Share

Surat

Penulis: waktu rebahan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-25 21:14:56

Allein kini sedang fokus, matanya terus memandangi setiap bagian dari pedang perak yang mengkilap dan terlihat sangat mewah itu. Berat dan panjang dari pedang itu sangatlah proporsional, setidaknya itulah yang di rasakan Allein saat menggenggamnya.

Dia langsung menyadari jika ini adalah pedang yang berkualitas. "Siapa manusia yang sudah jadi kerangka ini?" Allein merasakan kebingungan sambil menatap kerangka manusia tersebut dengan penuh rasa penasaran.

''Aku tahu bahwa bukan orang sembarangan yang bisa mempunyai pedang seperti ini. Kualitas pedang ini hampir sama dengan kualitas pedang buatan para dwarf untuk para ksatria di aliansi pada saat perang melawan iblis dulu.''

Rasa penasaran kini terus mengisi kepalanya. Pedang perak yang kini di genggamnya, identitas tengkorak manusia dan apa itu ksatria suci, semuanya menjadi tanda tanya untuk Allein.

''Haaaaahh, akan kucari tahu nanti saja ketika aku sudah kembali ke benua Skoupidia. Untuk sekarang aku akan memasukan pedang ini kembali ke dalam cincin penyimpanan."

Allein mengalirkan mananya ke cincin penyimpanan dan membayangkan pedang yang kini di genggamnya masuk kesana. Ternyata pedang itu berhasil masuk kembali. Allein hanya mengeluarkan senyuman kecil, karena ternyata ingatan Allein Springtopia berguna untuknya.

Andaikan dia tidak memiliki ingatan tersebut, dia pasti tidak menyadari kegunaan dari cincin penyimpanan ini. Kemugkinan dia menganggap cincin tersebut tidak berguna dan tidak akan mengambilnya.

Setelah pedang itu masuk kembali kedalam cincin. Allein kemudian duduk dan mulai membuka gulungan surat yang berasal dari cincin penyimpanan itu. Dengan santai dia mulai membaca surat tersebut, kata demi kata dia baca dengan seksama.

“Hari ini aku terluka parah, Behemoth itu terlalu kuat. Kemungkinan aku tidak akan selamat. Aku tidak bisa mencapai jurang hitam untuk menyelamatkan mu. Luka di dadaku begitu dalam sampai merusak tulang dan jantungku, jika dibilang sakit ini tidak lah seberapa dengan rasa sakit yang selama ini kau alami.”

“Lauren maafkan aku semua hal yang terjadi kepadamu karena aku terlalu egois. Kau bahkan rela melakukan kontrak perbudakan denganku hanya untuk meredam opini publik bahwa dirimu tak berbahaya.”

“Semua salahku, jika aku tak memaksakan keinginanku untuk menikah denganmu, kau tidak perlu sampai menjadi budak dan mengalami penghinaan dari semua orang. Kau bisa terus hidup tenang di hutan monster itu, salahku bahkan dimulai ketika kita bertemu.”

“Untuk bisa membuktikan bahwa penyihir hitam itu tidak jahat. Sebagai ksatria cuci aku terlalu naif, dengan bodohnya mengajakmu keluar dari hutan itu yang secara tidak langsung membawamu ke dalam neraka. Sekali lagi maafkan aku, kekuatanku tak bisa melawan semua klan dan pihak kerajaan yang ingin membunuhmu.”

Allein tercengang dengan surat tersebut. Dia sampai tidak sadar mengeluarkan hawa membunuh. Sekali lagi, dia marah terhadap perlakuan buruk yang dialami para penyihir hitam, bahkan sampai kontrak perbudakan dilakukan pada penyihir hitam.

Namun, Allein segera tersadar, dia terlalu mengedepankan perasaannya. Dia tidak punya bukti dan saksi satupun tentang kejadian yang ada dalam surat tersebut. "Seharusnya aku tidak menelan mentah-mentah isi surat ini. Setidaknya aku harus membuktikannya. Tapi, bagaimana caraku bisa membuktikannya ?"

Allein kembali membaca surat tersebut. Dan sepertinya dia menemukan petunjuk untuk membuktikannya. "Ini dia jurang hitam!" Senyuman pun tergurat di wajahnya.

 Allein yakin bahwa sepertinya jurang hitam itu berada di pulau ini. Karena dari surat itu tertulis bahwa kerangka manusia tersebut gagal mencapai jurang hitam dan terluka oleh Behemoth.

Karena terlalu fokus membaca dan memikirkan kebenaran isi surat tersebut. Allein baru menyadari bahwa diluar gua, hari sudah semakin gelap. Dirasa gua ini cukup aman, ia pun memutuskan untuk tidur disini untuk malam ini. Bersama dengan kerangka manusia yang masih misterius.

***

Keesokan paginya Allein terbangun dengan tenang. Tidak ada monster yang mengincarnya pagi ini, hanya hangatnya sinar mentari yang menyambutnya ketika terbangun.

Karena sangat berhutang dengan cincin penyimpanan serta pedang perak yang akan dibawa olehnya. Dengan pedang tulang milik ogre hijau serta kedua tangannya, Allein mulai menggali kuburan di luar gua.

Keringat mulai bercucuran di dahinya, tapi dia dengan antusias terus menggali. Setelah cukup lama menggali dan dirasa sudah cukup dalam, Allein langsung memasukan kerangka tersebut ke dalam lubang kuburan. Dalam beberapa menit kemudian sebuah kuburan berhasil dia buat.

"Anggap saja ini sebagai penghormatan dari mantan penyihir hitam terkuat di benua Skoupidia." Allein berbicara dengan lirih, sambil terus melihat ke arah kuburan yang baru saja dibuatnya.

Karena dirasa sudah selesai Allein langsung melanjutkan perjalannya. Setelah kemarin membaca surat dari kerangka manusia yang misterius itu, dia jadi lebih bersemangat untuk meningkatkan kekuatannya. Sekarang dia jadi punya satu tujuan baru lagi yaitu menemukan bukti di jurang hitam.

Kembali menyusuri hutan. Langkah demi langkah, dia terus bergerak maju. Namun, tiba-tiba di depannya ada sesuatu yang menarik perhatian. Lima ogre hijau kini sedang terlibat pertarungan sengit melawan seekor manticore.

"Manticore sang monster singa bersayap melawan 4 ogre hijau. Ini pertarungan yang cukup menarik." Allein kini mulai mengamati pertarungan itu dari balik pohon yang tak jauh dari tempat pertarungan.

Manticore itu cukup kewalahan membalas serangan dari ke lima ogre hijau. Para ogre hijau diuntungkan karena menang jumlah, mereka pun menyerang membabi buta dari segala arah. Manticore itu hanya mencoba menghindar dan sesekali juga terkena serangan para ogre hijau.

Selain dirugikan oleh jumlah ogre hijau, manticore itu juga dirugikan oleh banyaknya pepohonan  yang membatasi gerakannya. Setelah dirasa terlalu banyak kerugian, manticore tersebut tiba-tiba mengepakkan sayapnya dan terbang melarikan diri.

"Grruuua gruuuaaa." Suara para ogre hijau pun mulai terdengar. Mereka sedang merayakan kemenangan karena telah membuat manticore itu melarikan diri.

Tapi, itu tak berlangsung lama. Para ogre hijau itupun langsung menyadari bahwa ada yang sedang mengawasi mereka dari balik pohon.

Allein pun langsung keluar dari persembunyiannya, menampakan dirinya pada kelima ogre hijau itu. Bukan karena ia ceroboh sampai posisinya diketahui ke lima ogre hijau. Tapi, Allein sebenarnya sengaja melakukan itu.

"Aku harus membunuh ogre itu sebelum memasuki mode rage,'' Allein bergumam pelan. Dia tak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera melatih tubuh lemahnya.

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Sedikit kemajuan

    Para ogre hijau itu tampak waspada dengan kemunculan Allein. Hal itu karena mereka melihat salah satu pedang tulang milik salah satu kawan mereka yang kini berada di genggaman tangan Allein. Para ogre hijau mulai mengambil posisi bersiap. Mereka saling menatap satu sama lain, seolah sedang merencanakan sesuatu untuk membunuh Allein. "Shadow aura!" Namun, sebelum mata mereka kembali menatap ke arah musuhnya. Allein langsung berlari menyerang dengan kecepatan penuh ke arah ogre hijau itu. Kali ini dia langsung menggunakan shadow aura untuk menguatkan fisiknya. Para ogre hijau tersebut langsung kaget melihat Allein yang berlari dengan kecepatan tinggi untuk menyerang mereka. Salah satu ogre hijau pun dengan refleks berlari menyambut Allein. Ogre hijau itu sepertinya berencana akan menghadang serta menghentikan Allein yang sedang berlari. Tangan besar ogre hijau pun mulai terkepal, dia te

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Kondisi

    Melihat Allein yang sudah tersudutkan, ogre hijau itu terus menyerang secara bertubi-tubi. Kini setiap pukulan yang dilancarkan ogre hijau tentu menjadi semakin menyulitkannya. Benar saja, pukulan yang semakin bertubi-tubi itu mulai membuat Allein tidak bisa mempertahankan pijakannya. Tubuhnya kini benar-benar tersudutkan, bahunya sudah bersandar pada pohon dibelakangnya. Dengan posisinya sekarang Allein sangat kesulitan, dia tidak punya pijakan yang cukup untuk melakukan gerakan berpedangnya dengan baik. Kemungkinan hanya dengan beberapa pukulan lagi dari sang ogre hijau maka Allein benar-benar tidak bisa menangkisnya lagi. “Cih! aku tidak punya pilihan lain. Shadowblade!!” Sambil menggertakkan giginya, Allein mengeluarkan salah satu teknik sihir miliknya dari kehidupan sebelumnya. Selain menyelimuti tubuhnya, kali ini sihir hitam juga menyelimuti pedang tulang yang digenggamnya. Perlahan wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Raja Ogre

    Allein berdiri mematung di bawah bukit kecil sambil menatap pedang tulang yang kini sudah patah. Sudah enam bulan berlalu sejak ia berhasil membunuh ketiga ogre hijau, yang secara bersamaan dengan momen pertama kali ia menggunakan shadow blade. Tentu saja dalam enam bulan ini dia terus menerus melawan monster dan melatih teknik shadow blade beserta dengan teknik berpedang maupun teknik sihir miliknya yang lain. Tak terlewat meski satu hari pun ia terus berlatih. Sebenarnya Allein sudah memprediksi pedang tulang itu akan cepat rusak, karena material pedang yang cocok untuk penyihir hitam seperti dirinya hanyalah adamantium. Jika pedang tersebut bukan dari material adamantium maka akan cepat rusak, karena sihir hitam memiliki sifat korosif terhadap material apapun selain adamantium. "Pedang hitamku apakah masih ada saat ini? Dengan kekuatanku sekarang aku belum bisa memanggilnya, tapi kuharap pedang itu masih

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Undead dan Leon

    Melihat raja ogre yang sudah pasrah dalam cengkraman shadow hand, Allein tanpa ragu langsung menusukkan pedang peraknya ke arah dada raja ogre.Tusukan itu tepat mengenai jantung sang raja ogre. Setelah dirasa raja ogre sudah mati, Allein langsung mencabut pedangnya kembali dan melepaskan cengkraman shadow hand. Bruuk! Tubuh raja ogre langsung jatuh ke tanah. black hole langsung muncul dan menyedot tubuh raja ogre. Tapi tak ada pancuran darah seperti biasanya. Kali ini Allein langsung duduk bersila di depan black hole yang masih terbuka. Ia memejamkan matanya seolah sedang berkonsentrasi akan sesuatu. Beberapa menit kemudian Allein membuka matanya dan langsung berdiri kembali. "Bangkitlah!" Dia berteriak cukup keras ke arah black hole yang masih tetap terbuka. Raja ogre yang sudah mati tadi itu kini secara perlahan keluar. "Grrrrrrr." Suara geraman terdengar dari mulut

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Kekuatan undead

    Suhu di rumah kayu terasa sedikit panas dan udara terasa menyesakkan. Hawa membunuh terasa hampir ke semua sudut ruangan. Allein marah besar saat ini, dia tidak pernah menduga kejadian yang tragis bisa menimpa kawan baiknya. Semakin dalam dia memikirkannya kepalanya semakin terasa panas dan hatinya terasa sakit. "Fyuuuhhhh...." Udara keluar dari mulutnya. Allein mengambil tarikan nafas yang dalam, mencoba menurunkan emosinya. Dia kembali melihat sekeliling ruangan. Namun, tak ada yang membuatnya tertarik lagi. Daging panggang yang sebelumnya terlihat lezat pun kini seolah seperti makanan basi. Allein sudah kehilangan selera makannya. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah kayu ini, mencoba mencari udara segar yang setidaknya bisa sedikit menjernihkan pikirannya. Setelah keluar dari rumah kayu, Allein langsung berjalan ke bagian tengah markas ini. Yang kebetulan juga di tengah markas

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Pohon besar

    Allein berbaring sendirian diatas rumput. Malam hari ini pun dia kembali memandangi bulan yang bersinar terang di langit, kehadiran ratusan bintang di langit malam ini juga seolah menambah kecantikan sinarnya. Bulan begitu setia, setidaknya itulah yang Allein rasakan. Meskipun kadang cahayanya redup dan terhalang, nyatanya sang bulan akan selalu kembali untuk menerangi malam. Sudah seminggu berlalu sejak dia mulai memasuki area padang rumput ini. Tak ada hambatan berarti di perjalannya kali ini, dia selalu menghabisi para monster yang menyerangnya. Kekuatannya terus berkembang hari demi hari. Namun, ini masih jauh dari kekuatan dia yang sebenarnya. Setidaknya untuk saat ini dia bisa tertidur nyenyak tiap malam. Dia tidak perlu lagi khawatir ada monster yang menyerangnya ketika tertidur. Selain ada Amund yang bertugas menjaganya, insting Allein juga semakin tajam. Dia bisa merasakan dalam ra

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-31
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Terkepung

    Trangg traaangg traaangg! Amund terus melancarkan serangannya. Perlahan tapi pasti, dengan gerakan berpedang yang semakin cepat dan efektif Amund mulai mendominasi jalannya pertarungan. Allein cukup puas melihat perkembangan undeadnya itu, karena secara tidak langsung peningkatan kekuatan pada undead sangat dipengaruhi oleh peningkatan kekuatan pemiliknya. Ini pun menjadi sebuah tanda jika dirinya sudah bertambah kuat. Hanya dalam beberapa menit kemudian tubuh beruang hitam itu sudah berlumuran darah terkena serangan Amund yang bertubi-tubi. Tubuhnya perlahan tak berdaya karena dipenuhi luka yang cukup fatal, gerakannya pun terus melambat akibat kehilangan banyak darah. Srraaaat! Sebuah tebasan pun dilancarkan Amund dan berhasil memisahkan kepala beruang hitam itu dari tubuhnya. Allein pun langsung menyerapnya dengan black hole dan segera memerintahkan Amund unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   Jurang

    Gelap, lembab dan sunyi, itulah yang Allein rasakan ketika mulai membuka matanya setelah kehilangan kesadaran selama beberapa menit. Kini dia ada di dalam jurang hitam yang dalam. Untungnya tidak ada monster yang menyerangnya saat ini. Namun, Allein tetap waspada karena dia tidak tahu monster seperti apa yang ada di dalam jurang ini. Allein memakai sisa mananya yang tersisa setelah melawan gerombolan monster untuk menggunakan shadow aura. Hal ini ia lakukan untuk menguatkan tubuhnya agar tidak hancur ketika menyentuh dasar jurang. Namun, jurang ini terlalu dalam, kini hampir seluruh tulangnya patah dan seluruh tubuhnya merasakan kesakitan. Sekarang dia hanya bisa duduk bersandar pada dinding jurang sambil merasakan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Allein sama sekali tidak bisa bergerak sekarang. "Inilah yang ku khawatirkan, terluka cukup parah dan sendiria

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   39. Rombongan

    Meskipun matahari belum bersinar terang tapi Allein terlihat cukup bersemangat menunggu Killian di depan penginapan. Selain untuk menunggu Killian, ada alasan lain mengapa dirinya sampai menunggu pagi-pagi sekali seperti ini. Alasannya sederhana, ia ingin sedikit mengamati suasana kota kecil ini di pagi hari. Di hadapannya kini sudah banyak orang-orang yang memulai aktivitasnya. Orang-orang terlihat mulai silih berganti mengangkut gandum dan beberapa tanaman obat, ada juga yang sedang membersihkan kereta bicorn dan memberi makan bicorn. Selain itu, Ada pula beberapa kereta bicorn yang sudah berlalu lalang di hadapannya. Kebanyakan dari mereka adalah manusia, adapun elf dan dwarf jumlahnya bisa di bilang sedikit. Dan kebanyakan dari mereka bukanlah kelas petarung, setidaknya begitulah yang Allein rasakan lewat instingnya. Dengan melihat pemandangan ini, tentu membuat Allein bisa mengambil kesimpulan jika kota kecil ini cukup aman. Waktu pun berlalu, suasana mulai semakin ramai,

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   38. Penginapan

    Ada banyak orang-orang yang sedang makan atau pun mengobrol di dalam penginapan ini. Allein yang kini sudah masuk penginapan mulai merasa agak canggung. Sudah delapan tahun lamanya ia hidup sendirian di sebuah pulau, meskipun ia pernah berinteraksi dengan beberapa orang sebelum sampai disini, nyatanya ia agak canggung ketika melihat puluhan orang secara sekaligus. “Tuan, apa anda akan menginap disini?” Tiba-tiba seorang wanita elf menyapanya. Sepertinya wanita elf ini adalah salah satu pegawai penginapan. Terlihat dari pakaian maid yang dia kenakan dan Allein juga bisa merasakan lewat instingnya jika wanita elf ini bukanlah seorang kelas petarung. “Ya ... aku akan menginap disini,” jawab Allein. Mendengar hal tersebut, wanita elf itu pun menyuruh Allein untuk pergi ke meja reservasi yang ada di samping kiri ruangan ini. Allein pun segera pergi ke meja tersebut dan di sana ia bertemu dengan seorang pria muda yang terlihat seumuran dengannya. “Tuan, apa yang anda butuhkan?” Pria

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   37. Kota kecil

    Sudah satu hari berlalu sejak Allein meninggalkan rumah pria tua itu. Sedari kemarin ia terus melangkahkan kakinya menyusuri hutan dan bukit. Dedauan demi dedaunan yang berwarna kuning keemasan yang ia lihat selama perjalanan terus memberikannya perasaan nostalgia. Ia tentu sangat familiar dengan wilayah paling barat di Benua Skoupidia ini. Dua ribu tahun lalu ia pernah berpetualang ke wilayah ini bersama dengan ketiga sahabatnya. Namun, ada perbedaan besar dengan dua ribu tahun lalu yaitu tak begitu banyak monster yang ia temui. Memang ada beberapa monster yang sempat menyerangnya, namun jika dibandingkan dengan dua ribu tahun lalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Entah apa alasannya, Allein juga tidak mengetahuinya. Segala sesuatu sudah berubah, tak bisa dipungkiri jika para monster pun begitu. Allein kini berhenti sejenak, di depan matanya ada perbukitan yang cukup tinggi. Ia pun kembali melihat peta kerajaan Falltopia pemberian pria tua. “Hmm ... di balik perbukitan ini ada

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   36. Pergi ke ibu kota

    Hari pun berganti. Matahari hampir berada di tengah-tengah langit yang berwarna biru. Itulah pemandangan yang Allein lihat ketika dia mulai membuka matanya. “Sepertinya ini sudah siang hari,” ucapnya sambil menggosok kedua matanya. Akhir-akhir ini Allein memang memiliki kebiasaan untuk bangun siang hari. Ia pun mulai melihat sekeliling dan sama seperti kemarin suasana disini bisa dibilang sepi. “Bocah, bagaimana tidurmu?” ucap pria tua seraya keluar dari rumah kayu. Nampaknya alasan pria tua itu keluar karena mendengar ucapannya tadi. “Tidurku cukup nyenyak ...,” jawab Allein. Pria tua itu kemudian mendekat ke arahnya sambil memberikan dua buah gulungan yang terbuat dari kulit monster. “Ambillah ... ini adalah surat rekomendasi dan peta kerajaan Falltopia. Untuk surat rekomendasi ini kau jangan memberikannya kepada siapapun selain kepada temanku.” “Baiklah ....” Allein langsung menyimpan gulungan surat rekomendasi itu kedalam salah satu saku bajunya karena memang ukurannya ag

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   35. Tawaran

    Melihat daging kerang api yang sudah hampir matang, pria tua itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah bumbu dari cincin penyimpanan miliknya dan kemudian menaburkannya ke atas daging kerang api. “Apa yang anda taburkan?” tanya Allein yang penasaran melihat tingkah pria tua tersebut. “Ini adalah bumbu rahasia buatanku. Percayalah setelah ditaburi oleh bumbu rahasiaku ini makanan akan jauh lebih enak!” jawab pria tua itu dengan wajah penuh percaya diri. “Jadi begitu ....” Allein sama sekali tak tahu bumbu rahasia apa yang pria tua itu taburkan. Ia pun memilih diam dan tak bertanya lebih lanjut, tetapi ia menjadi sangat penasaran dengan rasa dagi kerang ini ketika sudah matang nanti. Beberapa menit pun berlalu, dan daging kerang itu nampaknya sudah matang. Allein yang sudah sangat lapar pun langsung mencoba memakannya. Ketika daging itu masuk kedalam mulutnya, rasanya diluar dugaan. Rasa daging kerang itu jauh leih enak dibanding dengan daging kerang yang pernah ia makan dua ribu tahun

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   34. Sampai di tujuan

    Satu hari kemudian. “Itu kan?!” Ada sedikit kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Allein. Alasannya sederhana, daratan sudah mulai terlihat dengan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera memerintahkan Bran agar berhenti. Ia pun langsung mengeluarkan perahu pemberian Tassia. Perahu pun keluar dari cincin penyimpanan dan kemudian jatuh di atas lautan. Tanpa menunggu waktu lama, Allein langsung melompat dari punggung Bran ke atas perahu tersebut, dan setelah itu ia pun langsung mengembalikan Bran ke dalam bayangannya. Hal ini ia lakukan agar tidak menarik perhatian. Ia merasa akan sedikit merepotkan jika ada seseorang yang melihat undead Wyvern. Ia pun kembali memasukan batu mana ke dalam alat sihir yang ada di perahu. Sebelumnya ia memang mencabut batu mana tersebut saat memutuskan untuk menunggangi Bran. Perahu pun kembali melaju. Pantai semakin terlihat jelas. Allein terus melihat ke arah sana. Dirinya sudah tak sabar ingin segera menginjakan kakinya di pantai

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   33. Perjalanan

    Sudah dua hari sejak Allein meninggalkan pulau tersebut, kini dirinya sudah tak menggunakan perahu yang Tassia berikan Alasannya sederhana yakni perahu tersebut terlalu lambat. Dalam dua hari kebelakang ia sudah mengamati baik-baik kecepatan dari perahu yang Tassia berikan, dan berdasarkan pengamatannya itu setidaknya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke Benua Skoupidia. Maka dari itu, ia pun memilih terbang menunggangi Bran dan memasukan perahu tersebut ke dalam cincin penyimpanan miliknya. Ia juga sudah berencana untuk memangkas waktu perjalan. Selain sudah sangat penasaran dengan Kerajaan Falltopia yang akan menjadi tujuannya, ia juga mulai merasa bosan dan lapar Ia sedikit menyesal karena tidak membawa persediaan makanan yang banyak. Selama dua hari ini pun ia kesulitan mencari makanan. Memang ada ikan dari lautan, tapi tak ada pulau kecil yang ia temukan sama sekali untuk tempat memasaknya. Allein memang bisa memasaknya dengan api hitam yang bisa ia gunak

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   32. Perpisahan Sementara?

    Setelah mereka mendeklarasikan pertemanan tersebut, Tassia pun mengeluarkan sebuah perahu dari cincin penyimpanannya. Perahu tersebut tidak begitu besar, sehingga bisa masuk dalam cincin penyimapanan milik Tassia. Beberapa hari yang lalu Tassia menceritakan jika dirinya pergi ke pulau ini dengan menggunakan dua perahu. Satu perahu memiliki kapasitas untuk dua sampai empat orang. Dan semalam Wanita elf itu bilang akan memberikan satu perahu kepada Allein hari ini. Allein hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia sebenarnya tak menyangka jika wanita elf ini akan benar-benar memberikannya sebuah perahu. Tassia membalas senyumannya dan setelah itu langsung mengeluarkan sebuah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa dari cincin penyimpanannya. “Lein, ambilah ini.” Dengan wajah yang cukup canggung Allein pun menerima batu tersebut dari Tassia. Batu yang diberikan Tassia tersebut adalah mana stone atau batu mana. Tassia sudah menjelaskan pada Allein semalam jika perahu yang

  • Kembalinya Sang Penyihir Hitam   31. Pertemanan

    Trangg trangg trangg! Suara benturan dari kedua senjata terus terdengar di pagi hari ini. Allein yang baru saja membuka matanya pun melihat sekeliling. Ternyata itu adalah Derald dan Neiryl yang sedang berlatih. “Seperti biasa anda selalu yang terakhir bangun,” ucap Tassia. Wanita elf itu duduk persis di sebelahnya. “Haha, ya begitulah. Derald dan Neiryl sepertinya semakin rajin berlatih ....” “Ya, mereka berdua termotivasi oleh cerita anda.” Allein hanya tersenyum, ia tak menyangka jika pengalamannya tentang pulau ini yang ia ceritakan beberapa hari yang lalu akan membuat mereka berdua begitu bersemangat. Sudah hampir satu minggu dirinya bertemu dengan keempat orang tersebut. Dan selama beberapa hari kebelakang ia dan keempat orang tersebut saling berbagi informasi. Singkatnya, dalam beberapa hari kebelakang ia mendapat banyak informasi mengenai benua Skoupidia. Informasi yang ia dapatkan kebanyakan hanya pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada di Benua Skoupidia, seperti at

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status