Beranda / Pendekar / Kembalinya Kesatria Shengcun / 1. Kematian Tuan Guang

Share

Kembalinya Kesatria Shengcun
Kembalinya Kesatria Shengcun
Penulis: CahyaGumilar79

1. Kematian Tuan Guang

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 19:22:08

“Feng Guang!” teriak seorang pria dengan wajah berlumuran darah, ia berjalan terhuyung-huyung menghampiri seorang bocah laki-laki yang sedang duduk di beranda rumah. 

Melihat pemandangan seperti itu, Feng Guang tampak kaget sekali. “Paman!” Feng Guang langsung menyambut pamannya yang hampir jatuh.

“Panggil ayahmu, cepat!”

Feng Guang langsung berlari ke belakang rumah hendak memanggil ayahnya yang saat itu sedang memperbaiki kandang ternak. Tidak lama kemudian, bocah laki-laki itu sudah kembali ke beranda rumah bersama sang ayah.

“Bertahanlah! Aku akan mengobati lukamu,” kata Tuan Guang menyangga tubuh adiknya yang sudah lemah tak berdaya.

“Tidak perlu! Sekarang, dengarkan aku.” Sang Paman berusaha berbicara sambil menahan rasa sakitnya. “S-semua orang, termasuk anak dan istriku telah terbunuh. Kalian harus pergi dari desa ini.”

“Siapa yang melakukannya?” tanya Tuan Guang.

“Para pendekar Sekte Iblis Merah,” jawabnya dengan suara parau, “Cepat, kalian pergi! Sebentar lagi mereka pasti ke sini.”

Setelah menjawab pertanyaan sang kakak, dari mulut dan hidungnya keluar darah segar yang mengalir begitu deras. Ia mengerang kesakitan dan langsung mengembuskan napas terakhir dalam pangkuan kakaknya.

“Adikku ...!” Tuan Guang berteriak keras sambil mendekap erat tubuh sang adik yang sudah tak bernyawa.

Feng Guang pun ikut menangis melihat pamannya yang sudah tak bernyawa. Lantas, ayahnya meminta agar dirinya bersembunyi. Namun, Feng Guang menolaknya.

“Feng Guang, turuti perintah Ayah!” bentak Tuan Guang, “Pegang ini dan sembunyilah! Ayah akan menghadapi mereka dan mengalihkan perhatiannya,” sambungnya sembari memberikan sebuah benda dari saku jubahnya.

“T-tapi, Ayah….”

Tanpa banyak bicara lagi, pria paruh baya itu langsung meraih tangan putranya, kemudian mengangkat tubuh Feng Guang dan langsung membawanya ke sebuah tempat yang ada di samping kediamannya.

“Bersembunyilah di sini! Apa pun yang terjadi, kau jangan menghiraukan Ayah!” pinta Tuan Guang. “Kau harus pergi setelah aba-aba!”

Feng Guang mengangguk pelan, ia mematuhi perintah ayahnya. Sambil terisak, Feng Guang memeluk erat tubuh ayahnya.

“Bagaimana pun, kau harus hidup. Hanya kau satu-satunya harapan Ayah.” Tuan Guang melepas pelukan putranya dan langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.

Dari tempat persembunyiannya, ada sebuah celah di mana Feng Guang bisa melihat dan mengamati ayahnya yang kembali memasuki rumah.

Pertama, ayahnya itu menghampiri jasad adiknya dan terlihat seperti memberikan sentuhan dan pesan terakhir yang tak bisa didengar Feng Guang.

Tak beberapa lama, datanglah sekelompok orang yang Feng Guang yakini sebagai pendekar dari Sekte Iblis Merah yang tadi diceritakan pamannya. Tampang mereka sangar, berpostur tinggi besar dan masing-masing memanggul pedang sebagai identitas bahwa mereka adalah orang-orang yang lekat dengan kekerasan.

“Apa yang kalian inginkan dari kami? Kenapa kalian tega merenggut nyawa orang-orang yang tidak bersalah?”

Di tempat persembunyiannya, Feng Guang menegang. Terlebih saat melihat ayahnya berdiri dan menghadapi para pendekar Sekte Iblis Merah seorang diri.

Pria bertubuh kekar yang berdiri di hadapan Tuan Guang tertawa lepas mendengar pertanyaan tersebut, ia maju dua langkah sambil mengayun-ayunkan pedang dalam genggaman tangannya.

Pria tersebut adalah pemimpin kelompok Sekte Iblis Merah yang sudah membunuh sebagian penduduk desa Shengcun termasuk adik Tuan Guang serta anak istrinya.

“Jika kau ingin tetap hidup, maka katakanlah di mana tetua desa?”

“Tetua desa sudah tiada. Apa kalian tidak mengetahui kematiannya?” jawab Tuan Guang jujur.

Tetua desa mereka memang telah tewas beberapa bulan lalu. Sebagai pengganti tetua desa, Tuan Guang jelas tahu apa yang mereka cari. Namun, tentu saja ia tidak akan mungkin menyerahkannya begitu saja. Benda itu begitu penting, hingga tidak boleh jatuh ke tangan yang salah.

“Bedebah! Apa kau pikir aku akan percaya kalau dia tewas semudah itu?” bentaknya tidak puas dengan jawaban Tuan Guang. “Kau ingin bernasib sama dengan yang lain?!”

Tuan Guang terlihat tidak gentar, sebab ia telah mengatakannya dengan jujur. “Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Jika kau tidak percaya, terserah kau!”

“Bunuh dia! Tidak berguna!” Kemudian, dengan gerakan tangannya, pria itu memerintahkan anak buahnya agar mengeksekusi Tuan Guang.

‘Tidak, Ayah!’ Jantung Feng Guang serasa berhenti berdetak saat melihat ayahnya diserang oleh pendekar Sekte Iblis Merah. Ia begitu cemas dan khawatir.

Tuan Guang memang memiliki kemampuan yang mumpuni. Hanya saja, Feng Guang khawatir jika ayahnya akan terluka sebab sang lawan menyerangnya secara bersamaan.

Beberapa pendekar terluka oleh serangan Tuan Guang, meski pria itu pun juga mendapatkan luka yang tidak kalah serius.

Di saat itulah, pemimpin kelompok Sekte Iblis Merah memajukan langkahnya. “Mundurlah kalian! Biarkan aku yang membunuh orang ini!” serunya.

Dengan gerakan yang sangat cepat, ia langsung melompat ke arah Tuan Guang. Pemimpin musuh itu secara membabi buta menyerang Tuan Guang dengan pedang, juga gerakannya yang terukur.

Tuan Guang yang melakukan perlawanan tanpa senjata itu semula bisa menghindar dari serangan tersebut. Namun naas, serangan berikutnya yang dilakukan oleh pria tersebut tak dapat dihindari lagi.

Dua kali sabetan pedangnya mengenai tangan dan perut Tuan Guang. Bukan hanya itu saja, tendangan bertubi-tubi hinggap di perut pria paruh baya itu, hingga menyebabkan Tuan Guang jatuh tersungkur.

Tuan Guang benar-benar sudah tak berdaya, tenaganya sudah terkuras dan sudah tak mampu bangkit lagi.

“Inilah hari kematianmu!” ujar Pimpinan Sekte Iblis Merah, bersiap melancarkan serangan terakhirnya.

‘Ayah!!’

Feng Guang menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangan. Jiwanya benar-benar terguncang saat melihat pedang tersebut menembus dada sang ayah.

Bocah itu berdiri dengan tubuh bergetar, bersiap ingin menghampiri ayahnya. Namun, belum sampai ia melangkah keluar dari persembunyian, ia melihat sang ayah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Mulut Tuan Guang yang dipenuhi darah itu terlihat membuka.

‘L-lari.’ Dan setelahnya, mata pria itu menutup.

Feng Guang yang terus berderai air mata usai tahu ayahnya telah tewas di tangan Sekte Iblis Merah itu kemudian kembali mengingat harapan sang ayah. Hanya ia, satu-satunya harapan sang ayah untuk membalaskan dendam.

Maka, meski hatinya sesak dan murka pada perbuatan sekte itu, ia tidak ingin gegabah.

‘Tidak. Aku tidak boleh mati di sini!’ Setelahnya, bocah itu—dengan menggenggam gulungan yang tadi diberikan oleh ayahnya, pun lari begitu kencang.

Sayang, pemimpin sekte itu rupanya melihat siluet dan pergerakan Feng Guang. Maka, dengan wajah kejam, pria itu kemudian menyerukan perintah untuk para prajuritnya. “Bakar rumah ini, dan cari bocah itu sampai ketemu! Jangan biarkan ada yang tersisa.”

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Asep Wahyudi
mtp lnjut.cerita.a bagus.keren
goodnovel comment avatar
Sute Cute
novel yang sangat ditunggu-tunggu, sehat selalu Bang. Salam Pendekar Lover
goodnovel comment avatar
Sita Mara
lanjut Bang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    2. Didatangi Perampok

    “Sial! Ke mana dia?”Tahu dirinya dikejar oleh prajurit Sekte Iblis Merah, Feng Guang pun kembali bersembunyi. Ia melompat dari tebing menuju ke pinggiran sungai dan bersembunyi di balik pepohonan rimbun dengan kaki yang luka akibat terkena batu ketika melompat tadi.Ia terus bersembunyi di sana, menahan sakit, hingga tidak lagi mendengar suara dan juga langkah para pendekar Sekte Iblis Merah yang mengejarnya.Saat dirasa telah aman, Feng Guang pun keluar dari persembunyiannya. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan terpincang-pincang meninggalkan desa.Setelah berada di ujung desa, Feng Guang menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak. Dengan penuh kehati-hatian, ia membuka gulungan yang diberikan ayahnya.“Sepertinya ini adalah sebuah petunjuk.” Feng Guang mengamati goresan tinta merah berbentuk peta di dalam gulungan tersebut. Kemudian, ia membaca tulisan yang ada di bawah gambar peta.“Kitab kuno Yongshì?” gumam Feng Guang, “aku pernah mendengar tentang kitab ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    3. Bertemu dengan Siluman Naga

    Sesaat kemudian, Feng Guang baru sadar, ternyata ia sudah berada di tengah hutan yang rimbun dengan pepohonan. Tidak terlihat lagi rumah-rumah penduduk, tetapi Feng Guang masih dapat melihat sekitaran tempat tersebut, karena sinar bulan masih mampu menerobos dedaunan lebat di antara pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.”Jangan-jangan, mereka tadi adalah para siluman penghuni hutan ini?” desis Feng Guang, ”mungkin di hutan inilah aku akan bertemu dengan ayah dan ibuku. Mereka akan menjemputku di sini,” kata Feng Guang penuh keputusasaan.Feng Guang menghela napas dalam-dalam, lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan kosong.Di hutan yang sepi dan sunyi seperti itu, tidak mungkin ada seorang pun yang berani berlama-lama, karena hutan tersebut merupakan sebuah tempat yang sangat menyeramkan.Feng Guang merenung sejenak, ia mulai putus asa. Dirinya berpikir sudah tidak ada harapan lagi untuk bertahan di tengah rimba yang menyeramkan itu.Saat Feng Guang merenung, tiba-tiba terdeng

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    4. Feng Guang Tiba di Gua Cui

    Feng Guang mengangguk pelan, lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba saja, tubuhnya terasa hampa. Seakan-akan kakinya terangkat dengan sendirinya, Feng Guang merasakan sensasi yang luar biasa, seakan-akan dirinya tengah melayang-layang di udara.Detik berikutnya, kaki Feng Guang sudah kembali berpijak. Tetapi matanya masih tertutup, ia tidak berani membuka mata sebelum ada perintah dari Lui Shan.”Sekarang bukalah matamu!” pinta Lui Shan.Dengan demikian, Feng Guang langsung membuka matanya secara perlahan. Dalam pandangan matanya, tiba-tiba muncul sinar terang pada bongkahan batu besar yang ada di hadapannya.Feng Guang tampak terkejut sekali, ia terus mengamati sinar itu. Namun sinar tersebut cepat berlalu—melesat jauh ke atas.”Sekarang sebutkan keinginanmu!”Feng Guang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, ”Aku ingin mempunyai kepandaian ilmu silat yang tidak ada tandingannya agar bisa membantu pihak yang lemah!” Feng Guang menjura hormat.”Cita-citamu sungguh mulia, aku pasti akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    5. Lui Shan Membimbing Feng Guang

    Feng Guang tidak berkata apa-apa, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai isyarat bahwa dirinya setuju dengan ajakan orang tua tersebut. ”Jurus pertama yang harus kau perhatikan adalah jurus Hui Hang, jurus tenaga dalam penghancur batu,” kata Lui Shan. Jenggotnya yang putih panjang tampak bergerak-gerak, kedua tangannya sudah berisi kekuatan tenaga dalam Hui dan Hang. Selanjutnya, ia langsung melakukan serangan terhadap batu besar yang ada di samping Feng Guang. Meskipun masih belum berpengalaman di dunia persilatan, tetapi Feng Guang paham bahwa angin yang menyambar keluar dari serangan tangan Lui Shan pasti sangat berbahaya, maka ia buru-buru menyingkir ke samping. Feng Guang terus memperhatikan setiap gerakan yang peragakan oleh Lui Shan. ”Walaupun sudah tua, tapi tenaganya masih cukup kuat. Kedua tangannya memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat besar,” gumam Feng Guang terus mengamati pergerakan Lui Shan yang baru saja menghancurkan sebongkah batu besar yang ada di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    6. Kembali ke Desa Shengcun

    “Itu adalah tugas pertamamu.” Lui Shan berujar dengan tenang. Sementara itu, Feng Guang masih mengamati benda dalam genggamannya tanpa berani membuka. "Surat itu harus kau serahkan kepada seorang pendekar yang bernama Yu Zui.”“Yu Zui?”“Hem. Yu Zui adalah pendekar yang memiliki hubungan baik dengan Le Tu Hua dan orang-orang yang sudah menghancurkan desamu.”Duar!!Seperti tersambar petir, eskpresi Feng Guang lantas berubah keras. Nampak di wajahnya sekarang aura kemarahan yang begitu membara.Jika Yu Zui adalah orang yang sama dengan orang yang telah menghancurkan desanya ... maka sudah sepantasnya Feng Guang membalas dendamnya pada pendekar tersebut.“Aku pasti akan melaksanakan tugas ini dengan baik!”“Kau harus berhati-hati ketika menghadapinya. Fokuskan dirimu, temukan kelemahannya.” Sejenak, Lui Shan memandang wajah Feng Guang. “ Selain itu, jagalah Mustika Naga yang aku berikan kepadamu.”“Tentu, Kek!” jawab Feng Guang.Ia paham, jika Mustika Naga itu adalah benda berharga yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    7. Diserang Orang tak Dikenal

    Tidak sampai di situ, Feng Guang juga menemukan keanehan lain saat ia berkeliling ke sudut desa yang lain. Pakaian, jubah-jubah yang dikenakan warga mengingatkannya pada peristiwa masa lalu. “Baju mereka ... kenapa mirip dengan orang-orang dari Sekte Iblis Merah?” kata Feng Guang bergumam. Kemudian, ia terkejut sendiri dengan pemikirannya. Kalau saja benar, maka bukan tidak mungkin jika sekte itu telah membangun ulang desa Shengcun menjadi tempat tinggal mereka. Ada perasaan jemawa untuk sesaat. Sebab, jika hal itu benar terjadi ... maka hal itu bisa memudahkannya. Jika seluruh orang Sekte Iblis Merah telah menetap di desa ini, Feng Guang tidak perlu mencari-cari dalang peristiwa penyerangan di masa lalu. Hanya saja, kening pria itu kembali mengerut dalam setelahnya. ‘Tidak. Mereka pasti memiliki maksud lain! Aku tidak boleh gegabah!’ Rasa penasaran Feng Guang membawa ia terus mengitari desa. Anehnya, seluruh warga yang ditemuinya terlihat begitu ketakutan dan seolah menghindar

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    8. Pertempuran Pertama

    Di dalam rumah makan, gadis cantik yang terus memperhatikan Feng Guang tiba-tiba tertawa lepas. Feng Guang pun tampak heran melihat sikap gadis berparas cantik yang duduk tidak jauh darinya. “Kau kenapa? Apakah ada yang lucu dalam penampilanku?” “Tidak! Aku hanya mentertawakan tiga orang tadi,” jawab gadis itu sambil tersenyum-senyum. Kening Feng Guang mengerut. “Memangnya kenapa dengan mereka?” “Mereka takut padamu.” Merasa informasi itu bukanlah hal baru—sebab semua orang di sini memang terlihat takut padanya, Feng Guang pun memutuskan untuk bersikap tak acuh lagi. Ia menghabiskan makanan, lalu bergegas meninggalkan tempat makan usai membayarnya. Ketika Feng Guang baru mencapai pintu, gadis tadi tiba-tiba kembali berteriak. “Tunggu!” Feng Guang menghentikan langkahnya, si gadis kembali berbicara, “Aku hanya ingin mengingatkan bahwa ketiga pendekar tadi memiliki niat jahat terhadapmu.” Feng Guang merasa aneh, sebab di antara yang lain, hanya gadis itulah yang justr

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Kembalinya Kesatria Shengcun    9. Akhir Perseteruan di Bukit Socay

    Feng Guang belum sempat 'bernapas' saat serangan berikutnya datang. Salah seorang pendekar menyabetkan pedang ke arah Feng Guang dan berteriak, "Matilah kau!" Feng Guang mengelak, ia menghindari serangan itu dengan tepat. Kemudian mundur beberapa langkah sambil mempertahankan tatapan ganas pada wajah pendekar itu. "Lawan aku pengecut!" teriak pendekar itu, kesal karena gagal menyarangkan pedangnya di leher Feng Guang. Sementara itu, dua orang pendekar dan dua biksu yang tadi menyerang Feng Guang hanya diam saja ketika melihat Feng Guang tengah berhadapan dengan kawan mereka. “Kau telah melakukan tindakan jahat terhadap para pengurus Vihara Sian Ji. Tidak mungkin kubiarkan orang jahat sepertimu bebas berkeliaran di wilayah ini!" Setelah berkata demikian, pendekar itu langsung melakukan serangan terhadap Feng Guang. Ia menghentakkan kaki dan meluncur deras memburu Feng Guang dengan sebilah pedang. Dalam kondisi yang semakin genting, Feng Guang berusaha menghindari serangan-serang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10

Bab terbaru

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    104. Feng Guang Kembali ke Desa Shengcun (Bab Terakhir)

    Para pendekar itu kembali mengerahkan kekuatan mereka dan kembali melakukan serangan secara brutal terhadap Feng Guang. Namun, Feng Guang dengan gerakan yang sangat cepat langsung menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya.Setelah dapat menghindari setiap serangan yang mengancam dirinya, Feng Guang langsung membalasnya dengan serangan yang lebih ganas dari serangan lawan-lawannya.Demikianlah, pertarungan itu pun terus berlanjut dan menjadi semakin sengit saja. Dari kedua belah pihak terus melakukan serangan-serangan yang sangat berbahaya. Terlebih lagi, serangan-serangan yang dilakukan oleh Yao Ming dan para pendekar lainnya. Mereka benar-benar berambisi untuk membinasakan Feng Guang pada saat itu juga.Mereka menutup mata dan telinga, seolah tak peduli dengan penjelasan Feng Guang. Para pendekar itu yakin bahwa Feng Guang adalah pelaku utama yang sudah membantai para pendekar Sekte Tian Cu."Tak ada pilihan lagi, selain melumpuhkan mereka satu persatu untuk meny

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    103. Feng Guang Dikeroyok Para Pendekar Tangguh

    Namun, dua orang pendekar berjubah hijau itu tidak mengindahkan pertanyaan Feng Guang. Mereka hanya tertawa dan terus melakukan serangan terhadap Feng Guang."Kurang ajar!" geram Feng Guang langsung melakukan perlawanan sengit.Saat dirinya terdesak, Feng Guang menghentakkan kakinya, kemudian meluncur ke udara. Saat dalam posisi mengambang di udara, maka Feng Guang segera mengerahkan jurus tenaga dalamnya."Sebenarnya aku tidak tega jika harus melukai kalian. Tetapi, anggap saja ini adalah sebuah pelajaran yang harus kalian terima," kata Feng Guang masih dalam posisi terbang di atas para pendekar itu.Tanpa terduga, gelombang panas tiba-tiba muncul dari kedua telapak tangan Feng Guang. Kemudian gelombang panas itu meluncur ke arah dua pendekar berjubah hijau itu, serangan yang sangat dahsyat dan sulit dihindari, sehingga dua orang pendekar itu langsung jatuh bergelimpangan. Mereka benar-benar terkejut dan tak dapat mengantisipasi serangan tersebut.qFeng Guang hanya tersenyum dan lang

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    102. Pertrungan di Gurun Pasir Tio Sun wa

    Yao Ming tertawa dingin, lalu menjawab, "Kau memang pandai berbohong, sehingga rakyat negri ini sangat percaya dengan kebohonganmu, karena mereka bodoh. Sebenarnya kau adalah penjahat yang berlindung di bawah kekuasaan Raja Hao Xiong Han yang dianggap sebagai pahlawan karena sudah berhasil merebut kembali pemerintah kerajaan Tionggon dari tangan Perdana Menteri Tuo Hang. Tapi di mata kami, kau tetap seorang penjahat. Kami tahu kebusukanmu!""Kau telah menuduhku melakukan perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Feng Guang membentak dengan penuh kegusaran. "Seharusnya kau percaya bahwa aku ini tidak pernah terlibat dalam kasus kematian para pendekar Sekte Tian Cu. Ini fitnah dan aku tidak terima atas tuduhan ini!"Yao Ming dan kedua anak buahnya tertawa lepas mendengar perkataan Feng Guang. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang Feng Guang katakan."Jangan berkelit lagi, Feng Guang. Percuma saja, kami memiliki bukti yang kuat!" kata Yao Ming. "Malam ini kau harus mempertangg

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    101. Feng Guang Dituduh Telah Melakukan Pembantaian

    Setelah berada di luar penginapan, Feng Guang tampak terkejut sekali ketika melihat sebuah tulisan di dinding luar kamar tempatnya menginap. Tulisan tersebut merupakan sebuah tantangan dari seseorang yang tak dikenal yang meminta Feng Guang agar datang ke sebuah tempat."Gurun pasir Tio Sun," gumam Feng Guang setelah membaca tulisan tersebut.Entah siapa orang yang sudah menulis pesan tersebut, karena dalam tulisan itu tidak tertulis nama sang penulisnya.Feng Guang tampak bingung sekali. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Bagaimana mungkin ada seorang pendekar yang menantangku untuk bertarung, padahal tak ada orang yang mengetahui kalau aku menginap di sini. Bahkan para biksu yang baru melakukan pertemuan denganku tidak ada satu pun yang tahu?"Feng Guang termenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Apakah ia harus menerima tantangan tersebut atau mengabaikannya?Setelah itu, Feng Guang langsung bersiap untuk berangkat ke gurun pasir Tio Sun. Ia tampak penasaran

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    100. Era Baru

    Dengan demikian, Feng Guang sudah mulai kehilangan kesabaran dan langsung mengerahkan jurus andalannya.Perdana Menteri Tuo Hang, saat itu masih dapat melakukan perlawanan meskipun dirinya sudah mengalami luka yang sangat parah. Namun, perlawanannya tidak berarti apa-apa, karena Feng Guang lebih unggul segalanya.Hanya dengan dua kali sabetan pedangnya, Feng Guang sukses menjatuhkan pria bertubuh kekar itu, sehingga Perdana Menteri Tuo Hang tewas dengan luka yang sangat parah di bagian leher dan perutnya.Sementara itu, pasukan Hu Yui Se sudah sepenuhnya menguasai pertempuran. Bahkan mereka sudah berhasil menangkap para prajurit kerajaan dan menewaskan Panglima Hui Su sebagai orang nomor satu di angkatan perang pasukan kerajaan Tionggon yang diperintah oleh Perdana Menteri Tuo Hang.Berkat keyakinan dan kegigihan para prajurit Hu Yui Se, akhirnya mereka mampu merebut istana yang sudah lama dikuasai oleh pasukan kerajaan yang pro terhadap Perdana Menteri Tuo Hang."Ini adalah sebuah ke

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    99. Pertrungan Feng Guang dengan Perdana Menteri Tuo Hang

    Dengan demikian, pertempuran besar pun kembali terjadi. Pasukan kerajaan melakukan perlawanan sengit atas serangan yang dilancarkan oleh pasukan Hu Yui Se."Jangan biarkan mereka masuk. Kalian harus bisa mempertahankan istana ini!" seru Panglima Hui Su.Feng Guang dengan gagahnya memacu derap langkah kudanya langsung masuk ke halaman istana disusul oleh Dui Mui dan Hok Shin. Dengan senjata masing-masing, mereka langsung menebas leher semua prajurit kerajaan yang coba-coba melakukan perlawanan.Saat demikian gentingnya, Perdana Menteri Tuo Hang pun sudah bersiaga penuh. Ia bersama para pengawalnya langsung menghunus pedang masing-masing demi mempertahankan diri.Beberapa saat kemudian, beberapa orang dari pasukan Hu Yui Se berhasil menerobos pertahanan pasukan kerajaan. Mereka berhasil memasuki istana, kemudian langsung mengepung Perdana Menteri Tuo Hang dan para pengawalnya."Menyerahlah, Perdana Menteri!" seru Dui Mui."Bedebah!" geram Perdana Menteri Tuo Hang. Kemudian memberikan pe

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    98. Menyerang Istana

    Lie Huang dan semua yang ada di tempat itu mengangguk dan menjura serempak, sebagai bentuk hormat mereka terhadap Feng Guang selaku pemimpin tertinggi pasukan Hu Yui Se.Beberapa saat kemudian, tiga orang agen pengintai yang ditugaskan oleh Feng Guang sudah kembali menghadapnya. Tiga orang agen pengintai itu adalah para prajurit khusus. Mereka melaporkan tentang kondisi istana dan juga peta kekuatan lawan yang akan digempur oleh pasukan Hu Yui Se. Semua berdasarkan hasil penyelidikan yang mereka lakukan."Apakah ada tanda-tanda bahwa pasukan kerajaan mendapatkan bantuan dari pihak asing atau tidak?" tanya Feng Guang meluruskan pandangannya ke arah tiga prajurit mata-mata yang baru saja kembali."Sepertinya tidak, Panglima. Semua jalur yang menuju ke istana sudah diblokade oleh pasukan kita. Jadi, tidak mungkin ada pihak asing yang berani memasuki wilayah ibu kota," jawab salah seorang dari ketiga prajurit itu.Feng Guang tersenyum lebar, lalu bertanya lagi, "Apakah saat ini mereka sud

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    97. Pasukan Kerajaan Semakin Terdesak

    Tan Miau dan para prajurit Hu Yui Se tampak semringah mendengar perkataan Caw Kyu. Pasalnya, dengan gabungnya Caw Kyu dan kawan-kawannya, tentu akan menjadi kabar baik dan menggembirakan bagi seluruh rakyat kerajaan Tionggon."Kami sangat senang sekali mendengarnya," kata Tan Miau tersenyum lebar. "Semoga pasukan Hu Yui Se akan menjadi semakin kuat dengan kehadiran kalian," sambungnya dengan raut wajah semringah.Selanjutnya, Tan Miau langsung menyerahkan Caw Kyu dan kawan-kawannya kepada ketua regu induk pasukan Hu Yui Se yang bertugas di sepanjang perbatasan kota Yuanzi Timur. Setelah itu, Tan Miau kembali masuk ke tendanya untuk beristirahat sejenak, karena malam sudah semakin larut dan hampir mendekati pagi."Malam ini kalian istirahat saja dulu, besok barulah kalian boleh bergabung dengan para prajurit lainnya," kata salah seorang prajurit yang menjadi ketua regu induk pasukan Hu Yui Se.Caw Kyu dan kawan-kawannya menjura hormat dengan membungkukkan badan ke arah prajurit tersebu

  • Kembalinya Kesatria Shengcun    96. Seratus Prajurit Kerajaan Menyerahkan Diri

    Semua prajurit yang ada di tempat tersebut saling berpandangan, mereka sependapat dengan prajurit senior yang merupakan ketua regu di dalam kubu pasukan kerajaan. Dia adalah Caw Kyu—orang kepercayaan Panglima Hui Su. Bagaimana yang telah Caw Kyu sampaikan bahwa solusi dan jalan keluar terbaik adalah kabur dari istana. "Melarikan diri memang jalan terbaik yang harus kita lakukan, agar kita semua selamat dari serangan pasukan Hu Yui Se," desis salah seorang prajurit. "Jujur saja, aku sudah lelah berada di di istana ini," sambungnya."Apa yang kau katakan memang benar, aku pun sependapat denganmu," sahut prajurit lainnya.Semua prajurit yang ada di tempat tersebut, kini mulai berani mengungkapkan perasaan yang selama ini mereka alami. Para prajurit itu sudah tak mau lagi terlibat perang melawan pasukan Hu Yui Se.Selain takut terhadap lawan yang mereka hadapi, para prajurit itu pun berpikir bahwa perang tersebut sama dengan melawan saudara mereka sendiri. Karena di dalam kubu pasukan Hu

DMCA.com Protection Status