Semua kandidat memperhatikan Althon dan Ali. Beberapa di antara mereka mulai berbisik-bisik, bertanya-tanya. “Apa kau mengenal pria berpenampilan sangat menarik itu, Lily?” tanya Philip seraya mengamati Althon dari ujung kepala hingga kaki. “Aku tidak mengenalnya. Aku baru pertama kali melihatnya,” jawab Lily. “Aku mengenal semua kandidat karena mereka berasal dari keluarga kelas Thondonia, tetapi aku tidak mengenal pria itu. Dia kemungkinan besar berasal dari luar negeri.”“Aku juga memikirkan hal yang sama.” Lily mengembus napas panjang, berusaha tenang dan mengabaikan pria itu. “Semua kandidat adalah orang-orang yang hebat, Lily. Kau tidak boleh meremehkan siapa pun, termasuk pria itu.” Althon berpura-pura terjatuh, dan Ali segera membantunya berdiri. “Ah, aku benar-benar ceroboh. Terima kasih sudah menolongku.”“Aku akan menunggu Anda di luar ruangan, Tuan,” ujar Ali, membungkuk sesaat. Ia berjalan meninggalkan ruangan. Beberapa kandidat mulai mencibir Althon sembari berbisi
Seorang pria berjalan terburu-buru di lorong, mengabaikan para pengawal yang membungkuk hormat padanya. Ia menekan bel, memasuki ruangan setelah mendapatkan izin. Pria itu berjalan lebih cepat, mengamati seorang pria yang berdiri di dekat jendela. Ia membungkuk sesaat, terdiam. “Kau bisa bicara sekarang,” ujar pria di dekat jendela. Tatapannya tidak beralih dari pasukan yang sedang mengelilingi danau.“Seluruh persiapan sudah selesai, Master. Pasukan siap pergi kapan pun.”Pria itu berbalik, menghadap bawahannya. “Apa kau sudah menemukan petunjuk baru soal keberadaan Arthur dan keluarganya?”“Aku sungguh menyesal karena aku belum mendapatkan informasi terbaru mengenai Master Arthur dan keluarganya, Master. Akan tetapi, pencarian informasi masih terus dilakukan hingga sekarang.”Pria itu mengembus napas panjang, berjalan melewati bawahannya, duduk di sofa. Ia tercenung selama beberapa waktu, mengepalkan tangan erat-erat. Situasi ruangan sangat hening. Detak jarum jam terdengar mengi
“Terima kasih sudah membantuku di saat semua orang menatapku sinis, Philip.”“Aku tidak peduli padamu, bodoh! Aku hanya ingin membuat citra baik bagi Tuan Paul dan para pegawai Star Company,” gumam Philip.Althon dan Philip bergegas berkumpul bersama para kandidat. “Kami akan memanggil peserta pertama. Asghar Walrode, kau mendapatkan giliran pertama untuk wawancara bersama Tuan Sean. Ikuti pegawai itu sekarang.”Althon mengangguk, bergegas mengikuti seorang pegawai, meninggalkan ruangan. Para kandidat lain berusaha menahan tawa. Althon memasuki ruangan, duduk di sofa, menatap layar yang menunjukkan Sean dan beberapa pengawal. “Aku bisa melihat penampilan mereka semua di tempat ini.”Paul berkata, “Kami akan memanggil peserta kedua. Philip Lorenzo.”Philip tampak sangat percaya diri. Ia tampak tenang, tersenyum. “Aku penasaran apa yang si bodoh itu lakukan saat wawancara bersama Tuan Sean. Apakah dia mengacau atau justru mendadak tidak sadarkan diri?”Philip terdiam sesaat. “Dia kem
“Aku bekerja sebagai direktur di salah satu perusahaan keluargaku. Perusahaan itu memang bukan perusahaan besar. Akan tetapi, aku berusaha menjalankan tugasku dengan sebaik mungkin. Perusahaan itu berkembang cukup pesat setelah melewati banyak rintangan,” ujar Althon.“Sial, dia justru membuatku muak dengan cerita tidak bergunanya,” gumam Philip. “Lalu, bagaimana kau bisa menjadi salah satu kandidat?” Philip membersihkan noda di bibir dengan tisu. Ia tidak berselera karena berada di dekat Althon. “Pilihanku untuk duduk bersama si bodoh ini adalah pilihan salah. Jika bukan karena untuk mendapatkan citra positif, aku tidak akan sudi untuk berbicara atau dekat dengan sampah ini,” batinnya.“Aku sebenarnya berasal dari Thondonia dan pindah ke kerajaan Talu setelah aku lulus sekolah tinggi. Aku mendapatkan beasiswa dari salah satu yayasan milik keluarga Leander sejak kecil. Aku mendapatkan nilai terbaik dan pernah bekerja sebagai petugas kebersihan dan salah satu staff di anak perusahaan
Althon memeriksa persiapan untuk sesi rekrutmen besok. “Hari pertama berjalan dengan lancar. Para kandidat menunjukkan kemampuan mereka dengan baik.”Althon kembali ke kamar setelah selesai melakukan pengecekan. “Paul menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Aku sangat tertolong.”Althon menghubungi Anthony, tetapi ia membatalkan panggilan. “Aku tidak boleh mengganggu Kakek. Aku harus fokus pada misiku sekarang.”“Misi ini terkesan gampang, tetapi pada kenyataannya jauh lebih sulit dan menantang dibandingkan yang aku duga. Aku harus memastikan pilihanku tepat.”Althon beristirahat lebih awal. Sementara itu, Anthony tengah terbaring di ranjang. Seorang dokter sedang memeriksa keadaannya. Alan berada di sisinya. “Aku memiliki informasi penting untuk Anda, Master,” ujar Alan setelah dokter meninggalkan ruangan.“Apakah kabar ini soal Althon, Alan?” tanya Anthony seraya membuka mata perlahan. “Tidak, Master. Master Abraham menghubungiku sore tadi. Dia ingin mengunjungi Anda akhir pekan
Raka memberi tanda, dan pasukan bertopeng segera menurunkan senjata dan menjauh dari Ello. “Aku ingat jika kau terlalu mudah menangis, Ello.” “Dasar bajingan tengik! Aku tidak datang hanya untuk mendengar ocehanmu! Katakan, apa yang kau inginkan dariku! Aku tidak segan menghajarmu.” “Putra Master Anthony masih hidup, dan dia membutuhkan kita.” “Apa?” Ello sontak terkejut. “Apa kau berkata serius, Raka?” “Apa kau melihat wajahku sedang melawak, Ello? Aku tidak akan bergurau jika berhubungan dengan Master Anthony. Tuan Muda masih hidup dan dia membutuhkan kita.” Raka melemparkan ponsel pada Ello. Ello sontak terdiam ketika melihat foto Althon. “Pria ini adalah Tuan Muda? Dia ... mirip dengan Master Arthur.” “Aku ingin mengajakmu bergabung kembali ke dalam pasukan. Aku dan Leo sudah bergabung. Leo sedang mencari Sadam sekarang. Mereka kemungkinan sudah bertemu.” Ello berdecak. “Lalu, bagaimana dengan pria tua itu?” “Master Anthony sudah tahu kebenaran di balik peristiwa it
Ryan terus berusaha mendaratkan serangan pada si pria bertopeng, tetapi pria itu selalu berhasil menahan serangannya. Sialnya, ia justru terkena serangan hingga kembali mundur. Ryan meludah di lantai, tersenyum. “Aku tidak boleh kalah di depan pasukanku atau mereka akan menertawakanku. Orang yang boleh memerintahku hanya Bos Raka dan Bos Reno, bukan badut bertopeng seperti mereka.”Ryan melompat-lompat kecil, mencari celah kelemahan si pria bertopeng. Para anggota Red Sting semakin bersemangat dan antusias. Mereka berteriak sembari menyebut-nyebut nama Ryan. Beberapa di antara mereka sempat terdorong ke arena karena saling mendorong.Si pria bertopeng terus mengamati pergerakan Ryan, melirik jam sekilas. Ketika ia mendongak, Ryan sudah berada di depannya, bersiap melayangkan pukulan. Si pria bertopeng berhasil menahan serangan meski ia terdorong selama beberapa langkah. Ia melesatkan tendangan kaki kanan, berjongkok, lantas menghantam tendangan kaki kiri ke betis Ryan. Ryan mendeng
“Dasar bajingan!” Ryan mengambil bajunya di lantai, bergegas pergi dari arena. “Dia memang sengaja mengalah dariku! Aku akan menghabisnya lain waktu!”Para anggota Red Sting mulai membubarkan diri, berbisik-bisik mengenai pertarungan barusan. Keadaan lambat laun menjadi hening kembali.Ryan menatap para pria bertopeng yang mulai meninggalkan gedung, memasuki ruangan. “Dasar brengsek!”Ronny bergegas menyusul Ryan meski Gon dan yang lain sempat mencegahnya. Ia berdiri di depan pintu selama beberapa waktu, menimbang keputusan.Ryan mengetuk pintu berkali-kali. “Ayah.”Ryan mendengkus kesal. “Aku akan menghajarmu jika kau berani memasuki ruangan ini, Ronny. Awasi tempat ini!”“A-aku mengerti, Ayah.” Ronny mengembus napas panjang, berjalan menuruni tangga. Ia mengabaikan Gon, Glen, Taro, dan Sam yang menghampirinya.“Kau beruntung karena Bos Ryan tidak menghajarmy, Ronny,” ketus Gon.“Ayahku meminta kita untuk mengawasi gedung.” Ronny menaiki rooftop, mengamati pemandangan halaman dan hut
Semua kandidat menyiapkan semua hal dengan sebaik mungkin. Para pembeli mulai berdatangan. Beberapa kandidat masih cukup canggung saat berhadapan dengan pembeli maupun menyiapkan hidangan. Meski demikian, mereka bekerja sebaik mungkin untuk bisa lolos ke tahap berikutnya. Kesempatan menjadi CEO Star Company adalah sesuatu yang tidak akan datang dengan mudahWaktu terus berlalu. Beberapa kandidat mulai sibuk dengan kedatangan pembeli, sebagian yang lain harus berupaya agar pembeli terus berdatangan. “Sial!” Philip melirik seorang partner yang terus membuat kesalahan. “Aku benar-benar keliru memilih sampah itu! Itu pasti akan menjadi poin minus bagiku dalam ujian ini. Star Company menguji sejauh mana kemampuanku untuk memilih partner yang tepat dalam sebuah tugas. Selain itu, para pembeli tidak mengunjungi truk makananku, dan itu akan menjadi masalah.”Philip mengawasi keadaan sekeliling. “Aku yakin tim pengawas terus mengawasiku sejak tadi. Aku tidak boleh melakukan kesalahan.”Phili
Rombongan mobil mulai meninggalkan gerbang, melaju cukup kencang di hutan. Ryan mengamati kepergian pasukannya di teras, melirik sekeliling sesaat. “Aku tidak melihat orang-orang bertopeng itu hari ini.”Ryan mendengkus kesal, memasuki mobil. Ia membuka jendela, menghubungi Ronny. “Kau dan yang lain harus memastikan jika semua anggota tiba dengan selamat, Ronny. Kau dan yang lain juga harus melaporkan keanehan sekecil apa pun.”“Aku mengerti, Ayah,” sahut Ronny seraya mengamati gedung yang mulai mengecil. Ia menggertakkan gigi saat melihat seorang pria bertopeng berdiri di dahan pohon. “Sial! Aku masih kesal dengan orang bertopeng yang bertarung dengan ayah. Dia sengaja mengalah sehingga ayah sangat marah.”Ronny melirik Gon yang tampak serius dengan ponselnya. “Kenapa kau sangat serius hanya karena melihat ponsel bodohmu, Gon?”“Salah satu bawahanku mengirimkan pesan jika orang-orang sialan itu sudah sepenuhnya meninggalkan berbagai kota. Bos mereka yang bernama Draco kemungkinan su
Semua kandidat tampak bersiap untuk mendengarkan arahan ujian hari ketiga. Beberapa pegawai memberikan sebuah jam tangan pada setiap kandidat. Paul dan beberapa pegawai Star Company berdiri di hadapan semua kandidat, tersenyum. “Selamat pagi, Nona-nona dan Tuan-tuan. Aku sangat senang melihat kalian hari ini. Kalian tampil dengan sangat semangat. Kalian membuktikan jika kalian adalah orang-orang yang layar menjadi kandidat CEO Star Company.”“Aku yakin kalian sudah menyadari tujuan dari dua ujian yang sudah kalian lalui.” Paul tersenyum. “Ujian ketiga akan sangat berbeda dibandingkan dengan ujian pertama dan kedua.”Paul bertepuk tangan. Rombongan truk seketika memasuki gerbang, berbaris rapi di belakang semua kandidat. Philip, Lily, Randy, dan kandidat lain sontak terkejut, mulai menerka-nerka. Tak lama setelahnya lima puluh orang berseragam turun dari mobil, berbaris di samping kendaraan. Philip tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Apa yang sebenarnya Tuan Paul rencanakan? A
Malam semakin larut, dan suasana pusat kota semakin ramai dengan para berandal yang bermunculan di beberapa titik. Di beberapa gang, beberapa pria tengah menghajar para berandal hingga tumbang di tanah. Sebagian berandal melarikan diri hingga beberapa kali nyaris tertabrak mobil. Kerusuhan terjadi di beberapa titik pusat kota. Beberapa pria terus mendatangi kerumunan berandal, bertanya soal keberadaan para pemimpin pasukan berandal yang menghilang beberapa hari lalu. Jika tidak mampu menjawab, mereka berakhir menjadi samsak dan harus tidur di dinginnya malam dan jalan yang becek. Sonny, Ling, Lung, dan Lex bersembunyi di sebuah gudang. Beberapa bungkuk roti terlihat berserakan di lantai. Mereka terbaring di atas kotak kayu dan tumpukan jerami, larut dalam lamunan masing-masing. Kehidupan mereka berubah drastis setelah kemunculan kelompok itu. Sonny beranjak dari kursi, mendekati jendela, mengamati keadaan luar yang remang-remang. Ia bergegas sembunyi saat beberapa berandal berlaria
Arnold masih sibuk memeriksa beberapa dokumen. Ia menoleh ke arah pintu saat seseorang berbicara. “Masuklah.”Seorang pria memasuki ruangan, membungkuk singkat. “Aku datang sesuai dengan perintah Anda, Tuan.”Arnold mengembus napas panjang, merapikan beberapa dokumen. “Aku ingin mendengar kabar baik sekarang.”“Aku sungguh minta maaf karena aku justru membawa kabar buruk, Tuan. Aku masih belum bisa membujuk Tuan Sean agar mau menjadi bawahan Anda. Dia justru menamparku dan memberi teguran yang sangat keras padaku.”Arnold mendengkus kesal, menggebrak meja, berdiri dari kursi. “Aku tampaknya harus berbicara langsung padanya. Sayangnya, aku masih cukup sibuk sekarang.”Arnold tersenyum bengis. “Dasar sampah sialan! Hanya karena ayahku sedikit memanjakannya, dia bertingkah seolah bisa melakukan apa pun, padahal aku adalah penerus ayah. Jika dia tidak mau menjadi bawahanku dalam waktu dekat, dia akan menjadi orang pertama yang akan aku habisi.”Arnold berjalan menuju jendela, mengamati pe
Paul menekan sebuah tombol. Layar menampilkan nama-nama kandidat yang bergerak secara acak. Sebuah angka berukuran besar seketika tampil di tengah layar. “Nilai minimum untuk ujian tahap kedua adalah sembilan ratus. Kandidat yang memiliki nilai kurang dari sembilan ratus otomatis gagal.”Nama-nama kandidat terus bergerak acak sampai akhirnya tertulis berurutan sesuai nilai masing-masing. Philip, Lily, Randy, dan para kandidat lain menatap layar tidak berkedip selama beberapa waktu.Philip tersenyum saat ia berada di urutan pertama. Lily berada di posisi kedua dengan selisih poin yang sangat tipis dengan Philip, sedangkan Randy berada di posisi keempat.Semua kandidat seketika menoleh pada Althon. Pria itu mendapatkan nilai sembilan ratus tiga puluh dua, dan berada di posisi terakhir, selisih satu poin dengan seorang pria.“Sial! Si idiot itu kembali lolos ke tahap selanjutnya. Meski dia berada di posisi terakhir, tetapi nilainya hampir menyamai salah satu peserta.” Philip mengepalkan
Althon mengamati penampilan setiap kandidat di ruangannya. “Mereka masih menampilkan penampilan yang luar biasa. Mereka sangat tenang meski berada di bawah tekanan. Ya, mereka pasti sudah terbiasa dengan keadaan itu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, menonton penampilan seluruh kandidat hingga selesai. “Aku harus kembali menyamar.”Althon memberi tanda pada Paul.Paul membungkuk, berbicara dengan seluruh kandidat melalui layar. “Nona-nona dan tuan-tuan, semua kandidat harus kembali ke ruangan untuk beristirahat. Tes berikutnya akan diselenggarakan setelah makan siang. Terima kasih.”Satu per satu kandidat kembali ke ruangan. Mereka berbincang-bincang mengenai tes kedua. Para pelayan mulai berdatangan sembari makanan dan minuman.Lily mengembus napas panjang, mengambil segelas minuman. “Aku melakukan yang terbaik hingga sejauh ini. Tes kedua juga tidak sesulit yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku merasa kedua tes ini bukan tes sungguhan.”“Kau sungguh berpikir demikian, Lily?” tany
“Kalian memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan diri kalian,” ujar Paul.Paul dan beberapa pegawai meninggalkan ruangan. Para kandidat tampak bersiaps-siap. Mereka mulai menduga-duga tugas apa yang harus mereka selesaikan.Althon mengemati semua kandidat melalui layar hologram di saat ia berpura-pura mempersiapkan diri. “Mereka langsung mempersiapkan diri tak lama setelah kepergian Paul dan para pegawai Star Company. Aku harus memuji sikap mereka. Randy juga terlihat fokus pada persiapannya. Dia seolah menjadi sosok yang berbeda.”Philip melirik Althon, tersenyum sinis. “Aku benci saat melihatnya sangat serius. Sekeras apa pun dia mencoba, dia tidak akan bisa mengubah apa pun. Dia akan tetap tersingkir di ujian kedua. Aku yakin itu.”Setengah jam kemudian, Paul dan para pegawai memasuki ruangan kembali. Semua kandidat kembali bersiap, berdiri di kursi masing-masing.“Semua kandidat akan memasuki ruangan berbeda dalam waktu bersamaan. Kalian harus bisa melalui ujian ini dengan
Philip membungkuk hormat, tersenyum. “Aku terkejut karena kau berkunjung, Ayah. Aku minta maaf karena aku tidak menyambutmu saat kau datang.”“Aku sudah mendengar kabar jika kau lolos seleksi pertama posisi CEO Star Company dan mendapatkan nilai terbaik dari seluruh peserta. Akan tetapi, kau tidak boleh terlalu bangga dengan pencapaian itu, Philip. Poinmu hanya berbeda lima poin dari Lily Donteno. Aku tidak ingin kau lengah hingga posisi tergeser.”Pedro berdiri dari kursi, menarik dagu Philip. “Di antara putra-putraku yang lain, kau adalah putraku yang paling lemah. Saat kakak pertamamu seusiamu, dia sudah mendapatkan posisi yang luar biasa. Jika kau tidak meniru kakak-kakakmu, setidaknya kau tidak boleh membuatku malu.”Philip merasakan dadanya sangat sesak. Ayahnya selalu saja membanding-bandingkannya dengan kakak-kakaknya yang lain tanpa pernah memberikan apresiasi apa pun padanya atas semua keberhasilannya. Ia akan mendapatkan hukuman jika gagal, dan tidak akan pernah dianggap ad