Share

Perkelahian

Author: Emak pipit
last update Last Updated: 2024-04-01 19:23:18

Para anggota keluarga Nasution lain pun menatap Radit dengan sinis.

Wajah Tuan Rudy menjadi merah padam. Ia langsung mendatangi Radit dan menampar menantunya dengan keras.

PLAKKK!

"Beraninya kamu datang kemari lalu mempermalukan kami kembali, heh!"

"Ayah, ku mohon ... jangan ...," tegur Lucy dengan lembut. Ia cukup terkejut dengan respon ayahnya yang menurutnya keterlaluan.

"Kamu diam, Lucy! Pria sialan ini membuat masalah saja. Ayah selama ini diam hanya karena kakekmu saja. Sekarang, ayah tidak akan membiarkannya menjadi menantu di keluarga kita lagi!"

Mata Tuan Rudy melotot galak ke arah Lucy. Ia berkacak pinggang karena tak suka putrinya membela Radit.

"Ayah mertua, tolong jangan bentak Lucy. Lucy tidak bersalah dalam hal ini. Anda boleh terus menampar saya jika terbukti saya berbohong," tantang Radit.

"RADITYA CAKRA! Berani sekali kamu berkata begitu kepada suamiku. Dasar menantu sampah!" hardik Nyonya Winey gusar.

"Ckck. Sungguh malang nasib Lucy karena memiliki suami yang bukan hanya miskin harta tetapi miskin akal sehat juga," ledek Nyonya Shopia.

Tanpa perlawanan, Radit langsung memberikan surat pelunasan dari rumah sakit di sebuah amplop coklat. "Silakan kalian lihat sendiri. Aku sama sekali tidak berbohong," ucap Radit dengan matanya yang tegas. Amplop itu langsung beralih ke Tuan Rudy.

Tuan Rudy menerimanya dengan kasar. "Awas kalau kau mempermalukanku lagi!" ancamnya.

Mata Tuan Rudy mulai bergerak membaca, tak sabar Nyonya Winey ikut mengintip. Mulutnya menganga. Ternyata menantunya tidak berbohong.

"Dia benar, biaya rumah sakit semua sudah lunas," tandas Tuan Rudy lalu menyerahkan surat pelunasan kepada Nyonya Shopia.

Yang lain sibuk begerumbul, penasaran dengan ucapan Tuan Rudy.

"Bagaimana bisa kamu melunasi sisa tunggakan? Uang delapan puluh lima juta itu tidak sedikit. Kau mencuri?" tuduh Nyonya Bella.

"Setelah kalian tidak mempercayaiku, kali ini aku dituduh mencuri? Ayolah ...." Radit mulai kesal. Lagi-lagi ada saja celah Keluarga Nasution untuk mencari kesalahannya.

"Kamu ini mantan narapidana. Keponakanku yang malang kau tabrak sampai cacat. Apa yang bisa dipercaya dari seorang mantan napi, hah? Kau kan miskin." Nyonya Shopia ikut-ikutan menyudutkan Radit.

"Radit, katakan dengan jujur kepada kami, darimana uang sebanyak itu kau peroleh? Apa benar yang dikatakan bibimu, hah? Kau merampok?" Kali ini Tuan Rudy mulai terpengaruhi saudara-saudaranya. Ia mencurigai menantunya itu.

Radit mulai kebingungan. Haruskah dia jujur jika dia ini seorang pewaris keluarga kaya raya? Radit sendiri sampai sekarang masih tidak percaya dengan keberuntungannya hari ini, bagaimana dengan para pembencinya jika tahu itu? Dia pasti hanya dianggap membual.

"Aku mendapatkan uang itu dari meminjam. Aku meminjam kepada teman kampusku, kebetulan dia mau menolongku," jelas Radit berbohong. "Hahaha! Sudah ku duga. Tidak mungkin kamu memiliki uang sebanyak itu. Sungguh hina. Kamu memang tidak merampok, tapi kamu mengemis! Kamu berhutang demi menutupi hutang. Ini menantumu, Kak Rudy? Jika aku menjadi dirimu, aku akan mengurus perceraiannya dengan putriku," cemooh Nyonya Bella dengan sinis.

"Tanpa kau berkata seperti itupun, aku akan melakukannya. Ayah sudah tidak ada, tak akan ada yang bisa menentang perceraian ini," balas Tuan Rudy.

Radit mengernyitkan keningnya. Bagaimana bisa dia sudah melunasi hutang tunggakan, tapi mertuanya masih ingin dia bercerai.

"Tapi ini bukan kesepakatannya! Ibu mertua bilang kalau aku tidak bisa membayarkan lunas, barulah aku dan Lucy bercerai. Aku sudah membayarnya lunas," sanggah Radit tak terima.

"Dasar bodoh! Lalu setelah ini kau mau membuat keluarga kami makin susah dengan hutangmu kepada temanmu itu? Jangan mengada-ngada Radit!" bantah Nyonya Winey.

Usai semua keributan itu, Tuan Rudy justru mengusir Radit dari kediaman Tuan Yoanes. "Pergi dari sini. Kami sibuk membicarakan wasiat warisan ayah kami. Kau orang lain bagiku, tak ada gunanya di sini!"

Radit yang sudah lelah selalu diinjak harga dirinya memilih untuk pergi dari kediaman Tuan Yoanes. Lebih baik baginya daripada harus mendengar hinaan. Baru akan melangkah pergi, Lucy memanggilnya.

"Tunggu, aku ikut denganmu, Radit. Aku lelah setelah upacara pemakaman kakek bawa aku pulang," ucapnya.

Radit mengangguk mengiyakan. Ia kemudian mendekati kursi roda Lucy lalu mendorongnya perlahan.

"Terima kasih sudah mau membelaku," ungkap Radit saat mereka keluar dari pintu rumah.

"Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya malu, belum ada 24 jam kakek meninggal. Mereka sudah sibuk membicarakan warisan. Sungguh air mata mereka hanya sandiwara atas kematian kakek," ucap Lucy dengan mata sendu.

Radit diam tak berkomentar lagi. Ya, sebagai orang luar, Radit pun tak habis pikir. Tak ada kesedihan lagi di Keluarga Nasution. Tak ada tangisan kehilangan seperti tadi pagi. Ya. Lucy benar, itu hanya sandiwara kehilangan. "Sungguh miris menjadi orang kaya, tak ada yang benar-benar tulus," pikir Radit.

*

Keesokan harinya, Radit memutuskan untuk kembali pergi ke kampusnya. Dia harus menyelesaikan tugas akhirnya yang sempat tertunda. Bukan hanya itu, tujuan Radit sebenarnya adalah ingin bertemu Max. Teman dekatnya di Universitas Triguna Madani.

Terakhir kali mereka bertemu di malam sebelum kejadian kecelakaan yang menimpa Lucy. Saat kejadian, Max bersama Radit pulang dari klub malam sehabis perayaan ulang tahun Max. Ya, malam itu seseorang memukul kepala Radit dengan keras.

Ia pingsan, kemudian saat sadar ia sudah berada di dalam sel dengan tuduhan menabrak seorang wanita. Herannya, setelah peristiwa itu, Max tidak ada muncul untuk mengunjunginya.

Sekarang saat Radit sudah bebas, Radit merasa harus menemukan penjelasannya dari Max.

Mata Radit sibuk menyisir hingga orang yang ia cari ternyata sedang asyik bersenda gurau dengan kekasihnya di sebuah taman.

"Max!" panggil Radit.

Air muka Max yang semula ceria mendadak berubah. Tak bisa dijelaskan hanya saja Radit yakin Max terkejut dengan kehadirannya di sana.

"Radit? Kau sudah keluar dari penjara? Bagaimana mungkin?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari bibir Max.

"Apa kau terkejut? Jelas aku keluar karena aku bukan pelakunya. Kau tahu itu, bukan?"

Max menggeleng keras. "Tidak. Kau menabrak seseorang, Radit. Malam itu kau membawa mobil ugal-ugalan karena mabuk. Seseorang kau tabrak hingga ia dilarikan ke rumah sakit," sanggah Max.

"Kau bicara apa? Malam itu aku tidak mabuk." Radit semakin mendekati Max. Hanya Max memundurkan langkahnya untuk tetap menjaga jarak. Ia juga menarik kekasihnya agar menjauhi Radit.

"Malam itu kau minum. Hasil laboratorium pun mengatakan ada kandungan alkohol di urinmu. Kau tidak bisa mengelak atas hal yang sudah kau lakukan, Dit. Semua orang sudah tahu kebenarannya," ungkap Max.

Radit sangat terkejut dengan pengakuan Max yang tidak jujur. Bagaimana mungkin dia mabuk, sementara ia sadar dirinya digebuki dan harus cuci piring demi membayar tagihan minuman miliknya sendiri.

"Aku hanya minum segelas itu pun beberapa teguk karena aku tidak terbiasa," lirih Radit masih mencoba membela dirinya.

"Justru karena tidak terbiasa kau jadi mabuk. Aku adalah saksi mata di tempat kejadian, Dit. Kau menabrak seorang wanita malam itu. Sekarang kau justru bebas berkeliaran di sini dengan perasaan tak bersalah."

Mendengar Max tetap ngotot menuduhnya, Radit benar-benar marah. Tangannya mengepal lalu mendorong tubuh Max ke pojok dinding. Ia ingin sekali menghajar orang yang sudah dianggapnya teman.

Tangan Radit mengangkat kerah baju Max dengan kasar. "Max, kau sedang mendongeng apa, hah? Kau berbohong. Kau mengatakan itu ke polisi sehingga aku ditahan? Katakan kepadaku, siapa pelaku sebenarnya hah?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Andy Irawan
alur ceritanya sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Ketidakadilan

    "Kaulah pelakunya. Enyah dari hadapanku! Lepas!" teriak Max tak mau kalah.Panik melihat kekasihnya akan dihajar Radit. Kekasih Max berteriak meminta tolong. Sontak saja perselisihan itu menarik perhatian warga kampus."Tolong! Tolong! Ada narapidana lepas. Ia ingin memukul Max!" teriaknya.Mulai membuat keramaian. Radit langsung melepaskan genggaman kerah baju Max. Melihat Radit lengah, Max pun langsung meninju wajah Max dengan kepalan mautnya.Buugggghhh."Brengsek! Kau ini penjahat, berani sekali mengintimidasiku!"Radit terhuyung. Posisinya yang tak stabil langsung dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk memegangi kedua tangan Radit. Max tersenyum licik. Dia kembali mengepalkan tangannya dan memukul perut Radit."Dasar culun yang sok jago! Rasakan ini!"Bertubi-tubi Max menjadikan perut Radit samsak tinjunya. Hingga Radit tak berdaya dan terkapar.Max masih belum puas. Ia menjambak rambut Radit dan dengan arogan berteriak di depan wajah Radit yang bonyok."Kau tidak akan diterima dikampus in

    Last Updated : 2024-04-03
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Berlututlah kepadaku!

    "Aa–aapa? Bahkan anak tadi meneriaki Anda. Dia sungguh tidak sopan dan saya minta maaf kepada Anda. Anda pasti merasa tersinggung," ucap wakil kepala tadi.Tuan Brando menghela napas lalu mengeluarkan ponselnya. Mengotak-atik sebentar dan menaruhnya di atas meja wakil kepala yayasan.Sebuah video sedang diputar. Max dan wakil kepala melongo ke arah meja untuk melihat."Video apa ini? Ini pasti editan!" Wajah Max merah. Ia merasa terjepit. Bukti jelas ada di hadapannya.Wakil kepala yayasan menelan salivanya lalu menatap Tuan Brando dengan wajah pucat pasi. "Ini ada kesalahpahaman," ucapnya grogi.Tuan Brando mendekati wajah wakil kepala yayasan. "Anak itu bebas. Artinya dia tidak bersalah.""Tapi–" Masih saja Wakil kepala mau mengelak."Dia bukan orang yang memiliki kekuasaan dan uang, bukan? Kali ini apa kalian mau menuduhnya karena menyogok polisi agar bisa keluar dari penjara?" tebak Tuan Brando."Saya bersamanya di lokasi. Saya saksinya kalau dia yang menabrak." Max masih kekeh dengan uca

    Last Updated : 2024-04-03
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    Max mengepalkan kedua tangannya. Ia ingin sekali memukul wajah Radit, tapi dia tidak memiliki keberanian karena disaksikan oleh wakil kepala yayasan."Jangan bermimpi! Kamu hanya sampah bagiku. Kamu pikir kamu bisa berbuat apa kepadaku, hah?" Max balik berbisik pelan. Ia menantang Radit karena merasa ancaman Tuan Brando hanya angin lalu saja. Tidak mungkin masalah tadi membuat ayahnya marah dan membela Radit yang bukan siapa-siapa. Max tahu siapa ayahnya.Radit tersenyum kecut. "Baiklah. Kita lihat nanti. Apakah kita akan diwisuda bersama-sama atau kau yang nyatanya harus keluar dari kampus elit ini," ucap Radit sambil berlalu dengan santai meninggalkan Max yang terdiam mematung."Ck. Sialan! Beraninya dia mengancamku!" decak Max.Baru beberapa langkah Radit beranjak, tak lama suara ponsel Max berbunyi. Di balik ponsel itu terdengar suara pria yang sedang marah besar dan memaki-maki Max. Usai menutup telepon Max buru-buru mengejar Radit dan menarik lengannya."Mau apa lagi? Mau ngajak

    Last Updated : 2024-04-04
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Bandot Tua

    Radit ingin segera pulang, tapi motor bututnya mati. Ia pun mengeluarkan kembali ponselnya dan menghubungi nomor Tuan Brando sekali lagi.Tak menunggu lama, Tuan Brando tiba. Ia menyarankan Radit untuk mengobati lukanya terlebih dahulu ke rumah sakit tapi Radit menolaknya. Ia mengkhawatirkan Lucy."Saya ingin segera pulang karena ada hal penting. Tolong urus motor kesayangan saya ini ke bengkel!""Tuan tenang saja. Kalau begitu biar saya antarkan Tuan pulang," sahut Tuan Brando.Radit melirik mobil Rolls Royce yang ada di hadapannya. Ia khawatir jika pulang menggunakan itu, akan banyak pertanyaan yang datang. Akhirnya Radit memutuskan untuk pulang naik taksi saja."Segera saya akan kirim motor Anda jika sudah selesai diperbaiki," ucap Tuan Brando seraya menutupkan pintu taksi.Taksi yang membawa Raditpun langsung melesat ke alamat rumah Tuan Rudy Nasution. Dan benar saja dugaan Radit, mobil yang menyerempetnya tadi ada di muka halaman rumah.Terdengar suara tertawa renyah milik Nyonya

    Last Updated : 2024-04-05
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Bertemu Ibu

    "Ah, tidak mungkin!" reflek Tuan Rudy. "Dit, kamu dapat uang dari mana lagi? Kemarin saja pinjam uang ke temanmu. Sekarang kamu beli motor, hutang lagi?"Belum sempat Radit menjawab, Nyonya Winey memukulinya. "Dasar tidak tahu malu. Aku tahu kamu melakukan ini karena kemarin kan? Kenapa harus menambah beban anakku sih demi gaya-gayaan!!!" pekiknya."Ibu, sudah, Bu! Kasihan Radit!" Lucy mencoba menenangkan ibunya."Apa maksudmu, Winey?" Tanya Tuan Rudi.Pertanyaan Tuan Rudi membuat Nyonya Winey berhenti memukuli menantunya itu. "Kemarin Tuan Kasim meledeknya karena motor bututnya mogok di jalan. Si miskin ini juga menuduh Tuan Kasim menabraknya. Tuan Kasim tidak terima lalu memberikan uang kepada Radit, tapi dia sok menolak dengan mengatakan dia bisa membeli motor baru tanpa uang itu. Heh! Ternyata nekat juga anak ini membeli dengan berhutang!" jelas Nyonya Winey panjang lebar."Apa?" Tuan Rudi yang marah langsung menoyor kepala menantunya. "Kau hilang akal? Harga motor ini sangat mah

    Last Updated : 2024-04-06
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Pilih Ibu atau Istrimu?

    Radit membuka matanya perlahan. Sinar lampu menyilaukan matanya. Terdengar sayup suara seseorang memanggil namanya. Hingga kesadarannya sepenuhnya pulih, Radit melihat sosok Tuan Brando ada di sampingnya."Tuan muda sudah sadar?" tanyanya.Radit merasa tenggorokannya kering. Dengan cepat ia mengingat kejadian saat ibunya jatuh dan kepalanya mengeluarkan darah. "Ibu ... Dimana ibuku?" ucapnya dengan suara tercekat."Ibu Anda baik-baik saja. Beliau ada di kamar perawatan di sebelah. Beruntung kami datang tepat waktu sebelum keadaan memburuk."Radit ingat bagaimana ibu kontrakan yang tak punya hati itu membuatnya babak belur dan membuat ibunya terluka parah. Hatinya bergemuruh marah."Mereka mengusir ibuku seperti mengusir seekor lalat. Aku tidak terima," ucap Radit."Anda tenang saja, mereka sudah mendapatkan ganjaran setimpal.""Benarkah? Apa yang Anda lakukan kepada mereka?"Tuan Brando mendekati Radit lalu berbisik perlahan ke telinga Radit. Mata Radit langsung menyalak."Apa?! Memb

    Last Updated : 2024-04-08
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Dicari Polisi

    Radit menunduk. "Maaf, Bu. Aku tidak bisa melanggar janjiku. Lagi pula aku harus tahu siapa yang menjebakku dan membuktikan bahwa aku tidak bersalah selama ini terhadap Lucy."Nyonya Yessi memalingkan wajahnya. "Jadi kamu lebih memilih istrimu?""Ibu tahu, wanita yang pertama aku cintai di dalam hidupku adalah dirimu. Bagaimana mungkin aku memilih istriku bukan ibuku? Hanya saja ini bukan soal ibu atau Lucy. Tapi ini tentang harga diriku, Bu.""Baiklah, ibu mengerti hal itu. Tapi bukan berarti kamu akan bertemu kakekmu dan kembali ke keluarga itu kan?"Radit memegang punggung tangan ibunya. "Bu, jangan khawatir. Putramu sudah besar dan bisa menjaga dirinya. Percayalah kepadaku, tidak akan terjadi apapun setelah pertemuanku dengan Tuan Mandala. Lagi pula aku penasaran, kenapa setelah mereka membuangku sekarang mereka membutuhkan keberadaanku. Aku ingin tahu lebih banyak," jelas Radit.Nyonya Yessi mendengkus. Ia melepaskan tangannya dari genggaman putranya. Wajahnya nampak kecewa dan m

    Last Updated : 2024-04-09
  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Tak Mampu Membayar

    "Kenapa terkejut? Kau melakukan hal apa lagi kali ini?""Tidak ada. Kenapa kau menuduhku yang tidak-tidak," sanggah Radit."Sebab kau menghilang.""Soal itu, aku ke rumah ibuku. Di sana ibuku diusir dari kontrakannya. Mau tidak mau aku mengurus ibuku dulu dan mencarikan tempat tinggal untuk beliau. Aku menginap karena ibuku memintaku bersamanya setelah lama tak bertemu," jelas Radit berbohong. Radit memperhatikan ekspresi Lucy. Ia berharap Lucy mempercayainya."Lalu, polisi itu tidak mengatakan apapun?" tanyanya lagi kepada Lucy.Lucy lalu mendorong kursi roda dengan satu tangannya menuju meja rias."Tidak ada. Hanya diberikan surat pemanggilan. Aku tidak berani membukanya karena itu bukan urusanku."Lucy menyerahkan sebuah amplop putih kepada Radit. Radit buru-buru membuka dan membaca isinya. "Oh.""Apanya yang Oh?"Radit menatap Lucy heran. "Apa kau benar-benar mau tau?" goda Radit.Lucy memalingkan wajahnya. "Jawab saja. Setidaknya aku berharap kamu tidak ditangkap lagi atas kasus

    Last Updated : 2024-04-11

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Mengacaukan Makan Malam

    "Ya. Pria tua bangka ini sudah ada di hadapan kami. Sekarang apa tugas lanjutan untuk kami?""Jangan sentuh pria itu sebelum aku datang. Aku sudah tidak sabar bertemu teman lamaku itu. Hahaha!" tawa pria itu dengan renyah.Panggilan berakhir. Rudy bisa mendengar suara yang diloudspeaker oleh ketiga pria di hadapannya itu. Ia mencoba mengenali suara pria yang mengaku teman lamanya. Sayangnya, pikiran yang kacau dan rasa khawatir berlebihan membuatnya tidak bisa mengingat."Siapa dia? Kenapa harus menculikku segala!" batin Tuan Rudy.****Radit menyerah. Setengah harian ia berkeliling mencari ayah mertuanya tapi tak juga ia temukan. Nomor ponsel Tuan Rudy pun masih tidak aktif.Radit memutuskan menghubungi Tuan Brando untuk meminta bantuan. Ia mulai mencurigai ayah kandungnya yang mungkin saja bertindak untuk mengancam Radit."Ayah mertuaku menghilang. Kami berpisah saat di kantor polisi siang tadi. Hingga petang aku tidak menemukannya di manapun. Setiap sudut kota sudah aku cari namun

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Diculik

    "Sudah! Sudah! Ini rumah sakit. Kenapa kalian berdua harus berisik," tegur Tuan Husen."Maafkan aku, Yah. Aku hanya bingung saja kenapa di tempat yang harusnya steril justru ada kotoran di sini," hina Harris.Radit menaikkan alisnya. Ia melangkah maju mendekati Harris. "Sebenarnya ucapanmu benar-benar menyinggungku. Hanya saja, aku menghargai Kakek Mandala yang terbaring lemah di sana. Aku tidak ingin membuat keributan. Lebih baik aku pergi."Baru Radit akan berlalu, dengan cepat tangan Harris meraih lengan Radit. Pria itu menatap Radit dengan tajam."Kakek Mandala? Sejak kapan kamu berani selancang itu memanggil presdir dengan sebutan kakek?" Radit tak menjawab. Ia membungkam mulutnya. Ia hanya tersenyum mengejek. Lalu mencoba melepaskan dirinya dari genggaman tangan Harris yang sangat erat memeganginya."Harris! Biarkan dia pergi," perintah Tuan Husen."Tapi, Yah ...."Harris merasa setengah hati ingin melawan perintah ayahnya. Ia terheran-heran dengan sikap ayahnya yang terlihat m

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   ICU

    Radit menganggukkan kepalanya lalu meminta sang ayah mertua untuk duduk sebentar menunggunya."Ayah mertua, duduk dulu di sini. Kau perlu menenangkan dirimu juga. Aku mau bicara empat mata dengan pengacara kita."Nona Jessica menggiring Radit ke pojok ruangan di kantor polisi."Ada apa, Nona Jessica? Apa ada permasalahan?"Nona Jessica mendesah pelan. "Tuan muda, saya rasa ini kasus hanya jebakan. Secara spesifik antara Tuan Rudy dengan para pelaku tidak ada keterikatan atau saling kenal. Ini hanya fitnahan saja.""Syukurlah. Berarti ayah mertua saya bisa segera bebas kan?"Nona Jessica menggeleng pelan. "Sayangnya, meski menurut Tuan Rudy dia tidak mengenal semuanya. Pelaku lainnya justru mengakui jika sudah dua kali Tuan Rudy menerima uang dari mereka ke rekeningnya. Hal ini harus segera kita telusuri lebih lanjut. Jika pengakuan itu benar. Tuan Rudy akan sulit menyangkal lagi.""Tunggu dulu, sepengetahuanku ayah mertuaku memang telah meminjam dana di bank untuk membangun perusahaa

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Penangkapan

    Mendapat pesan bernada ancaman Radit mencoba mengabaikannya. Ia sudah tahu itu resiko yang harus ia ambil."Dia tahu aku akan menemui kakek, itu artinya siapapun dia, aku sedang diintai," lirih Radit. Raditpun tetap bersiap-siap. Ia sangat tertarik dengan orang dibalik pesan ancaman itu. "Mari kita lihat, kira-kira apa ini ancaman saja untuk menggertakku? Dia pikir seorang Raditya Cakranomoto akan takut? Hmmm ...."Usai bersiap, Radit turun ke ruang meja makan. Di sana sudah nampak Tuan Rudy tengah asyik berteleponan."Ayah mertua, aku pergi duluan!" kode Radit berpamitan.Tuan Rudy yang tengah asyik menelepon hanya menganggukkan kepada sembari tangannya mengusir Radit untuk pergi.Radit pun melewati waktu sarapannya bersama sang ayah mertua. Ia terlihat buru-buru karena akan dijemput oleh Tuan Brando.Benar saja, saat keluar pintu pagar rumah, sebuah mobil rolls royce datang menghampirinya."Selamat pagi, Tuan muda." Kaca jendela terbuka, Tuan Brando menyapa Radit.Mobil berhenti,

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Ancaman

    "... aku masih berharap jika Anda ada di pihakku, bukan berada di dua penjuru," lanjut Radit."Tentu saya berada di pihak Anda, Tuan muda. Saya tahu selama ini Anda mendapatkan ketidakadilan atas masalah ini. Seseorang yang bersalah, harus mendapatkan ganjarannya sekalipun dia adalah Tuan Harris."Radit memandang jauh tatapannya. "Apakah itu benar?""Anda boleh meragukan saya karena saya menyembunyikan hal ini dari Anda. Saya hanya khwatir keselamatan Anda, Tuan muda. Biarkan saya yang bekerja untuk membalas. Lagipula, salah satu pembalasannya sudah saya jalankan," aku Tuan Brando lagi.Radit menyipitkan matanya. "Apa maksudmu?""Saya diam-diam membobol data akun bank milik Tuan muda Harris. Bukan perkara sulit mencari hacker yang mau membantu saya untuk mengambil uang sebesar dua ratus juta dari rekening Tuan Harris. Saya rasa, Tuan Harris perlu bertanggung jawab atas pengobatan korbanmya, Nyonya Lucy.""Apa katamu? Jadi uang itu ...."Tuan Brando mengangguk. Radit diam sesaat. Ia m

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Apa Rencanamu, Tuan Brando?

    Usai puas berkeliling Radit membawa Lucy pulang. Rupanya Lucy kelelahan sampai tertidur di mobil. Radit pun menggendong istrinya dari mobil menuju kamar tidur mereka."Bagaimana sudah bertemu ibumu?" tanya Tuan Rudy saat melihat Radit masuk membawa putrinya.Radit menggeleng. "Belum.""Kemana kira-kira ibumu pergi. Apakah masih tidak bisa dihubungi?" Radit menggeleng sekali lagi. "Ponselnya masih belum diaktifkan.""Duh, ini semua pasti sudah kelewatan batas makanya Nyonya Yessi seperti ini. Aku minta maaf atas nama istriku," ucap Tuan Rudy bersungguh-sungguh seperti orang menyesal.Radit mengangguk. "Iya. Aku akan mencari ibuku lagi setelah menaruh Lucy di kamar. Dia kelelahan, kasihan."Tuan Rudy lalu membiarkan menantunya lewat. Radit diam-diam merasa sedikit tersanjung atas sikap ayah mertuanya yang masih memedulikan ibunya.****Radit segera menuju hotel di tempat Tuan Brando mengirim ibunya. Hotel megah itu harusnya memiliki banyak tamu di saat weekend begini, nyatanya hotel it

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Kecupan Hangat

    Keesokan harinya, Lucy menyampaikan keputusannya untuk berangkat ke luar negeri kepada Tuan Rudy dan Nyonya Winey usai mereka sarapan pagi. Kedua orang tua Lucy sangat bahagia mendengar keberuntungan putri mereka. Tak lama lagi, Lucy akan berjalan dan kembali seperti semula. Karir sang putri pun terlihat mulai bersinar."Jadi, kamu akan pergi sendiri? Aku akan menemanimu di sana, bagaimana?" tawar Nyonya Winey. Ya, kapan lagi wanita tua itu bisa jalan-jalan ke luar negeri. Ini adalah kesempatan emas untuknya."Ibu mertua jangan khawatir. Aku akan ikut serta bersama Lucy." Buru-buru Radit menjawab, ia memupuskan harapan ibu mertuanya."Kamu? Loh kamu kan bekerja magang di Pionir. Mana bisa seenaknya izin," sergah Nyonya Winey."Iya, Dit. Kamu kan bukan anak dari yang punya perusahaan. Kamu pikir, bisa seenaknya berlibur?" sindir Tuan Rudy, ikut-ikutan membully Radit.Lucy menjadi tak enak melihat suaminya dipojokkan. Ia memegang punggung tangan Radit. "Aku tahu kamu juga mengkhawatirk

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Pelakunya Pasti Dia

    Radit memperhatikan Lucy yang kelihatan bersemangat kembali usai perbincangan mereka. Radit bersyukur, akhirnya sang istri mau melakukan operasi dan pengobatan kakinya. Radit kemudian pergi ke kamar ibunya, Nyonya Yessi. Ia cukup terkejut melihat kamar ibunya sepi tak berpenghuni. Tak biasanya sang ibu pergi tanpa memberitahu apapun kepadanya. Firasat Radit tak enak. Buru-buru dia membuka lemari, dan benar saja, tak ada satu pakaianpun tersisa di sana. Semua kosong."Kemana perginya ibuku?" batin Radit. Dengan gusar, ia mencoba berulang kali menghubungi sang ibunda. Tapi hasilnya nihil. Nomor Nyonya Yessi tidak aktif. Radit langsung bergegas mencari jawaban atas pertanyaannya kepada Nyonya Winey. Wanita itu harusnya tau kemana ibunya sebab mereka tinggal berdua di rumah itu saat semua orang sibuk bekerja."Ada apa?" tanya Nyonya Winey dengan wajah malas saat membuka pintu kamarnya yang diketuk Radit."Ibu, maaf aku mengganggu waktu istirahatmu. Aku hanya ingin bertanya, apakah ibu t

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Reward untuk Lucy

    "Maaf, aku di sini tidak memiliki jabatan apapun. Jadi percuma saja Anda bersujud di hadapanku," ucap Radit.Tuan Jacob menyadari kebodohannya. Ia berhenti bersujud."Sudahlah, Jacob. Berhenti berakting seolah kau menyesali perbuatanmu. Kali ini kamu akan ku loloskan. Aku tidak akan memecatmu," ucap Tuan Husen.Jacob merasa senang."Be-benarkah itu, kakak ipar?""Berhenti memanggilku begitu di kantor. Bersikaplah profesional. Panggil aku Pak Direktur!" tegur Tuan Husen kembali.Tuan Jacob menundukkan kepalanya sambil mengucap kata maaf untuk kesekian kalinya lagi."Aku dan tuan presdir bersepakat tidak akan memecatmu. Hanya kami akan memutasimu untuk pindah ke anak perusahaan.""Tapi ....""Ini surat keputasan pindah tugasnya. Kamu bisa tanda tangani dokumen ini," ucap Tuan Husen kembali.Tuan Jacob tidak bisa menentang. Dipindahkan lebih baik daripada dipecat. Ia tidak mau karirnya berhenti begitu saja. Dia menatap Radit penuh kebencian. Kemunculan anak tiri kakaknya itu membuat diri

DMCA.com Protection Status