“Para berandal di Ethnocity menggelar kejuaraan petarung jalanan mulai malam ini. Pesertanya mencapai empat puluh orang. Mereka datang dari berbagai kota. Aku tidak sabar untuk melihat pertarungan orang-orang itu.” Albert tampak antusias.“Apakah pertarungannya akan seseru itu sampai kau mengajakku pergi?” Ana memutar bola mata. “Aku mendengar jika kejuaraan itu penuh dengan kecurangan. Aku tidak ingin masalah dengan pertarungan jalanan, tapi aku tidak ingin melihat seorang petarung yang menang dengan curang.”Albert tiba-tiba tertawa. “Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menang dengan sepenuhnya jujur, Ana. Mereka pasti akan menggunakan sedikit kecurangan. Aku yakin kejuaraan itu akan mengundang banyak berandal dari berbagai kota, termasuk si Dewa Kematian. Bukankah dia tiba-tiba menghilang semalam?”“Aku akan pergi ketika pertarungan itu tidak menarik.” Ana bersandar di kursi, mengamati pemandangan kota. “Kau memang sebaiknya berada di kamarmu untuk belajar, Ana.”Ana mendorong
“Kami mengerti,” sahut Arnold. Arnold, Aaron, dan Andy saling bertatapan sesaat, mengikuti Alan menuju kamar Arthur. Setengah jam adalah waktu yang cukup untuk mencari sesuatu di dalam kamar mendiang saudara mereka. Mereka sudah menyiapkan beberapa hal agar rencana mereka berhasil. Alan, Arnold, Aaron, dan Andy tiba di depan kamar Arthur. Arnold tampak tidak sabar untuk segera memasuki ruangan. Jikalau ia dan kedua saudaranya berada di dalam ruangan lebih dari setengah jam, Alan tentu tidak akan berani menghukum mereka. Mereka bebas untuk melakukan apa pun.Alan membuka pintu kamar. “Ketika Anda bertiga memasuki kamar, aku akan segera memulai menghitung waktunya. Aku akan menemani Anda selama berada di dalam kamar.”“Kau tidak perlu melakukannya, Alan.” Arnold menyentuh bahu Alan. “Kami hanya ingin mengenang Arthur sebagai saudara kami. Kami tentu tidak akan melakukan apa pun selain menangis haru melihat barang-barangnya. Kau bisa mengawasi kami dari CCTV.”“Kau tidak menuduh kami
Arnold tersenyum. “Apa itu?”“Aku menemukan sehelai rambut di antara tumpukan baju Arthur. Rambut ini cukup panjang. Rambut ini bukanlah rambut ayah maupun rambut Alan. Alan mengatakan jika dia dan ayah adalah dua orang yang mendatangi kamar Arthur sebulan lalu. Dia kemungkinan berbohong,” ujar Aaron. Arnold mengamati sehelai rambut di dalam plastik. “Kau benar, Aaron. Rambut ini tidak mungkin milik ayah dan Alan. Itu berarti, ada orang lain yang memasuki kamar Arthur, dan orang itu bukanlah orang biasa.”Arnold tertawa. “Kita memang tidak sia-sia datang menemui Ayah.”Aaron menyahut, “Aku sangat berhati-hati ketika mengambil rambut itu dan memasukkan ke dalam plastik. Aku berusaha agar tindakanku tidak terekam oleh kamera pengawas. Aku pikir kita harus pergi ke kamar Arthur lagi untuk menemukan petunjuk lain.”“Kita harus segera memeriksa rambut itu secepatnya. Arthur mungkin sudah kembali ke rumah atau mungkin saja putranya yang sudah kembali,” ucap Andy. Arnold mendengkus kesal,
Waktu berlalu dengan cepat. Rombongan mobil memasuki sebuah gerbang, menepi di deretan mobil dan motor. Albert dan Ana keluar dari mobil, mengamati para berandal dan penonton yang berkerumun. Mereka memasuki arena pertarungan, duduk di bangku penonton. “Aku tidak tahu jika acaranya akan seramai ini,” ujar Ana seraya mengamati para penonton yang memadati kursi. “Aku tahu kau akan tertarik, Ana. Aku pernah menonton pertarungan di tempat ini, dan pertarungannya benar-benar gila. Petarung-petarung di tempat ini sungguh kejam dan menarik.” Albert tertawa. “Mari kita bertaruh.”Albert dan Ana menikmati pertandingan bersama para penonton lain. Suasana semakin ramai seiring waktu. Beberapa penonton terlihat bertengkar, dan para penjaga segera menyeret mereka dan memukuli mereka di luar lokasi. “Aku memenangkan banyak taruhan malam ini.” Ana tertawa. “Aku bisa mengatakan ini adalah uang terbanyak yang berhasil aku kumpulkan dari hasil bertaruh.”“Uang ini tidak sebanding dengan uang jajan
“Aku penasaran apa yang Jay dan pegawai lain rencanakan padaku. Jay tampak sangat marah ketika tahu kondisi Kevin. Dia bahkan datang untuk memperingatiku secara langsung,” ujar Althon. Althon sengaja tidak mengunci pintu, bergegas kembali ke ranjang, berpura-pura tertidur. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat. “Aku sudah memasang kamera pengawas di luar dan di dalam kamar. Aku akan tahu apa yang akan mereka lakukan. Aku hanya harus berakting sebaik mungkin.”Seorang pria mematikan listrik di kamar Althon, sedangkan tiga pria lain bergegas memasuki kamar dan sisanya berjaga di luar. “Sampah itu lupa mengunci pintunya. Dasar ceroboh!” ujar seorang pengawal Jay. “Kalaupun pencuri memasuki kamarnya, pencuri itu tidak akan menemukan barang berharga.”“Dia tertidur seperti sampah di selokan. Dia membuatku muak sejak pertama kali dia datang ke kantor ini.”“Tuan Jay sempat mencurigai Asghar sebagai mata-mata. Akan tetapi, Tuan Drankon mengatakan jika pria itu hanya pria miskin tidak be
Althon tersenyum ketika mengintip keadaan luar melalui layar hologram. “Mereka akan memulai rencana mereka. Baiklah, aku harus berakting dengan baik.”Althon membuka pintu. Tiga pengawal Jay yang memasuki kamarnya semalam berada di depan kamarnya, menatap tajam. “Asghar, Tuan Jay memintamu ke lobi sekarang juga,” ujar salah satu pengawal.“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Althon.“Tuan Jay meminta semua petugas kebersihan untuk berkumpul di lobi.”“Baiklah.” Althon mengikuti ketiga penjaga. Ia sempat melihat beberapa petugas kebersihan berjalan menuju lobi. Althon dan para petugas kebersihan berkumpul di lobi. Ia melihat beberapa pegawai mengawasinya sejak kedatangannya. “Jay dan beberapa manajer masih belum muncul.”Sementara itu, Agnes terkejut ketika bertemu dengan Linda di kafe. “Senang bertemu denganmu, Nona Linda,” ujar Agnes seramah mungkin, “aku tidak menduga jika kita akan bertemu di kafe ini.” “Ayolah, Agnes. Kita tidak berada di sekolah sekarang. Kau bisa memanggilku
“Aku ingin mengingatkan kalian mengenai kunjungan pemilik perusahaan lima hari lagi. Kita harus mempersiapkan semuanya dengan baik. Aku tidak ingin ada satu kesalahan pun yang terjadi selama pemilik perusahaan berada di tempat ini. Aku yakin kalian sudah mengerti betapa pentingnya kunjungan itu dan apa yang harus kalian lakukan,” ujar Jay. Jay melirik Althon sekilas, tersenyum. “Sayangnya, aku mendapatkan kabar jika satu di antara kalian sudah melakukan tindakan yang sangat tidak pantas.”Para petugas kebersihan saling melirik satu sama lain, kecuali Althon dan Ben. “Seseorang di antara kalian sudah mencuri beberapa barang karyawan, dan aku akan menindak tegas siapa pun pencurinya.” Jay mengamati Althon, Ben, dan para petugas kebersihan bergantian. Jay memberi tanda pada salah satu pegawai. Layar seketika menunjukkan daftar barang-barang yang hilang beserta pemiliknya. Beberapa petugas kebersihan mulai melirik Althon.“Asghar adalah orang yang membersihkan ruangan Tuan Jay dan yang
“Apa yang kau lakukan?” tanya Althon ketika seorang penjaga memborgolnya. “Aku bukan pencuri. Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini sebelum kau menemukan bukti.”“Aku yakin bukti-bukti itu berada di kamarmu, Asghar! Jika tidak, kau sudah menjualnya pada orang lain. Aku mendengar kau sempat pergi ke luar kantor,” ucap Jay.“Aku bukanlah pencuri. Kalian harus meminta maaf padaku jika aku terbukti tidak bersalah.” Althon mengamati Jay dan para pegawai yang mengerumuninya. “Kau akan membusuk di penjara jika barang-barang itu berada di kamarmu.”Althon berjalan menuju kamarnya bersama Jay, para pegawai, dan para penjaga. Rombongan terus bertambah ketika para pegawai dari ruangan lain bergabung. Lorong penuh dengan orang-orang mencibir Althon.“Kau akan berakhir hari ini, Asghar.” Jay tersenyum bengis, menjauh dari kerumunan, menghubungi seseorang. “Apa kau yakin Asghar tidak menyadari barang-barang itu di kamarnya? Dia harus hancur hari ini.”“Aku memastikan Asghar tidak menyadari ba
Althon merasa sangat lega setelah presentasi berakhir. “Aku merasakan ketegangan yang sama seperti kandidat lain. Ini pengalaman yang luar biasa,” gumamnya. Althon, Lily, Reynald, dan Randy kembali ke tempat duduk masing-masing. Beberapa kandidat menatap mereka nyaris tidak berkedip, saling berbisik. “Sial! Mereka tampil dengan sempurna. Mereka tahu jika pulai ini berada di wilayah Sema Town dan termasuk ke dalam beberapa pulau tanpa nama dan penduduk. Selain itu, Aku tidak menduga jika Asghar juga tampil dengan sangat baik,” batin Philip geram.Reynald bergumam, “Dasar bajingan! Asghar tampil dengan penuh percaya diri. Tuan Sean dan beberapa bawahannya terus mengamatinya saat dia presentasi. Sikap mereka sangat berbeda padaku dan kandidat lain.”“Asghar sepertinya menampilkan kemampuannya sebenarnya di ujian keempat.” Lily mengembus napas panjang. “Dia memang layak menjadi salah satu kandidat.”“Aku sempat khawatir dengan penampilan Asghar, tetapi dia menampilkan penampilan yang sa
Jimmy terperangah selama beberapa waktu, menatap Raka tidak berkedip. Semua kenangannya bersama Arthur dan teman-temannya dahulu seketika bermunculan. Ia mengingat sesosok bayi mungil yang berada dalam pangkuan Arthur dan Adele. “Kita tidak memiliki waktu banyak sekarang. Kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin teman-teman kita dalam waktu kurang dari satu bulan,” ujar Raka. Jimmy menggelengkan kepala berkali-kali, menatap tajam Raka. “Apa kau serius dengan kata-katamu, Raka?” “Apa kau melihatku sedang bergurau sekarang? Aku datang hanya untuk menemuimu dan mengajakmu bergabung.”Jimmy tercenung sesaat. “Berikan aku bukti jika Tuan Muda masih hidup.”Raka melemparkan ponselnya pada Jimmy. “Jangan membuang-buang waktu.”Jimmy tercekat saat melihat foto Althon. “Pria ini ... adalah Tuan Muda?”Jimmy menggeser layar ke samping, mengamati satu per satu foto Althon hingga akhirnya berhenti di sebuah foto Althon dan Anthony. “Alan dan pasukannya bertemu dengan Tuan Muda di Asthonia. Tu
“Selamat malam semuanya. Aku sangat senang karena bisa menjadi juri utama dalam ujian keempat. Aku tidak sabar menunggu penampilan kalian semua. Aku datang bersama beberapa rekanku. Mereka juga akan menjadi juri. Aku yakin beberapa di antara kalian mengenal siapa mereka,” ujar Sean Ruild tersenyum. Dua orang wanita dan dua orang pria berdiri di belakang Sean, tersenyum. Beberapa kandidat mengenali keempat orang itu, termasuk Philip, Lily, dan Reynald. Sean Ruild dan keempat bawahannya duduk di kursi. Paul berkata, “Aku ingin mengingatkan kalian jika penilaian terdiri dari penilaian kelompok dan individu. Total poin kalian terdiri dari penilaianku dan timku serta penilaian Tuan Sean dan rekan-rekannya malam ini. Aku sangat berharap kalian menunjukkan penampilan yang luar biasa.”Para kandidat tampak semakin tegang, termasuk Althon. Althon ingin tahu sejauh mana kemampuannya. Ia meminta Sean dan Paul untuk menilainya secara jujur. “Aku memiliki tanggung jawab besar untuk menggantik
Arnold tiba di rumah Anthony. Sayangnya, ia tidak bisa menemui ayahnya. “Kenapa aku tidak bisa bertemu dengan ayahku sekarang, Alan?” Arnold mengepalkan tangan erat-erat. Ia memang tidak terlalu ingin bertemu dengan Anthony, tetapi ia marah karena usahanya sia-sia, dan Alan bertingkah semaunya.“Aku sungguh minta maaf, tuan. Aku hanya mengikuti perintah Master Anthony. Aku dengan senang hati akan menyampaikan pesanmu,” kata Alan. “Apakah ayahku baik-baik saja sekarang? Aku sangat mencemaskannya hingga aku menemuinya hari ini.” Arnold mengembus napas panjang. “Aku meminta Aaron dan Andy untuk menemaniku menjenguk ayah, tetapi mereka justru menolak. Mereka sangat fokus pada misi mereka.”“Kondisi Master Anthony semakin membaik, Tuan.”Arnold dan Alan berjalan di lorong. Beberapa pelayan membungkuk hormat saat mereka berjalan. “Aku mendengar jika pamanku dan sepupuku akan berkunjung akhir pekan nanti. Aku ingin memastikan kabar tersebut, Alan.” “Master Abraham dan Master Adam akan be
“Ya,” jawab Althon singkat.Reynald tertawa. “Kau sangat menarik. Kami ingin mendengar penjelasanmu.”Lily, Reynald, dan Randy saling bertatapan sesaat. “Tentu saja aku akan menjelaskannya pada kalian.” Althon tersenyum. “Aku sudah mencurigai Tuan Paul saat dia mengatakan kita akan berlibur. Dia dan para bawahannya sama sekali tidak mengatakan tujuan kita. Aku mengamati jalan dan berusaha mengingat semua rute sedetail mungkin selama perjalanan. Aku memotret banyak rute dan pemandangan untuk berjaga-jaga. Aku juga mencari informasi di internet mengenai lokasi-lokasi wisata yang kemungkinan akan kita kunjungi.”Lily, Reynald, dan Randy mendengarkan saksama. “Pulai ini berada di wilayah Sema Town. Kota ini merupakan wilayah kepulauan, dan menjadi salah satu kota yang memiliki dua puluh pulau tidak berpenghuni. Sekitar lima belas menit sebelum kita mendarat di pulau, aku memotret Sema Tower, salah satu ikon utama Sema Town. Aku kemudian mencari informasi mengenai kota tersebut, termasu
Lily mengamati semua kandidat di depannya saksama. “Aku harus memilih partner yang tepat untuk ujian ini. Aku tidak boleh sampai salah memilih,” gumamnya. Philip mengepalkan tangan erat-erat. “Sial, aku seharusnya mendapatkan keistimewaan itu. Lily kemungkinan besar akan memilih orang-orang yang berada di urutan tertinggi. Dia mungkin memilihku, tetapi aku merasa dia sudah mengalahkanku.”Lily mengembus napas panjang. “Aku memilih Reynald sebagai partnerku, Tuan.”Semua kandidat sontak menoleh pada Reynald.Reynald tersenyum, melirik Philip sekilas. “Bajingan!” Philip menahan amarah sekuat mungkin, mencibir Lily dan Reynald di dalam hati. “Kenapa Lily justru memilih Reynald? Pria itu berada di posisi kedua dalam ujian ketiga. Kemungkinan mereka untuk menang semakin besar di ujian keempat.”Philip mengamati para kandidat. “Aku tidak ingin mendapatkan partner yang bodoh seperti di ujian ketiga. Posisiku mungkin akan menurun jika aku berada di tim yang salah.”Althon tersenyum. “Aku t
Hujan hanya mengguyur selama dua jam. Althon dan para kandidat berkumpul di sebuah ruangan untuk makan siang. Para pelayan tampak sibuk membawa dan menata hidangan dan minuman. Alunan musik terdengar indah. Para kandidat lebih banyak berbincang karena jaringan internet tidak tersedia. Mereka mulai curiga dan menerka-nerka tujuan liburan sebenarnya, apalagi Paul dan para pengawalnya tidak terlihat sejak tadi. Althon dan beberapa kandidat memutuskan untuk berjalan-jalan di pulau, sedangkan beberapa kandidat lain memilih untuk tetap berada di ruangan mereka. “Kau tampak tenang meski yang lain mulai khawatir, Asghar,” ujar Lily seraya berjalan lebih cepat untuk menyusul Althon. Randy melirik Lily sekilas. “Aku tidak menduga jika Lily akan bertanya pada Asghar. Wanita itu lebih banyak diam sejak tiba di pulai ini. Dia pasti berusaha menerka tujuan Tuan Paul sebenarnya. Apa mungkin dia juga curiga jika Asghar adalah mata-mata Tuan Paul?”Althon dan sebagian kandidat tengah menaiki jalan
Althon dan beberapa pria bermain voli pantai. Beberapa wanita menonton di sisi lapangan, sedangkan kandidat lain memilih untuk berjalan-jalan di sisi laut. Lily duduk tak jauh dari kerumunan para wanita, menonton pertandingan. “Liburan ini bisa menjadi ujian khusus bagai semua kandidat. Tuan Paul ingin melihat bagaimana setiap kandidat membangun relasi dengan kandidat lain.”Lily mengamati Althon yang baru mencetak poin, mengamati pria itu saksama. “Sepeti yang Reynald katakan, Asghar kemungkinan berpura-pura menjadi kandidat paling lemah agar dia bisa tahu kemampuan semua kandidat. Meski dia berada di posisi terakhir dalam dua ujian, tetapi dia bisa melaju ke tahap keempat.”Lily mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak boleh lengah sedikit pun. Aku harus kembali mendapatkan posisi pertama dalam ujian keempat.”“Hei, bukankah Asghar terlihat cukup keren saat di berolahraga? Dia terlihat berbeda sekarang,” ujar seorang wanita di depan Lily.Lily segera menoleh pada Althon, mengamati
“Nikmati makan malam kalian dengan baik. Aku akan kembali menemui kalian di halaman.” Paul tersenyum, meninggalkan rooftop bersama para pengawalnya. Semua kandidat membungkuk saat Paul melewati mereka. Keterkejutan masih terlihat jelas di wajah mereka. Para kandidat saling menatap satu sama lain, menerka-nerka maksud dari perkataan Paul sebenarnya. Mereka bergegas menghabiskan makan malam, kemudian meninggalkan rooftop untuk segera mempersiapkan diri. “Tuan Paul sama sekali tidak mengatakan apa pun soal ujian keempat. Aku yakin liburan ini tidak seperti liburan yang aku bayangkan.” Lily bergegas memasuki elevator. Philip dan Reynald mengikuti dari belakang, berdiri di samping Lily. “Kalian berdua tampak sangat tegang,” ujar Philip, tersenyum. “Dan kau terlihat masih kesal dengan hasil ujian ketiga tadi, Philip.” Reynald tertawa. “Ayolah, Philip. Kalah dan menang adalah hal yang biasa.” Philip tersenyum meski mengepalkan tangan erat-erat. “Bukankah kau merasa kesal karena