Home / Pendekar / Kembalinya Sang Legenda Perang / Kekuatan Aryan mengalahkan Gorgoten

Share

Kekuatan Aryan mengalahkan Gorgoten

Author: F Azzam
last update Last Updated: 2025-02-12 12:03:23

Gorgoten, walau terhuyung-huyung, tetap menunjukkan ketahanan yang luar biasa dari seorang tentara terkuat Zareth. Dengan otot-otot tubuh yang menegang, dia berhasil bangkit dari keadaan terjatuhnya. Mata merahnya berkilau dengan kemarahan dan kebencian, seolah siap untuk membantai kembali.

“Aku tidak akan kalah…!” Gorgoten menggeram, suaranya berat dan penuh kebencian, membangkitkan rasa ngeri di hati Clara.

“Jangan ragu! Kita harus segera pergi!” Aryan berteriak, mengambil inisiatif dengan menarik Clara dan Henry menjauh dari situ. Namun Gorgoten sudah berada di dekat mereka, memblokir pintu keluar mereka dengan langkah besar dan penuh ancaman.

“Rasa sakit ini hanya membuatku lebih kuat!” Gorgoten berseru, mengangkat tangan bersiap menghantam serangan.

Clara berpikir cepat dan meraih pistolnya. “Kita tidak bisa membiarkannya bangkit. Dia bisa memanggil pasukannya,” ucap Clara, berusaha meraih ketenangan dalam situasi yang mengerikan.

“Aku akan mengalihkan perhatiannya, kamu te
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Jeritan Dalam Kegelapan

    Suasana di dalam warehouse itu terasa mencekam. Sinar redup dari lampu-lampu tua yang bergetar membuat bayangan seolah menari di dinding. Setiap desah napas dan ketukan langkah mereka membentuk serangkaian melodi yang dramatis, dan suara teriakan yang tiba-tiba memecah keheningan menggema dalam hati mereka.“Dari arah mana teriakan itu?” tanya Clara, nada suaranya bergetar dalam ketidakpastian. Matanya melirik Aryan dan Henry, mencari jawaban dalam tatapan mereka.Henry mengerutkan keningnya, ekspresinya dipenuhi keprihatinan. “Kita harus mencari sumbernya. Setelah itu kita mungkin masih bisa menyelamatkannya.”“Benar. Kita tidak bisa membiarkan mereka dalam keadaan terjebak,” kata Aryan, bertekad memasuki situasi ini dengan keberanian. “Mungkin ada lebih banyak orang yang terkurung di sini.”Saat melangkah lebih jauh, mereka menyusuri lorong-lorong sempit yang menjadi saksi bisu kekejaman para petugas Zareth. Dinding-dinding tegak berdiri dalam kesepian, seolah meresap ke dalam sanub

    Last Updated : 2025-02-13
  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Sebuah Pilihan Clara

    Bulan sabit menggantung di langit malam, memancarkan cahaya perak yang menari-nari di atas permukaan air yang tenang. Namun, keindahan malam itu gagal meredakan kecemasan yang mencengkeram hati Clara. Hilangnya Aryan di dalam kegelapan warehouse itu bagaikan duri yang menusuk-nusuk, menghadirkan bayangan ketakutan yang nyata. “Kita tidak bisa meninggalkannya di sana,” kata Clara, suaranya bergetar meskipun berusaha untuk tetap tegar. “Kita harus kembali.” Henry, yang selama ini berusaha menenangkan, kini tampak ragu. “Clara, itu terlalu berbahaya. Kita tidak tahu apa yang menantinya di dalam sana. Gorgoten mungkin tidak sendiri, dan kita harus memikirkan keselamatan para korban yang baru kita selamatkan.” “Keselamatan mereka adalah prioritas utama kita, aku tahu. Tapi Aryan… dia tidak akan meninggalkan kita begitu saja. Kita harus melakukan hal yang sama,” balas Clara dengan tekad yang membara di matanya. Henry menghela napas panjang, menyadari bahwa tekad Clara tidak bisa dig

    Last Updated : 2025-02-13
  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Kebangkitan dari Ambang Maut

    Kata-kata Valerius menggantung di udara seperti kabut beracun, meracuni harapan Clara dengan keputusasaan. Bayangan pedang yang berkilauan menari-nari di depan matanya, seolah meramalkan akhir yang tragis. Namun, di tengah keputusasaan itu, secercah harapan mulai bersemi.Di telinganya, ia mendengar erangan pelan. Sebuah gerakan lemah. Mata Aryan perlahan terbuka, menampakkan tatapan yang redup, namun penuh tekad. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya, namun dorongan untuk melindungi teman-temannya membakar jiwanya.“Cl…Clara…” bisik Aryan dengan suara serak, nyaris tak terdengar.Clara terkejut dan menoleh ke arah Aryan. Air matanya mengalir semakin deras, namun kali ini, air mata itu bercampur dengan harapan.“Aryan! Kau sadar!” seru Clara, wajahnya berbinar.Valerius menyeringai sinis. “Jadi, pahlawan kita akhirnya bangun. Sayang sekali, ini sudah terlambat.”Valerius mengangkat pedangnya, bersiap untuk mengakhiri hidup Clara dan Aryan sekaligus. Namun, sebelum pedang itu sempat

    Last Updated : 2025-02-13
  • Kembalinya Sang Legenda Perang    Bayang-Bayang Zareth

    Keesokan paginya, matahari menyingsing dengan cahaya redup, seolah enggan menyinari dunia yang penuh dengan kegelapan dan kejahatan. Aryan dan Clara duduk di sebuah kafe kecil di pinggiran kota, menikmati secangkir kopi pahit sambil merenungkan kejadian semalam. "Para korban penculikan sudah aman di tangan pihak berwenang, mereka akan mendapatkan perawatan dan perlindungan yang mereka butuhkan." "Bagaimana dengan pengiriman senjata?" Aryan bertanya, penasaran. "Semalam, saat kita tengah menyelamatkan para korban. Pihak kepolisian telah datang dan menyergap mereka. Tapi sayangnya, tidak semua anggota organisasi berhasil tertangkap. Mereka banyak yang melarikan diri," jawab Clara, sambil sesekali menyeruput kopinya. "Tak apa," jawab Aryan, nadanya datar. "Walaupun mereka masih berkeliaran di luar sana. Tapi kita sudah mulai mendapat titik terang tentang pergerakan mereka."Lalu pikiran Aryan tiba-tiba beralih kepada Henry, ia menatap Clara dengan pandangan serius. "Oh ya, bagaimana

    Last Updated : 2025-02-14
  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Pertemuan Dengan Zareth'

    Sapaan Zareth membelah keheningan kantor yang megah, mengiris seperti pisau dingin yang membelah kegelapan. Senyumnya yang tipis, dibingkai oleh wajah tampan yang menawan, terasa palsu, seperti bunga indah yang tumbuh di atas kuburan. Aryan dan Clara berdiri terpaku, mata mereka meneliti setiap detail, mencari celah dalam ilusi. "mungkinkah dia... Zareth..." gumam Aryan, suaranya berat, dipenuhi kewaspadaan. Penampilannya yang kontras, nyaris tak dikenali, menambah lapisan misteri pada sosok yang menjadi pusat teror mereka. Zareth mengangkat gelas berisi cairan merah, memutar-mutarnya dengan gerakan anggun. "Kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku menyambut kalian dengan penampilan seperti ini?" "Kami lebih tertarik pada alasan di balik semua penderitaan yang kau sebabkan," balas Clara, suaranya stabil meski jantungnya berdebar. Ia tak bisa mengalihkan pandangan dari mata Zareth, yang dalam dan tajam dari pada yang mereka tau. "Ah, penderitaan," Zareth terkekeh, suara yang ter

    Last Updated : 2025-02-15
  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Penjara Bawah Tanah

    Saat tangan Zareth mengayun hendak melemparkan Clara ke dinding, kilat tekad menyala di mata Aryan. Tanpa ragu, meski tubuhnya terasa nyeri, ia menerjang, merentangkan tubuhnya di antara Clara dan sebuah dinding. Tubuh Aryan menerima hantaman yang seharusnya menjadi akhir bagi Clara. Dinding bergetar saat tubuh Aryan membentur permukaannya. Darah mengalir dari luka di kepala dan bahunya. Namun, ia tersenyum, meskipun sakit luar biasa mencabik-cabik tubuhnya. Walaupun Clara terlempar membentur tubuh Aryan. Rasa sakit di tubuh Clara tak seberapa dibanding Aryan yang menjadi pelindungnya dari dinding yang keras. "Aryan!" teriak Clara, bangkit dari lantai, berlari ke arah Aryan. Ia berlutut di sampingnya, memeluk tubuhnya yang terluka. Zareth terkejut, matanya menyiratkan amarah dan kebingungan. "Kenapa kau melakukan ini?" "Karena... aku tidak akan membiarkanmu... menyakitinya," desis Aryan, suaranya lemah. Amarah Zareth berubah menjadi seringai kejam. "Kalian benar-benar bodo

    Last Updated : 2025-02-16
  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Terungkapnya Sebuah Tabir

    Udara dingin dan lembap di lorong rahasia menusuk hingga ke tulang. Langkah Aryan dan Clara terhenti saat mereka melihat ruangan di ujung lorong, sebuah sel rahasia. Di dalam, seorang pria meringkuk, terikat rantai besi. Cahaya redup dari obor yang dipasang di dinding hanya mampu menerangi sebagian ruangan, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari."Siapa... siapa dia?" gumam Clara, suaranya berbisik.Aryan terdiam, jantungnya berdebar tak karuan. Ada sesuatu yang familiar dari sosok pria itu, sebuah bayangan ingatan yang samar namun kuat. Perlahan, ia mendekat, matanya berusaha menembus kegelapan.Saat ia semakin dekat, keraguan itu sirna. Wajah yang dulu ia kenal, kini dipenuhi luka dan bekas siksaan, namun tetap tak dapat disangkal."Ayah...?" gumam Aryan, suaranya bergetar.Pria itu mengangkat kepalanya, matanya yang sayu menatap ke arahnya. Sebersit harapan muncul di matanya, lalu berubah menjadi rasa bersalah yang mendalam."Aryan...?" Yoshua, ayah Aryan, menjawab dengan s

    Last Updated : 2025-02-16
  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Bahaya Kekuatan Perisai Aryan

    Saat suara Zareth menggema di lorong, getaran amarah dan tekad mengeras di jiwa Aryan. Ia memandang ayahnya, Yoshua, yang tampak lemah namun matanya memancarkan keberanian. "Ayah, jaga dirimu," kata Aryan, suaranya tenang namun tegas. Yoshua mengangguk, lalu mundur selangkah, mencari perlindungan di balik bayangan. Zareth tersenyum sinis, matanya menyiratkan arogansi. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku, anak bodoh?" "Aku akan menghentikanmu," balas Aryan, merentangkan tangannya. Perisai energi berwarna perak mulai terbentuk di sekelilingnya, memancarkan cahaya yang menyilaukan. Zareth tertawa. "Mari kita lihat seberapa kuat perisaimu itu." Pertarungan dimulai dengan cepat dan brutal. Para pengawal Zareth menyerbu dengan senjata mereka, namun Aryan dengan lincah bergerak, memanfaatkan perisai energinya untuk menangkis serangan. Ledakan energi menghantam para pengawal, melontarkan mereka ke belakang. Di tengah kekacauan itu, Zareth melangkah maju. Ia bergerak secepat kilat, berusa

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Yoshua Tertinggal

    Dengan napas yang masih terengah-engah dan jantung berdebar, Aryan mengarahkan pandangnya ke Clara. “Kita tidak bisa terus melarikan diri selamanya,” ujarnya, otaknya bekerja cepat. “Kita harus menemukan Yoshua, dan kita harus melakukannya sekarang. Jika Zareth berhasil menemukan kita lagi, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk melawan.”Clara mengangguk, mengerti akan kepanikan yang mendasari keputusan Aryan. Mereka berdua baru saja keluar dari kegelapan, dan kembali terjerumus dalam rasa takut yang membayangi akan takdir orang yang mereka cintai. “Tapi, Aryan, kita tidak tahu di mana dia berada. Kita mungkin hanya akan lebih dekat ke Jari Zareth.”“Justru itu, Clara,” jawab Aryan tegas. “Semakin cepat kita bergerak, semakin cepat kita bisa menemukan dia. Dan jika kita menemukan Yoshua, dia akan membawa banyak pengetahuan dan pengalaman yang bisa membantu kita menghentikan Zareth.”Clara merasa ada kebenaran dalam kata-kata Aryan, tetapi rasa takut akan keselamatan mereka te

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Cahaya di Ujung kegelapan

    Cahaya yang berkedip di kejauhan semakin jelas seiring langkah Clara dan Yoshua yang semakin mendekat, menciptakan harapan dalam kegelapan yang mencekam. Setiap langkah bergetar penuh ketegangan, diiringi dengan detakan jantung yang terengah-engah. Clara merasakan keberanian mengalir di dalam dirinya, meskipun ketakutan akan nasib Aryan terus menghantuinya. “Cahaya itu tampaknya berasal dari tengah laut,” kata Yoshua sambil melangkah perlahan, mengamati ombak yang bergejolak. “Apakah kau yakin kita harus pergi ke sana, Clara?” “Aku harus tahu. Jika Aryan ada di sana…” Clara menggigit bibirnya, menahan emosi yang menghantui. “Kita tidak bisa membiarkannya sendirian.” Mereka berdua akhirnya tiba di tepi air. Cahaya itu tampak bergerak, menari di atas permukaan laut yang gelap. Clara merasakan denyut kesadaran di dalamnya, seolah cahaya itu menyampaikan pesan, sesuatu yang mendesak untuk ditangkap. Mereka menatap ke laut, berharap untuk melihat lebih dekat. Hampir tidak ada suara

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Terjatuh Ke Laut

    Dunia berputar liar, seolah alam semesta sedang bergejolak dalam pusaran emosi Aryan yang tak terkendali. Di saat ia berusaha mencengkram. Seorang anak buah Zareth' tiba-tiba melepaskan tembakan, membuat cengkeramannya pada helikopter terlepas. Zareth' tersenyum puas menyaksikan. Aryan merasakan sensasi jatuh bebas yang memilukan, sensasi yang mengancam untuk merenggut nafasnya. Tawa Zareth yang terbahak-bahak. Kini hanya menjadi gema samar, hilang tertelan deru angin dan hempasan ombak. Tubuh Aryan menghantam permukaan air, dingin dan gelap, sebuah benturan keras yang merenggut kesadarannya. Air laut yang dingin menerjang, memaksa paru-parunya untuk berkontraksi. Dunia di sekelilingnya berubah menjadi kegelapan pekat, terisi oleh suara gemuruh air dan detak jantungnya yang menggila. Ia berjuang, berupaya untuk membuka mata, tetapi kegelapan terus memburunya, seperti bayang-bayang yang enggan melepaskannya. Otot-ototnya menegang, tubuhnya meronta dalam usaha sia-sia untuk naik ke

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Pertemuan di Tengah Lautan Gelap

    Udara malam yang begitu pekat, sarat dengan aroma garam dan misteri. Di bawah langit yang bertabur bintang, di antara gemuruh ombak yang tak pernah lelah, Aryan dan Clara tiba di pantai terpencil yang telah menjadi lokasi pertemuan mereka. Malam tanpa bulan, hanya sedikit cahaya dari bintang yang menembus kegelapan, menciptakan suasana yang mencekam. "Ini pasti jebakan," gumam Clara, suaranya hampir tak terdengar di tengah deru ombak. Ia memandang sekeliling dengan waspada, matanya menelusuri kegelapan, mencari tanda-tanda kehadiran musuh. Aryan mengangguk, meskipun hatinya juga diliputi keraguan. Namun, ia harus mengambil risiko ini. Yoshua, ayahnya, berada dalam bahaya. Ia tidak punya pilihan lain. "Mungkin memang jebakan," jawab Aryan. "Tapi kita harus tetap waspada." Mereka berdiri di tepi pantai, menunggu dengan sabar. Jantung mereka berdebar-debar, dipenuhi campuran harapan dan ketakutan. Waktu terasa berjalan sangat lambat, setiap detik terasa seperti menit. Tiba-tiba, di

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Upaya Pencarian Zareth'

    "Tidak mungkin! Mereka melarikan diri!" teriak Aryan, matanya menyapu sekeliling dengan marah. Udara dipenuhi dengan asap dan debu, sisa-sisa kehancuran yang ditinggalkan oleh kemarahannya. Clara, yang masih dalam pelukan Aryan, melepaskan dirinya. Ia menatap Aryan dengan tatapan khawatir. "Tenang, Aryan. Mereka akan mendapatkan balasan." Aryan mengangguk, mencoba menenangkan diri. Namun, rasa amarah dan frustrasi masih membara di dalam dirinya. Ia tidak akan membiarkan Zareth dan Liana lolos begitu saja. Desir angin menerpa wajah Aryan dan Clara, membelai rambut mereka saat mereka berdiri di dermaga yang hancur. Matahari senja mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu, menciptakan pemandangan yang indah namun menyimpan rasa getir. Zareth dan Liana, bersama sisa-sisa pasukannya, telah lenyap. Jejak mereka hilang seperti buih di lautan. "Sialan," gumam Aryan, suaranya sarat kekecewaan. Ia mengepalkan tangannya, merasakan kemarahan yang baru saja ia kendalikan mulai merayap k

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Api Pembalasan (Kekuatan Mutant Dalam Diri Aryan)

    Ancaman Liana bagaikan bara api yang membakar amarah Aryan. Mendengar kata-kata pengkhianatan itu, hatinya hancur berkeping-keping. Seluruh tubuhnya bergetar, bukan hanya karena luka fisik, tetapi karena luka batin yang lebih dalam. Pengkhianatan Liana adalah pukulan yang tak terduga, menikam lebih dalam daripada pedang. "Kau… kau akan menyesal!" teriak Aryan, suaranya dipenuhi kemarahan yang meledak. Matanya berkilat, dan di saat itu, sesuatu dalam dirinya berubah. Sesuatu yang telah lama terpendam, kekuatan yang selama ini hanya ia gunakan untuk membela diri, kini bangkit dengan dahsyat. Ia bukan lagi hanya seorang pemuda dengan perisai energi. Ia adalah seorang prajurit, seorang pejuang yang telah memenangkan ribuan pertempuran, seorang mesin pembunuh yang dilatih untuk menghancurkan. Kemarahan Aryan mengamuk seperti badai. Ia melupakan luka-lukanya, melupakan rasa sakitnya. Ia melupakan segalanya kecuali satu tujuan, membalas dendam atas kebiadaban terhadap manusia yang tak

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Datangnya Pengkhianat "Liana"

    Saat tangan Aryan terangkat, bersiap untuk menghukum Zareth, suara yang begitu dikenalnya memecah keheningan yang mencekam."Hentikan!"Semua mata tertuju pada sosok yang berdiri di ambang lorong. Liana. Wanita yang pernah menjadi sekutu mereka, yang pernah berbagi senyum dan harapan, kini berdiri di sana, dengan mata yang dingin dan benci. Ia mengenakan seragam hitam para pengawal Zareth, sebuah pengkhianatan yang menikam Aryan lebih tajam daripada pedang.Wajah Aryan membeku. "Liana?"Liana melangkah maju, dengan gerakan yang anggun namun penuh ancaman. "Kau tidak bisa mengalahkannya, Aryan. Kau tidak mengerti kekuatan yang ia miliki.""Kekuatan yang telah menghancurkan begitu banyak kebahagiaan?" balas Aryan, matanya tak lepas dari Liana. Liana menggelengkan kepalanya. "Kau terlalu naif. Zareth menawarkan kedamaian. Ia menawarkan stabilitas. Kau hanya melihat kekacauan.""Kedamaian?" Aryan tertawa getir. "Ia menawarkan kekuasaan atas mayat-mayat korbannya!"Liana menghela napas, t

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Bahaya Kekuatan Perisai Aryan

    Saat suara Zareth menggema di lorong, getaran amarah dan tekad mengeras di jiwa Aryan. Ia memandang ayahnya, Yoshua, yang tampak lemah namun matanya memancarkan keberanian. "Ayah, jaga dirimu," kata Aryan, suaranya tenang namun tegas. Yoshua mengangguk, lalu mundur selangkah, mencari perlindungan di balik bayangan. Zareth tersenyum sinis, matanya menyiratkan arogansi. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku, anak bodoh?" "Aku akan menghentikanmu," balas Aryan, merentangkan tangannya. Perisai energi berwarna perak mulai terbentuk di sekelilingnya, memancarkan cahaya yang menyilaukan. Zareth tertawa. "Mari kita lihat seberapa kuat perisaimu itu." Pertarungan dimulai dengan cepat dan brutal. Para pengawal Zareth menyerbu dengan senjata mereka, namun Aryan dengan lincah bergerak, memanfaatkan perisai energinya untuk menangkis serangan. Ledakan energi menghantam para pengawal, melontarkan mereka ke belakang. Di tengah kekacauan itu, Zareth melangkah maju. Ia bergerak secepat kilat, berusa

  • Kembalinya Sang Legenda Perang   Terungkapnya Sebuah Tabir

    Udara dingin dan lembap di lorong rahasia menusuk hingga ke tulang. Langkah Aryan dan Clara terhenti saat mereka melihat ruangan di ujung lorong, sebuah sel rahasia. Di dalam, seorang pria meringkuk, terikat rantai besi. Cahaya redup dari obor yang dipasang di dinding hanya mampu menerangi sebagian ruangan, menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari."Siapa... siapa dia?" gumam Clara, suaranya berbisik.Aryan terdiam, jantungnya berdebar tak karuan. Ada sesuatu yang familiar dari sosok pria itu, sebuah bayangan ingatan yang samar namun kuat. Perlahan, ia mendekat, matanya berusaha menembus kegelapan.Saat ia semakin dekat, keraguan itu sirna. Wajah yang dulu ia kenal, kini dipenuhi luka dan bekas siksaan, namun tetap tak dapat disangkal."Ayah...?" gumam Aryan, suaranya bergetar.Pria itu mengangkat kepalanya, matanya yang sayu menatap ke arahnya. Sebersit harapan muncul di matanya, lalu berubah menjadi rasa bersalah yang mendalam."Aryan...?" Yoshua, ayah Aryan, menjawab dengan s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status