Share

BAB II : Ujian

Author: Mr JC
last update Last Updated: 2025-02-17 12:23:47

Tiga tahun telah berlalu sejak hari pertama Remus memulai latihannya di bawah bimbingan Master Lao. Selama waktu itu, ia telah melalui berbagai cobaan, dari mengendalikan energi spiritual hingga bertarung melawan makhluk buas. Setiap hari adalah perjuangan, tetapi dengan tekad dan semangatnya yang tak tergoyahkan, Remus akhirnya berhasil menguasai semua yang diajarkan kepadanya. Kini, tubuhnya telah berubah drastis—lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tangguh.

Remus berdiri di puncak tebing tempat ia sering berlatih, memandangi lembah yang selama ini menjadi rumah keduanya. Ia mengangkat tangannya dan merasakan energi spiritual yang mengalir deras di dalam tubuhnya, seperti sungai yang tak terbendung. Dengan satu gerakan jari, ia mampu memindahkan batu besar di seberang tebing hanya dengan tekanan energi yang tak kasatmata.

Di belakangnya, Master Lao mengamati dengan senyum tipis. “Tidak buruk,” katanya. “Kau telah mencapai tahap yang bahkan tidak bisa dicapai oleh kebanyakan kultivator dalam waktu tiga tahun.”

Remus menoleh ke arah gurunya dan menundukkan kepala dengan hormat. “Semua ini berkat bimbingan Master.”

Master Lao menggeleng. “Tidak. Ini karena tekadmu sendiri.”

Master Lao lalu duduk di atas batu datar dan mengisyaratkan Remus untuk duduk di depannya.

“Saat ini,” kata Master Lao, “kau telah mencapai Tahap Kelima dari Sembilan Tingkatan Kultivator.”

Remus mengangkat alis. Selama tiga tahun ini, ia selalu berlatih tanpa banyak bertanya. Kini, untuk pertama kalinya, ia benar-benar ingin tahu seberapa jauh kemampuannya dibandingkan dengan dunia luar.

“Apa saja tingkatan tersebut, Master?” tanyanya.

Master Lao menghela napas dan mulai menjelaskan:

1. Tahap Pertama: Pemula Spiritus – Ini adalah tahap awal di mana seseorang baru mulai merasakan keberadaan energi spiritual dan mulai belajar menyerapnya ke dalam tubuh.

2. Tahap Kedua: Pencerahan Spiritus – Pada tahap ini, seorang kultivator sudah bisa merasakan dan mengontrol energi spiritual dalam jumlah kecil, tetapi belum bisa menggunakannya dalam pertarungan.

3. Tahap Ketiga: Penguatan Fisik – Energi spiritual mulai menyatu dengan tubuh, meningkatkan kekuatan fisik, ketahanan, serta refleks. Kultivator di tahap ini sudah jauh lebih kuat dibandingkan manusia biasa.

4. Tahap Keempat: Pengendalian Energi – Pada tahap ini, kultivator bisa mulai memanipulasi energi spiritualnya untuk menyerang atau bertahan. Ia bisa mengeluarkan serangan berbasis energi atau memperkuat serangannya dengan lapisan energi spiritual.

5. Tahap Kelima: Transformasi Spiritus (Tingkatan Remus saat ini) – Ini adalah tahap di mana tubuh dan energi spiritual seseorang mulai menyatu sepenuhnya. Serangan fisik menjadi jauh lebih kuat, kecepatan meningkat drastis, dan seseorang bisa menggunakan energi spiritual dalam jumlah besar untuk menyerang atau bertahan.

6. Tahap Keenam: Penguasa Spiritus – Pada tingkat ini, seorang kultivator sudah mulai bisa menggunakan teknik-teknik tingkat tinggi, seperti menciptakan serangan berbasis elemen atau membentuk senjata dari energi spiritual.

7. Tahap Ketujuh: Raja Spiritus – Kultivator di tahap ini tidak hanya bisa mengendalikan energi spiritualnya sendiri, tetapi juga mulai bisa mempengaruhi energi spiritual di sekitarnya.

8. Tahap Kedelapan: Dewa Spiritus – Kultivator tingkat ini sudah mencapai puncak penguasaan energi spiritual. Mereka bisa melawan puluhan, bahkan ratusan musuh hanya dengan satu serangan.

9. Tahap Kesembilan: Alam Abadi – Ini adalah tingkat tertinggi yang hanya bisa dicapai oleh sedikit orang dalam sejarah. Seorang kultivator di tingkat ini sudah melampaui batas manusia dan bisa hidup selama ribuan tahun.

Setelah mendengar penjelasan itu, mata Remus berbinar. Ia merasa telah maju pesat, tetapi perjalanan masih panjang.

“Tahap Kelima…” gumamnya. “Itu berarti aku masih memiliki empat tahap lagi sebelum mencapai puncak.”

Master Lao tersenyum. “Benar. Tapi jangan terlalu fokus pada tingkatan. Yang lebih penting adalah bagaimana kau menggunakan kekuatanmu."

"Dan untuk meningkatkan kemampuanmu, tubuhmu kini memerlukan energi spiritual yang lebih besar dan Tanaman Langka ribuan tahun yang lebih banyak"

"Namun dengan adanya Energi Naga Legendaris di dalam tubuhmu, Rasanya tidak mustahil bagimu untuk menembus tingkat Alam Abadi dalam waktu singkat"

"Kalau begitu, Master Lao sudah sampai di tahap berapa?" tanya Remus penasaran

"Aku sudah sampai di Tahap dewa Spiritus atau Tahap ke 8. Sangat sulit bagiku untuk menembus ke tahap Alam Abadi" Jelas Master Lao.

Remus berdiri dan mengepalkan tangannya. “Master, aku ingin menguji kemampuanku.”

Master Lao mengangkat alis. “Kau ingin bertarung denganku?”

Remus mengangguk. “Aku ingin tahu seberapa jauh aku telah berkembang.”

Master Lao tertawa kecil. “Baiklah... Dengan Naga Legendaris ditubuhmu, kamu mungkin masih bisa mengimbangi kultivator dengan Tahap ke 7.”

Mereka berdua melangkah ke tanah lapang di dekat tebing. Remus mengambil posisi bertarung, sementara Master Lao hanya berdiri santai dengan tangan di belakang punggungnya.

“Mulailah,” kata Master Lao dengan tenang.

Remus tidak menunggu lama. Dalam sekejap, ia melesat dengan kecepatan luar biasa, jauh lebih cepat dibandingkan dirinya tiga tahun yang lalu. Ia mengayunkan tinjunya yang dilapisi energi spiritual ke arah Master Lao.

Namun, sebelum pukulannya mengenai sasaran, tubuh Master Lao menghilang seperti kabut.

“Apa?!”

Remus merasakan hawa di belakangnya berubah. Ia berbalik dan melihat Master Lao berdiri di sana dengan ekspresi tenang.

“Kecepatanmu meningkat, tapi masih belum cukup,” kata Master Lao.

Remus tidak menyerah. Ia segera mengayunkan tendangan, mengeluarkan gelombang energi yang mampu menghancurkan batu besar.

Namun, lagi-lagi Master Lao menghilang tepat sebelum terkena serangan itu.

“Jangan hanya mengandalkan kekuatan kasar,” ujar Master Lao. “Gunakan kecerdasan dan strategi.”

Remus menarik napas dalam. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba merasakan aliran energi di sekitarnya.

Lalu, ia tersenyum.

Dengan gerakan kilat, ia tiba-tiba meninju ke arah udara kosong di sampingnya.

“DUG!”

Sesuatu menghentikan tinjunya.

Saat ia membuka mata, ia melihat Master Lao berdiri di sana, memegang tinjunya dengan satu tangan.

Master Lao tersenyum puas. “Bagus. Kau mulai memahami cara merasakan pergerakan lawan menggunakan energi spiritual.”

Remus terengah-engah, tetapi ia juga tersenyum. Ia mungkin belum bisa mengalahkan Master Lao, tetapi setidaknya, ia sudah bisa membaca gerakan gurunya.

Master Lao menepuk pundaknya. “Kau sudah siap, Remus. Sudah waktunya kau turun gunung dan menghadapi dunia.”

Remus mengangguk. Ia tahu bahwa inilah saatnya ia kembali ke Kota Namado dan membalas dendam kepada mereka yang telah menghancurkan hidupnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB III : Kembali Ke Namado

    Angin malam berhembus lembut saat Remus berdiri di puncak bukit terakhir sebelum meninggalkan lembah tempat ia berlatih selama tiga tahun terakhir. Di belakangnya, Master Lao berdiri dengan tangan terlipat, menatap muridnya yang kini telah siap menghadapi dunia luar. “Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan, Remus,” kata Master Lao dengan suara tenang. “Kekuatan yang kau miliki saat ini jauh lebih besar daripada sebelumnya, tetapi itu bukan jaminan kemenangan. Musuh-musuhmu pasti sudah berkembang selama tiga tahun ini.” Remus mengangguk. “Aku mengerti, Master. Itulah mengapa aku tidak akan langsung kembali ke Kota Namado. Aku perlu mengumpulkan informasi terlebih dahulu.” Master Lao tersenyum tipis. “Bagus. Lalu, siapa orang yang akan kau hubungi?” Remus menatap ke kejauhan, matanya dipenuhi tekad. “Aku punya satu teman yang bisa kupercaya. Namanya Leon.” Setelah mengucapkan perpisahan kepada Master Lao, Remus mulai menapaki jalannya sendiri. Dengan kecepatan yang jauh

    Last Updated : 2025-02-17
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB IV : Penyelidikan

    Malam semakin larut ketika Remus berdiri di tepi jalan setapak yang mengarah ke pusat Kota Namado. Dari kejauhan, ia bisa melihat gemerlap lampu kota yang tidak pernah tidur, seakan mengejeknya dengan ingatan kelam yang masih membekas di benaknya. Sudah tiga tahun sejak ia terakhir kali menjejakkan kaki di sana. Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara malam yang dingin mengisi paru-parunya sebelum menghembuskannya perlahan. Tidak ada lagi perasaan takut atau ragu. Kini, ia adalah orang yang berbeda—lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih siap menghadapi apa pun yang menunggunya di sana. Di sampingnya, Leon berdiri dengan tangan diselipkan ke dalam saku jaketnya. “Jadi, rencanamu apa?” tanyanya, menoleh ke arah Remus. Remus menatap ke depan. “Aku tidak bisa langsung menuju kota dan menampakkan diri begitu saja. Aku butuh tempat tinggal sementara, mencari tahu bagaimana keadaan di sana sebelum bertindak.” Leon mengangguk. “Aku punya tempat kecil di distrik barat, tidak terlalu

    Last Updated : 2025-02-17
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB V : Menemui Naya

    Leon menghela napas. “Pemakaman itu dilakukan secara sederhana, tidak ada penghormatan yang layak untuk mereka. Bahkan, hanya sedikit orang yang menghadiri pemakaman mereka. Darius mengendalikan semua informasi tentang kematian mereka, seolah-olah dia tidak ingin ada yang terlalu peduli.” Remus mengepalkan tangannya. “Bajingan itu…” Leon melanjutkan, “Ibumu dan Maria dimakamkan di pemakaman tua di pinggiran kota, di sebuah area yang jarang dikunjungi orang. Aku pernah pergi ke sana beberapa kali untuk memastikan makam mereka tetap terawat.” Remus mengangguk pelan. “Bawa aku ke sana.” Leon terkejut. “Sekarang?” “Ya,” jawab Remus tegas. “Aku harus melihat mereka.” Leon saling bertukar pandang dengan Marco, yang sejak tadi ikut mendengarkan percakapan mereka. Marco mengangguk. “Aku bisa menunjukkan jalan, tapi kita harus berhati-hati. Jika seseorang melihatmu di sana, akan sangat berbahaya.” Remus menatap mereka berdua dengan serius. “Tidak ada yang boleh tahu aku kembali. I

    Last Updated : 2025-02-28
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB VI : Dilema Naya

    Naya terdiam. Di satu sisi, dia telah menghabiskan tiga tahun terakhir bekerja di bawah kendali Darius. Tapi di sisi lain, dia tidak pernah bisa melupakan bagaimana Remus dulu mempercayainya. “Aku…” Naya menunduk, menggenggam jemarinya. “Aku tidak bisa membuat keputusan sekarang.” Remus mengangguk pelan. “Aku tidak memaksamu. Tapi pikirkan ini, Naya. Darius bukan orang yang bisa kau percaya. Cepat atau lambat, dia akan menyingkirkan siapa pun yang tidak lagi berguna baginya.” Naya terdiam, pikirannya berkecamuk. “Aku memberimu waktu,” kata Remus. “Tapi jangan terlalu lama. Jika kau ingin bebas dari cengkeraman Darius, ini kesempatanmu.” Naya mengangkat kepalanya, menatap Remus dengan tatapan penuh pertimbangan. “Aku akan mempertimbangkannya,” katanya pelan. Remus tersenyum tipis. “Bagus. Aku akan menunggumu.” Setelah itu, Remus bangkit dan pergi, meninggalkan Naya yang masih terpaku di tempatnya, hatinya diliputi keraguan dan harapan yang samar. *** Malam itu, Naya

    Last Updated : 2025-02-28
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB VII : Bayangan Masa Lalu

    Remus duduk di depan layar komputer, matanya terpaku pada data yang baru saja mereka temukan dalam USB yang diberikan Naya. Leon dan Marco berdiri di belakangnya, sama-sama menatap daftar transaksi ilegal, aliran dana, dan nama-nama orang yang terlibat dalam bisnis kotor Darius. "Ini lebih besar dari yang kita duga," ujar Leon dengan nada serius. "Dia tidak hanya menyuap pejabat dan mengatur transaksi gelap, tapi juga memiliki jaringan pembunuh bayaran." Remus menghela napas panjang. "Aku tahu Darius kejam, tapi aku tidak menyangka dia sampai ke level ini. Tidak heran dia bisa menjatuhkanku tiga tahun lalu." Marco menunjuk layar. "Lihat ini. Ada catatan pembayaran kepada seseorang bernama Victor selama enam bulan terakhir. Jumlahnya tidak kecil. Sepertinya dia salah satu algojo utama Darius." "Victor…" Remus menggumam, mencoba mengingat nama itu. "Aku pernah mendengarnya dulu. Dia mantan tentara bayaran yang dikenal tak pernah gagal dalam tugasnya. Kalau dia bekerja untuk Dariu

    Last Updated : 2025-03-03
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB VIII : Memulai Serangan

    Malam itu, Remus, Leon, dan Marco duduk mengelilingi meja kecil di sebuah apartemen sewaan. Peta pelabuhan selatan terbentang di hadapan mereka, dengan tanda merah yang menunjukkan lokasi gudang yang disebutkan oleh Tessa. Marco menunjuk titik di peta. "Gudang ini dikelilingi oleh pagar tinggi dan hanya memiliki dua pintu masuk utama. Tapi yang paling mencurigakan adalah sistem keamanannya. Menurut Tessa, setiap orang yang masuk harus melewati pemeriksaan ketat." Leon mengangguk. "Darius pasti menyimpan sesuatu yang sangat penting di sana. Kalau tidak, dia tidak akan seketat ini." Remus menatap peta dengan penuh pertimbangan. "Kita tidak bisa masuk begitu saja. Kita butuh cara untuk mengalihkan perhatian mereka." Marco tersenyum. "Aku bisa menangani itu. Jika kita bisa menyabotase listrik di sekitar area pelabuhan, kita punya cukup waktu untuk masuk tanpa terdeteksi." Leon menghela napas. "Bagus, tapi tetap saja, kita harus cepat. Begitu mereka menyadari ada penyusup, kita bi

    Last Updated : 2025-03-03
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB IX : Jebakan!

    Di dalam apartemen sewaan, suasana masih tegang setelah pencurian sukses mereka di gudang Darius. Dokumen-dokumen yang berserakan di meja menjadi saksi bisu betapa berbahayanya permainan yang baru saja mereka mulai. Leon memijat pelipisnya, mencoba mencerna setiap detail dalam berkas-berkas itu. "Ini lebih buruk dari yang kita kira," katanya. "Darius bukan hanya mengendalikan dunia bisnis gelap, tapi juga punya jaringan pembunuh bayaran di seluruh kota." Marco bersandar di kursi dengan tangan terlipat. "Dan kita baru saja mencuri catatan mereka. Dia pasti akan segera memburu kita." Remus menatap daftar target yang masih di tangannya. Nama-nama dalam daftar itu terus menghantuinya—para pejabat, pengusaha, dan tokoh penting yang menjadi sasaran eksekusi. Dan di antaranya, namanya sendiri tertulis dengan jelas. "Kita perlu mencari tahu siapa saja yang bisa menjadi sekutu kita," kata Remus akhirnya. "Darius terlalu besar untuk dijatuhkan hanya dengan tiga orang. Kita butuh lebih ba

    Last Updated : 2025-03-04
  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB X : Jejak Balas Dendam

    Pagi itu, Remus, Leon, dan Marco masih berkutat dengan dokumen-dokumen yang mereka ambil dari gudang Darius. Beberapa di antaranya adalah catatan transaksi ilegal, jadwal pertemuan dengan pejabat korup, serta bukti pembayaran untuk pembunuh bayaran. Semua ini cukup untuk menghancurkan Darius, tapi mereka tahu bahwa langkah selanjutnya harus dipikirkan dengan matang. Leon melemparkan map yang dipegangnya ke atas meja. "Masalahnya, kita tidak bisa langsung menyerahkan ini ke polisi. Banyak orang di dalam sistem yang bekerja untuk Darius." Marco mengangguk. "Benar. Kalau kita serahkan bukti ini begitu saja, bisa-bisa justru kita yang diburu." Remus menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya menatap daftar target yang ada di tangannya. Di antara nama-nama itu, selain dirinya, ada beberapa pengusaha besar, aktivis, hingga beberapa pejabat yang tampaknya menolak bekerja sama dengan Darius. "Aku punya ide," kata Remus akhirnya. Leon dan Marco menoleh padanya. "Kita buat kekacauan," l

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 24 : Kembali untuk kesekian lalinya

    Remus berdiri di atas puncak gunung, menatap cakrawala yang luas. Setelah melalui serangkaian latihan yang berat, ia kini telah menguasai kelima elemen sepenuhnya. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir dari perjalanannya. Master Tian berdiri di sampingnya, menatapnya dengan ekspresi bangga namun penuh makna. "Remus, kau telah menyelesaikan semua pelatihan yang kuberikan. Kini saatnya kau kembali ke duniamu." Remus mengangguk, tetapi ada sedikit keraguan dalam benaknya. "Apa yang akan terjadi setelah aku kembali? Apakah kekuatanku akan tetap seperti ini?" Master Tian tersenyum tipis. "Kekuatanmu akan tetap ada, tetapi ingat satu hal, dunia nyatamu berbeda dengan tempat ini. Energi di sana lebih terbatas, dan hukum alamnya lebih ketat. Kau harus belajar menyesuaikan diri kembali." Remus mengerti. Ia telah melalui begitu banyak perubahan dalam dunia pelatihan ini, tetapi dunia nyatalah tempat di mana semuanya akan diuji. "Aku siap." Master Tian menjentikka

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 23 : Tantangan di puncak langit

    Remus berdiri di tengah puncak gunung, merasakan angin kencang yang menerpa wajahnya. Di hadapannya, Master Tian duduk bersila di atas batu, matanya terpejam seolah sedang menyatu dengan alam.“Kau ingin menjadi yang terkuat?” suara Master Tian terdengar tenang namun tegas.Remus mengangguk. "Ya. Aku tidak akan berhenti sampai aku mencapai puncak kekuatan."Master Tian membuka matanya perlahan, tatapannya tajam seperti elang. "Maka bersiaplah. Karena mulai hari ini, kau akan merasakan penderitaan yang belum pernah kau bayangkan sebelumnya."Tanpa peringatan, Master Tian mengangkat tangannya.BOOM!Tekanan luar biasa tiba-tiba menghantam tubuh Remus. Ia terhempas ke belakang, tubuhnya terasa seperti dihantam gunung."Apa ini...?!"Udara di sekitarnya tiba-tiba menjadi berat, seolah-olah dunia menolaknya.Master Tian berdiri dari tempatnya. "Ini adalah latihan pertamamu, Remus. Aku akan membuat tubuhmu terbiasa dengan tekanan energi dunia ini. Jika kau tidak bisa bertahan, maka kau tida

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 22 : Dunia Baru

    Cahaya menyelimuti tubuh Remus saat ia melewati gerbang emas. Sensasi luar biasa menyerang indranya—seolah-olah ia melangkah ke dalam kekosongan tanpa batas.Tubuhnya melayang, seakan tertarik oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri. Ia mencoba mengendalikan keseimbangannya, tetapi kekuatan itu terlalu kuat."Ke mana aku dibawa?"Saat kesadarannya hampir kabur, ia tiba-tiba merasakan tanah di bawah kakinya.Dunia baru telah menyambutnya.Remus membuka matanya perlahan.Pemandangan yang ia lihat membuatnya terdiam.Di hadapannya terbentang daratan luas yang dipenuhi gunung-gunung raksasa, dengan langit berwarna ungu keemasan. Di kejauhan, sungai-sungai mengalir dengan air bercahaya, dan udara dipenuhi dengan energi spiritual yang jauh lebih murni dibandingkan dengan dunia sebelumnya."Tempat ini... berbeda dari semua yang pernah kulihat."Ia mencoba merasakan energinya sendiri, dan ia terkejut.Tubuhnya terasa lebih ringan, lebih kuat. Bahkan tanpa ia sadari, energi dalam d

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 21 : Melampaui Batas

    Remus menggenggam kunci bercahaya di tangannya. Energinya terasa begitu murni, seolah-olah mengandung kekuatan dunia itu sendiri."Ini bukan sekadar artefak biasa," pikirnya.Penjaga berjubah hitam itu menatapnya dengan tajam. "Kau telah berhasil melewati ujian pertama, tapi perjalananmu masih panjang, Remus Can.""Apa yang harus kulakukan selanjutnya?" tanya Remus.Penjaga itu tersenyum samar. "Kunci itu akan membimbingmu. Tapi sebelum kau bisa membuka gerbang menuju dunia yang lebih tinggi, kau harus menguasai energi di tempat ini."Remus mengangguk. Ia tahu, meskipun kekuatannya sudah melampaui batas Alam Abadi di dunia lamanya, di tempat ini ia hanyalah seorang pemula."Kalau begitu, tunjukkan jalannya."Penjaga itu mengangkat tangannya, dan seketika, ruang di sekitar mereka berubah.Mereka sekarang berdiri di sebuah lembah yang dipenuhi kristal bercahaya. Energi spiritual di tempat ini begitu pekat hingga udara bergetar karenanya."Lembah ini disebut Lembah Langit Terlarang," kat

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 20 : Dimensi Yang Hilang

    Remus berdiri di puncak bukit, angin pegunungan bertiup menerpa wajahnya. Matanya tajam menatap cakrawala. Setelah memahami batas kekuatannya, ia menyadari bahwa dunia ini sudah terlalu kecil untuknya. Ia mengingat setiap pertarungan, setiap langkah yang membawanya ke titik ini. "Tidak ada lagi yang bisa menantangku di dunia ini." Tapi ini bukan akhir. Kaisar Abadi mengatakan bahwa ada bencana besar yang akan datang. Dan Remus tahu, jika ia tetap di levelnya sekarang, ia tidak akan cukup kuat untuk menghadapinya. "Jika aku ingin melampaui Alam Abadi, aku harus mencari sesuatu yang lebih besar dari dunia ini." Tiba-tiba, dada Remus terasa sesak. Sebuah memori asing menyeruak dalam pikirannya—bukan miliknya, tapi seolah-olah seseorang sedang mencoba berkomunikasi dengannya. Ia melihat bayangan seorang pria berjubah hitam dengan mata bercahaya keemasan. Suara itu menggema di dalam kepalanya. "Kau sudah mencapai batas dunia ini, Remus. Jika ingin menerobos lebih jauh, datanglah ke

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 19 : Menerobos Kekuatan

    Remus membuka matanya. Udara dingin di pegunungan menyentuh kulitnya, membawa sensasi nyata bahwa ia telah kembali dari dimensi Kaisar Abadi. Namun, pikirannya masih dipenuhi dengan kata-kata terakhir Kaisar Abadi. "Dunia ini akan menghadapi bencana besar... Dan hanya kau yang bisa menghentikannya." Remus menghela napas pelan. Ia tahu bahwa dirinya sudah berada di puncak kekuatan yang jauh melampaui manusia biasa, tetapi ia juga sadar bahwa masih ada batas yang belum bisa ia tembus. "Aku harus lebih kuat lagi…" gumamnya. Di dalam tubuhnya, energi spiritual berputar dengan stabil. Setelah pertarungan sengit di dimensi Kaisar Abadi, cadangan energinya memang sedikit berkurang, tetapi tidak sampai melemahkannya. Ia mencoba menyerap energi alam di sekitarnya. Energi spiritual di pegunungan ini cukup tinggi, tetapi ketika ia menyerapnya, efeknya hanya sedikit. Seolah-olah seteguk air di lautan yang luas. "Seperti yang kuduga, semakin tinggi kekuatanku, semakin sulit untuk berk

  • Kembalinya Sang Penguasa   Bab 18 : Pertarungan Puncak Kekuatan

    Remus berdiri di udara, tubuhnya diselimuti oleh cahaya keemasan yang begitu pekat. Energi yang baru saja ia serap dari lawannya masih mengalir dalam tubuhnya, memperkuat setiap serat otot dan nadinya. Namun, sesuatu terasa aneh. Langit yang tadinya cerah mendadak menjadi gelap. Petir berwarna ungu menyambar dari berbagai arah, dan tekanan spiritual yang sangat besar menyelimuti tempat itu. "Ini... apa?" gumam Remus, mengernyitkan dahi. Tiba-tiba, sebuah suara bergema dari langit. "Remus Can..." Suara itu begitu dalam, menggema seakan-akan datang dari berbagai arah sekaligus. Lalu, di kejauhan, sebuah celah hitam terbuka di langit. Dari dalamnya, muncul sosok berbalut jubah hitam dengan mata menyala merah darah. Energinya begitu kuat hingga udara di sekitar bergetar hebat. Remus mempersempit matanya. Instingnya langsung memberitahu satu hal: lawan ini jauh lebih berbahaya. Pria berjubah hitam itu melangkah maju, dan setiap langkahnya seolah mengguncang dunia. "Aku telah men

  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB 17 : Menuju Puncak

    Remus menatap pria yang baru saja muncul dari bayangan. Aura yang terpancar darinya begitu menekan, membuat udara di sekitarnya bergetar. "Dewa Spiritus," gumamnya. Pria itu tersenyum tipis, matanya penuh ketenangan, tetapi juga menyimpan ancaman yang tak terbantahkan. "Kau telah membunuh banyak orangku," katanya dengan nada santai. "Aku harus mengakui, aku tidak mengira seseorang di Tahap Ketujuh akan bisa mencapai level ini dalam waktu singkat." Remus menyeringai. "Dan aku tidak mengira akan mendapatkan kesempatan untuk menyerap energi Dewa Spiritus hari ini." Pria itu mengangkat alis. "Menyerap energi lawanmu? Menarik… Tapi aku ingin tahu, apakah kemampuan itu masih bisa bekerja saat kau berhadapan dengan seseorang di levelku?" Dalam sekejap, ia menghilang. BOOM! Sebuah hantaman tiba-tiba menghantam tubuh Remus, melemparkannya ke udara. Remus berusaha menstabilkan dirinya, tetapi sebelum ia bisa bereaksi, pria itu sudah muncul di atasnya. "Celestial Palm." Tela

  • Kembalinya Sang Penguasa   BAB XVI : Amarah Sang Naga

    Remus berdiri diam, menatap tajam pria berpakaian hitam yang baru saja membunuh Darius. Udara di sekelilingnya mulai bergetar, tekanan energi yang luar biasa perlahan merembes keluar dari tubuhnya. "Aku tidak bisa membiarkan dia bicara," ulang pria itu dengan nada dingin. Remus mengepalkan tangannya. Mata emasnya berkilat, energi spiritual dalam tubuhnya mulai beresonansi. "Aku tidak peduli siapa pun yang menyuruhmu," katanya. "Tapi aku akan memastikan kau tidak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup." Pria itu tersenyum tipis. "Menarik. Kau masih punya keberanian untuk melawan?" Remus mengaktifkan Divine Sight, menganalisis energi lawannya. Tingkat Kultivasi Lawan: - Pria Berpakaian Hitam: Tahap Keenam – Penguasa Spiritus Remus tersenyum dingin. Lawannya berada di satu tingkat di atasnya, tapi itu bukan berarti dia tidak bisa menang. Pria berpakaian hitam itu menyerang lebih dulu. Dengan kecepatan luar biasa, dia menghilang dari pandangan sejenak sebelum muncul tepat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status