menemui ayahnya, tiba-tiba saja dering telfon berbunyi dari meja bundar. Terlihat dari layar datar tulisan my lovly father.“Xael, aku rasa ayahmu menelfonmu,” ucap Elmo.Bergegeas saja, tangan kanan gadis bermata biru itu menyambar benda berukuran delapan inch tepat di atas kasur empuk. Gadis itu sengaja pergi ke balkon, untuk menjawab panggilan jarak jauhnya.Sementara itu, Ben masih belum bisa memutuskan apakah akan pulang dengan membawa berita buruk untuk ayahnya ataukah harus bertahan di tempat ini dan terdiam dalam pikirannya tak dapat melakukan apapun. Elmo menyadari akan kebingungan hyungnya itu, pemuda yang jarak usianya dua tahun di bawah Ben mendekati secara perlahan, dan duduk di sampingnya.“Aku rasa jujur itu lebih baik hyung daripada kau terus sembunyikan permasalahan ini. Aku takut, kelak jika ayahmu tahu dari mulut orang lain yang mengatakan peristiwa ini dengan menambahkan banyak bumbu

  • Kembalinya sang Ahli Waris   Burn or Left

    “Halo Xael, apakah kamu saat ini sedang bersama dengan Ben?” tanya Tuan Billie dalam sambungan komunikasi jarak jauhnya.“Tentu saja. Saat ini aku malah sedang bersama dengan Nyonya Jang Geum juga,” jawab Xael.Tuan Billie terdiam sesaat saat Xael mengatakan ada boss dari tempat Ben bekerja. Sebenarnya, Tuan Billie ingin meminta Xael untuk mengatakan pada Ben agar segera pulang dan meminta Ben serta keluarganya segera berkemas dari sana. Tapi, jika tidak ada alasan yang tepat maka sudah pasti Ben akan menolak mentah-mentah. Tuan Billie pun merubah pikirannya untuk tidak mengatakan rencana agar Ben segera pulang pada gadis yang diam-diam menyukai cucu boss besarnya itu.“Kalau begitu, apa aku boleh berbincang dengan Nyonya Jang Geum,” pinta Tuan Billie.“Oh, oke. Sebentar,” ucap Xael.Benda berukuran delapan inch itu pun segera diberikan oleh Xael kepada Nyonya Jang Geum. Seraya menekan tombol membisukan suara, Xael mengatakan, “Nyonya Jang Geum … Tuan Billie ingin berbicara padamu.”“

  • Kembalinya sang Ahli Waris   siasat

    LACAK DAN HANCURKAN“Billie, apa kau sudah mencari informasi mengenai siapa gadis keparat itu?” tanya Tuan Cana dalam sambungan jarak jauhnya dari mobil ambulance.“Sudah, tuan. Gadis ini diketahui adalah anak tunggal dari kepala desa Cheong Sam. Ayahnya bernama Tuan Hyun Min, selain bekerja sebagai kepala desa, dia juga memiliki usaha,” jawab Tuan Billie.“Hmm … cepat lacak rumahnya. Hancurkan masa depan anak gadis keparat itu serta hancurkan juga karir ayahnya!” titah Tuan Cana.“Siap, laksanakan tuan,” balas Tuan Billie.Tuan Cana pun menutup sambungan telekomunikasinya pada Tuan Billie. Tatapannya kini beralih pada wajah polos seorang gadis yang seharusnya saat ia bertemu, dalam keadaan senang, dan bukanlah dalam keadaan yang begitu menyedihkan. Pria tua itu yakin kalau batin dari cucunya ini begitu terkoyak. Khawatir kalau jiwa cucunya menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa, Tuan Cana pun memerintahkan Tuan Billie untuk mencari dokter psikologi yang bagus di Negara ginseng ini.

  • Kembalinya sang Ahli Waris   dia cucuku

    CHAPTER 48Beberapa jam setelah Zora mengarak Ben ke tanah perbatasan“Tuan Cana, coba lihat ini … kedua cucu anda direndahkan oleh seorang gadis manja yang mungkin tak pernah diajarkan sopan santun serta menghargai terhadap orang lain oleh kedua orang tuanya,” lapor Tuan Billie seraya memperlihatkan panggilan video dari Xael.Kedua pria tua itu melihat bagaimana teganya seorang gadis memperlakukan kedua cucunya, direndahkan, bahkan tak tanggung-tanggung saat melihat keadaan Brie yang begitu kacau dengan cairan putih lengket berwarna susu, cukup membuat Tuan Cana murka. Bahkan, cucu laki-lakinya yang begitu ia banggakan pun juga turut dilecehkan dengan mengambil sebuah ponsel dari lumpur.Usai sambungan panggil video dari Xael, Tuan Cana mengambil ponsel, dompet serta jas panjang berwarna coklat muda. Pria tua ini benar-benar merasa bersalah, lantaran sudah menelantarkan kedua cucunya dengan keadaan seperti ini. Air mata membasahi kedua pipinya yang masih saja kencang diumurnya tak la

  • Kembalinya sang Ahli Waris   perasaan Yang sebenarnya

    "Tidak. Jangan lakukan kau turuti perintah Zora, Ben," teriak Xael.Bak memakan buah simalakama, Ben harus memilih. Melihat gadis yang sungguh teramat baik padanya mati di tangan gadis yang jahat, atau menyelamatkan nyawa gadis itu dengan mempermalukan dirinya sendiri dengan mengambil ponsel miliknya dengan mulutnya."Kau tak ingin teman spesialmu mati dengan sia-sia, bukan?" ancam Zora seraya menarik pelatuk pistol.Tanpa berpikir panjang, Ben segera menuruti keinginan picik Zora. "Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu. Tapi, lepaskan Xael terlebih dahulu," pinta Ben.Gadis berwajah Korea itu tersenyum smirk dan puas, mendengar ucapan pria miskin itu. Di lepaskannya cengkraman kuat dan senjata apinya sudah tak lagi ada di kepala Xael. "Kalau begitu, ayo … cepat ambil ponsel itu dengan mulutmu. Lalu bawa kesini," titah Zora.Sebelum mengambil ponsel, kedua netra Ben sempat melirik ke arah Xael berdiri. Tatapan permohonan maaf, karena harus merendahkan harga dirinya demi menyelamatka

  • Kembalinya sang Ahli Waris   ARTI SEBUAH kepantasan (2)

    Xael terus melangkahkan kedua kakinya dengan tergesa seraya ibu jarinya berusaha menekan layar ponsel, mencari orang yang bisa menolongnya saat ini. Pandangan Xael terbagi, antara melihat kemana Zora akan membawa Ben pergi, serta daftar nama dalam layar ponselnya.Karena pandangannya terbagi, sehingga Xael tak sadar, jika dirinya menekan nomor ponsel klien Jewel in the Palace-Tuan Billie. Xael sengaja melakukan panggilan video, agar orang yang ia hubungi dapat melihat sendiri bagaimana perlakuan Zora serta orang-orangnya telah menyiksa Ben."Hallo," jawab Tuan Billie"Hentikan kegilaanmu, Zora!" teriak Xael dengan lantang dan gagah berani seraya berlari kecil menghampiri Zora dengan tangan kirinya memegang ponsel pintar."Hallo, ada apa ini Xael?" tanya Tuan Billie kembali.Tuan Billie melihat bagaimana Zora menarik dengan kasar lengan Ben, hingga Ben terjatuh. Pria paruh baya itu mencoba untuk diam sejenak, serta mencerna apa yang sedang terjadi disana. Merasa ada Yang tak beres deng

  • Kembalinya sang Ahli Waris   Arti sebuah kepantasan (1)

    Sebelum Brie menjawab, Ben sudah tiba dengan nafas tersengal. Pria muda itu tak peduli dengan penampilannya yang hanya menggunakan selimut tebal sebagai penutup tubuhnya yang vital. Tak hanya itu, Xael pun juga bergegas melangkahkan kakinya menuju asal teriakan seraya memakai pakaiannya kembali."Brie … kamu kenapa disini? Lalu siapa para laki-laki ini?" tanya Ben seraya memeluk tubuh adiknya yang menggigil ketakutan.Gadis yang hanya terpaut usianya lima tahun dari Ben, tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Brie hanya bisa menatap dalam kedua netra kakak kesayangannya. Ben melihat pada tubuh adiknya yang begitu lengket dengan cairan kental berwarna putih susu. Tak hanya itu ada cairan berwarna merah pekat dengan bau anyir amis keluar dari bagian vital tepat diantara bawah pinggang."Apa yang kalian lakukan terhadap adikku!" murka Ben.Kedua netra Ben menatap tajam pada para pria yang ada disana, kedua tangannya mengepal siap untuk meninju wajah mereka. "Cepat katakan padaku, apa

DMCA.com Protection Status