Melihat raja ogre yang sudah pasrah dalam cengkraman shadow hand, Allein tanpa ragu langsung menusukkan pedang peraknya ke arah dada raja ogre.Tusukan itu tepat mengenai jantung sang raja ogre.
Setelah dirasa raja ogre sudah mati, Allein langsung mencabut pedangnya kembali dan melepaskan cengkraman shadow hand.
Bruuk!
Tubuh raja ogre langsung jatuh ke tanah. black hole langsung muncul dan menyedot tubuh raja ogre. Tapi tak ada pancuran darah seperti biasanya.
Kali ini Allein langsung duduk bersila di depan black hole yang masih terbuka. Ia memejamkan matanya seolah sedang berkonsentrasi akan sesuatu.
Beberapa menit kemudian Allein membuka matanya dan langsung berdiri kembali. "Bangkitlah!" Dia berteriak cukup keras ke arah black hole yang masih tetap terbuka.
Raja ogre yang sudah mati tadi itu kini secara perlahan keluar.
"Grrrrrrr." Suara geraman terdengar dari mulut
Suhu di rumah kayu terasa sedikit panas dan udara terasa menyesakkan. Hawa membunuh terasa hampir ke semua sudut ruangan. Allein marah besar saat ini, dia tidak pernah menduga kejadian yang tragis bisa menimpa kawan baiknya. Semakin dalam dia memikirkannya kepalanya semakin terasa panas dan hatinya terasa sakit. "Fyuuuhhhh...." Udara keluar dari mulutnya. Allein mengambil tarikan nafas yang dalam, mencoba menurunkan emosinya. Dia kembali melihat sekeliling ruangan. Namun, tak ada yang membuatnya tertarik lagi. Daging panggang yang sebelumnya terlihat lezat pun kini seolah seperti makanan basi. Allein sudah kehilangan selera makannya. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah kayu ini, mencoba mencari udara segar yang setidaknya bisa sedikit menjernihkan pikirannya. Setelah keluar dari rumah kayu, Allein langsung berjalan ke bagian tengah markas ini. Yang kebetulan juga di tengah markas
Allein berbaring sendirian diatas rumput. Malam hari ini pun dia kembali memandangi bulan yang bersinar terang di langit, kehadiran ratusan bintang di langit malam ini juga seolah menambah kecantikan sinarnya. Bulan begitu setia, setidaknya itulah yang Allein rasakan. Meskipun kadang cahayanya redup dan terhalang, nyatanya sang bulan akan selalu kembali untuk menerangi malam. Sudah seminggu berlalu sejak dia mulai memasuki area padang rumput ini. Tak ada hambatan berarti di perjalannya kali ini, dia selalu menghabisi para monster yang menyerangnya. Kekuatannya terus berkembang hari demi hari. Namun, ini masih jauh dari kekuatan dia yang sebenarnya. Setidaknya untuk saat ini dia bisa tertidur nyenyak tiap malam. Dia tidak perlu lagi khawatir ada monster yang menyerangnya ketika tertidur. Selain ada Amund yang bertugas menjaganya, insting Allein juga semakin tajam. Dia bisa merasakan dalam ra
Trangg traaangg traaangg! Amund terus melancarkan serangannya. Perlahan tapi pasti, dengan gerakan berpedang yang semakin cepat dan efektif Amund mulai mendominasi jalannya pertarungan. Allein cukup puas melihat perkembangan undeadnya itu, karena secara tidak langsung peningkatan kekuatan pada undead sangat dipengaruhi oleh peningkatan kekuatan pemiliknya. Ini pun menjadi sebuah tanda jika dirinya sudah bertambah kuat. Hanya dalam beberapa menit kemudian tubuh beruang hitam itu sudah berlumuran darah terkena serangan Amund yang bertubi-tubi. Tubuhnya perlahan tak berdaya karena dipenuhi luka yang cukup fatal, gerakannya pun terus melambat akibat kehilangan banyak darah. Srraaaat! Sebuah tebasan pun dilancarkan Amund dan berhasil memisahkan kepala beruang hitam itu dari tubuhnya. Allein pun langsung menyerapnya dengan black hole dan segera memerintahkan Amund unt
Gelap, lembab dan sunyi, itulah yang Allein rasakan ketika mulai membuka matanya setelah kehilangan kesadaran selama beberapa menit. Kini dia ada di dalam jurang hitam yang dalam. Untungnya tidak ada monster yang menyerangnya saat ini. Namun, Allein tetap waspada karena dia tidak tahu monster seperti apa yang ada di dalam jurang ini. Allein memakai sisa mananya yang tersisa setelah melawan gerombolan monster untuk menggunakan shadow aura. Hal ini ia lakukan untuk menguatkan tubuhnya agar tidak hancur ketika menyentuh dasar jurang. Namun, jurang ini terlalu dalam, kini hampir seluruh tulangnya patah dan seluruh tubuhnya merasakan kesakitan. Sekarang dia hanya bisa duduk bersandar pada dinding jurang sambil merasakan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Allein sama sekali tidak bisa bergerak sekarang. "Inilah yang ku khawatirkan, terluka cukup parah dan sendiria
"Bocah sebenarnya kau hidup dimana selama ini ? Yang tadi kusebutkan kemungkinan sudah menjadi rahasia umum di dunia ini. Semua penyihir hitam yang sudah tertangkap akan dieksekusi mati, dan sebagian besar mayat mereka akan di buang ke jurang ini," ucap Cerberus dengan nada keheranan. Allein tersentak mendengar ucapan Cerberus. Namun, dia tak bisa menerima mentah-mentah ucapan Cerberus tersebut, setidaknya ia harus mencari dan menemukan buktinya. ''Sejak kapan itu terjadi ?'' tanya Allein. "Hmm, aku tidak tahu tepatnya. Kemungkinan, perburuan penyihir hitam sudah berlangsung selama ratusan tahun yang lalu...'' ''Apa kau bilang ?'' potong Allein. Lagi-lagi ia dikagetkan dengan ucapan Cerberus, dan langsung bertanya kembali dengan spontan. "Sebenarnya kau terlalu banyak bertanya boca
Sudah sekitar dua hari Allein berada di dalam jurang ini. Namun, selain Cerberus tidak ada lagi monster yang menghampirinya. Setelah mengamati situasi dan kondisi selama dua hari kebelakang, Allein pun menyimpulkan jika ada dua kemungkinan kenapa tidak ada monster yang menghampirinya. Pertama, energi kutukan yang pekat dibawah jurang ini secara tidak langsung menyamarkan auranya yang bisa menarik perhatian monster. Yang kedua, aura yang ditimbulkan dari buah apel emas kemungkinan sudah menghilang. Ada kemajuan kecil yang ia rasakan setelah dua hari berlalu, kini rasa sakit ditubuhnya itu sedikit berkurang. Dirinya juga berhasil merubah posisi tubuhnya yang dari awalnya duduk bersandar menjadi tidur terlentang. Meskipun terdengar sangat sepele, tapi Allein benar-benar berusaha keras untuk ini. Dia harus menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya i
Allein sekali lagi mencoba memeriksa air dari sungai tersebut dan meminumnya. Namun, tetap saja dia tidak menemukan kejanggalan. Brugg brugg brugg ! Berbeda dengan tiga bulan yang lalu, kini Allein cukup tenang mendengar suara langkah kaki tersebut. Ia tahu betul monster apa yang sedang berjalan ke arahnya. “Hahaha, bocah tak kusangka kau ternyata masih hidup.” Cerberus tertawa cukup keras melihat Allien yang kini sedang fokus memandangi sungai. “Aku cukup beruntung karena tak ada monster yang menyerangku,” jawab Allein datar. “Ahahaha. Bocah, kau terlihat sedikit tak tahu diri. Beruntung karena tidak ada monster yang menyerangmu ? Akulah yang menjadi penyebab kenapa kau masih bisa hidup bodoh. Aku penasaran jika kau terjatuh di seberang sungai sana, kira-kira berapa lama kau bisa hidup.” Mendengar ucapan Cerberus yang penuh kesombongan dan
“Blade dance!” Wusshhh... Tubuh Allein tiba-tiba menghilang. Para monster laba-laba yang akan bersiap menyambut serangan pun mulai bingung. Srrrat sraat sraaat! Beberapa detik kemudian, kebingungan para monster laba-laba berubah menjadi kepanikan. Mereka merasakan ada sesuatu yang tiba-tiba menyayat tubuh mereka. Sraatt sraaat sraat ! Luka demi luka mulai terukir di tubuh mereka. Kesepuluh monster laba-laba hitam itu semakin panik dan mulai menembakan jaring mereka ke sembarang arah dengan harapan bisa mengakhiri kejadian aneh tersebut. Namun, sepertinya itu percuma. Benang-benang yang mereka tembakan itu tiba-tiba terpotong dengan sendirinya. Para monster laba-laba hitam pun mulai meronta-ronta, tak kuat menahan rasa sakit yang ditimbulkan dari sayatan-sayatan tersebut.
Meskipun matahari belum bersinar terang tapi Allein terlihat cukup bersemangat menunggu Killian di depan penginapan. Selain untuk menunggu Killian, ada alasan lain mengapa dirinya sampai menunggu pagi-pagi sekali seperti ini. Alasannya sederhana, ia ingin sedikit mengamati suasana kota kecil ini di pagi hari. Di hadapannya kini sudah banyak orang-orang yang memulai aktivitasnya. Orang-orang terlihat mulai silih berganti mengangkut gandum dan beberapa tanaman obat, ada juga yang sedang membersihkan kereta bicorn dan memberi makan bicorn. Selain itu, Ada pula beberapa kereta bicorn yang sudah berlalu lalang di hadapannya. Kebanyakan dari mereka adalah manusia, adapun elf dan dwarf jumlahnya bisa di bilang sedikit. Dan kebanyakan dari mereka bukanlah kelas petarung, setidaknya begitulah yang Allein rasakan lewat instingnya. Dengan melihat pemandangan ini, tentu membuat Allein bisa mengambil kesimpulan jika kota kecil ini cukup aman. Waktu pun berlalu, suasana mulai semakin ramai,
Ada banyak orang-orang yang sedang makan atau pun mengobrol di dalam penginapan ini. Allein yang kini sudah masuk penginapan mulai merasa agak canggung. Sudah delapan tahun lamanya ia hidup sendirian di sebuah pulau, meskipun ia pernah berinteraksi dengan beberapa orang sebelum sampai disini, nyatanya ia agak canggung ketika melihat puluhan orang secara sekaligus. “Tuan, apa anda akan menginap disini?” Tiba-tiba seorang wanita elf menyapanya. Sepertinya wanita elf ini adalah salah satu pegawai penginapan. Terlihat dari pakaian maid yang dia kenakan dan Allein juga bisa merasakan lewat instingnya jika wanita elf ini bukanlah seorang kelas petarung. “Ya ... aku akan menginap disini,” jawab Allein. Mendengar hal tersebut, wanita elf itu pun menyuruh Allein untuk pergi ke meja reservasi yang ada di samping kiri ruangan ini. Allein pun segera pergi ke meja tersebut dan di sana ia bertemu dengan seorang pria muda yang terlihat seumuran dengannya. “Tuan, apa yang anda butuhkan?” Pria
Sudah satu hari berlalu sejak Allein meninggalkan rumah pria tua itu. Sedari kemarin ia terus melangkahkan kakinya menyusuri hutan dan bukit. Dedauan demi dedaunan yang berwarna kuning keemasan yang ia lihat selama perjalanan terus memberikannya perasaan nostalgia. Ia tentu sangat familiar dengan wilayah paling barat di Benua Skoupidia ini. Dua ribu tahun lalu ia pernah berpetualang ke wilayah ini bersama dengan ketiga sahabatnya. Namun, ada perbedaan besar dengan dua ribu tahun lalu yaitu tak begitu banyak monster yang ia temui. Memang ada beberapa monster yang sempat menyerangnya, namun jika dibandingkan dengan dua ribu tahun lalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Entah apa alasannya, Allein juga tidak mengetahuinya. Segala sesuatu sudah berubah, tak bisa dipungkiri jika para monster pun begitu. Allein kini berhenti sejenak, di depan matanya ada perbukitan yang cukup tinggi. Ia pun kembali melihat peta kerajaan Falltopia pemberian pria tua. “Hmm ... di balik perbukitan ini ada
Hari pun berganti. Matahari hampir berada di tengah-tengah langit yang berwarna biru. Itulah pemandangan yang Allein lihat ketika dia mulai membuka matanya. “Sepertinya ini sudah siang hari,” ucapnya sambil menggosok kedua matanya. Akhir-akhir ini Allein memang memiliki kebiasaan untuk bangun siang hari. Ia pun mulai melihat sekeliling dan sama seperti kemarin suasana disini bisa dibilang sepi. “Bocah, bagaimana tidurmu?” ucap pria tua seraya keluar dari rumah kayu. Nampaknya alasan pria tua itu keluar karena mendengar ucapannya tadi. “Tidurku cukup nyenyak ...,” jawab Allein. Pria tua itu kemudian mendekat ke arahnya sambil memberikan dua buah gulungan yang terbuat dari kulit monster. “Ambillah ... ini adalah surat rekomendasi dan peta kerajaan Falltopia. Untuk surat rekomendasi ini kau jangan memberikannya kepada siapapun selain kepada temanku.” “Baiklah ....” Allein langsung menyimpan gulungan surat rekomendasi itu kedalam salah satu saku bajunya karena memang ukurannya ag
Melihat daging kerang api yang sudah hampir matang, pria tua itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah bumbu dari cincin penyimpanan miliknya dan kemudian menaburkannya ke atas daging kerang api. “Apa yang anda taburkan?” tanya Allein yang penasaran melihat tingkah pria tua tersebut. “Ini adalah bumbu rahasia buatanku. Percayalah setelah ditaburi oleh bumbu rahasiaku ini makanan akan jauh lebih enak!” jawab pria tua itu dengan wajah penuh percaya diri. “Jadi begitu ....” Allein sama sekali tak tahu bumbu rahasia apa yang pria tua itu taburkan. Ia pun memilih diam dan tak bertanya lebih lanjut, tetapi ia menjadi sangat penasaran dengan rasa dagi kerang ini ketika sudah matang nanti. Beberapa menit pun berlalu, dan daging kerang itu nampaknya sudah matang. Allein yang sudah sangat lapar pun langsung mencoba memakannya. Ketika daging itu masuk kedalam mulutnya, rasanya diluar dugaan. Rasa daging kerang itu jauh leih enak dibanding dengan daging kerang yang pernah ia makan dua ribu tahun
Satu hari kemudian. “Itu kan?!” Ada sedikit kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Allein. Alasannya sederhana, daratan sudah mulai terlihat dengan kedua matanya. Tanpa menunggu lama, ia pun segera memerintahkan Bran agar berhenti. Ia pun langsung mengeluarkan perahu pemberian Tassia. Perahu pun keluar dari cincin penyimpanan dan kemudian jatuh di atas lautan. Tanpa menunggu waktu lama, Allein langsung melompat dari punggung Bran ke atas perahu tersebut, dan setelah itu ia pun langsung mengembalikan Bran ke dalam bayangannya. Hal ini ia lakukan agar tidak menarik perhatian. Ia merasa akan sedikit merepotkan jika ada seseorang yang melihat undead Wyvern. Ia pun kembali memasukan batu mana ke dalam alat sihir yang ada di perahu. Sebelumnya ia memang mencabut batu mana tersebut saat memutuskan untuk menunggangi Bran. Perahu pun kembali melaju. Pantai semakin terlihat jelas. Allein terus melihat ke arah sana. Dirinya sudah tak sabar ingin segera menginjakan kakinya di pantai
Sudah dua hari sejak Allein meninggalkan pulau tersebut, kini dirinya sudah tak menggunakan perahu yang Tassia berikan Alasannya sederhana yakni perahu tersebut terlalu lambat. Dalam dua hari kebelakang ia sudah mengamati baik-baik kecepatan dari perahu yang Tassia berikan, dan berdasarkan pengamatannya itu setidaknya akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke Benua Skoupidia. Maka dari itu, ia pun memilih terbang menunggangi Bran dan memasukan perahu tersebut ke dalam cincin penyimpanan miliknya. Ia juga sudah berencana untuk memangkas waktu perjalan. Selain sudah sangat penasaran dengan Kerajaan Falltopia yang akan menjadi tujuannya, ia juga mulai merasa bosan dan lapar Ia sedikit menyesal karena tidak membawa persediaan makanan yang banyak. Selama dua hari ini pun ia kesulitan mencari makanan. Memang ada ikan dari lautan, tapi tak ada pulau kecil yang ia temukan sama sekali untuk tempat memasaknya. Allein memang bisa memasaknya dengan api hitam yang bisa ia gunak
Setelah mereka mendeklarasikan pertemanan tersebut, Tassia pun mengeluarkan sebuah perahu dari cincin penyimpanannya. Perahu tersebut tidak begitu besar, sehingga bisa masuk dalam cincin penyimapanan milik Tassia. Beberapa hari yang lalu Tassia menceritakan jika dirinya pergi ke pulau ini dengan menggunakan dua perahu. Satu perahu memiliki kapasitas untuk dua sampai empat orang. Dan semalam Wanita elf itu bilang akan memberikan satu perahu kepada Allein hari ini. Allein hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia sebenarnya tak menyangka jika wanita elf ini akan benar-benar memberikannya sebuah perahu. Tassia membalas senyumannya dan setelah itu langsung mengeluarkan sebuah batu seukuran kepalan tangan orang dewasa dari cincin penyimpanannya. “Lein, ambilah ini.” Dengan wajah yang cukup canggung Allein pun menerima batu tersebut dari Tassia. Batu yang diberikan Tassia tersebut adalah mana stone atau batu mana. Tassia sudah menjelaskan pada Allein semalam jika perahu yang
Trangg trangg trangg! Suara benturan dari kedua senjata terus terdengar di pagi hari ini. Allein yang baru saja membuka matanya pun melihat sekeliling. Ternyata itu adalah Derald dan Neiryl yang sedang berlatih. “Seperti biasa anda selalu yang terakhir bangun,” ucap Tassia. Wanita elf itu duduk persis di sebelahnya. “Haha, ya begitulah. Derald dan Neiryl sepertinya semakin rajin berlatih ....” “Ya, mereka berdua termotivasi oleh cerita anda.” Allein hanya tersenyum, ia tak menyangka jika pengalamannya tentang pulau ini yang ia ceritakan beberapa hari yang lalu akan membuat mereka berdua begitu bersemangat. Sudah hampir satu minggu dirinya bertemu dengan keempat orang tersebut. Dan selama beberapa hari kebelakang ia dan keempat orang tersebut saling berbagi informasi. Singkatnya, dalam beberapa hari kebelakang ia mendapat banyak informasi mengenai benua Skoupidia. Informasi yang ia dapatkan kebanyakan hanya pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada di Benua Skoupidia, seperti at