“Jangan begitu. Walau licik kamu tetap mau kembali padanya, ‘kan?”
Damian menatap Martha lekat-lekat. “Jangan asal bicara kamu, Martha. Semakin lama ucapanmu semakin tidak jelas.”
“Aku yang tidak jelas atau memang kamu yang bingung mau menggaet wanita yang mana? Sudahlah Damian, aku tahu kok kemarin kamu mengunjungi Glara, sayangnya kamu tidak bisa bertemu dengan mantan istri tercintamu itu.” Martha bangkit dari duduknya dan berjalan memutari tubuh Damian. “Sudah benar keputusan Glara menolakmu, lihat dia sekarang. hidupnya bahagia bersama Bhuvi belum lagi warisan yang ia terima. Sebenarnya Glara tidak perlu bekerja keras, ia hanya diam di rumah dan uang akan tetap mengalir padanya,” ujar Martha seraya berjalan menuju ke jendela di sudut ruangan.
“Martha aku sunggu mencintaimu. Tentang kemarin, memang aku menemui Glara tetapi bukan berarti aku masih mengharapkan
Wartawan menatap Glara dan Damian bergantian. “Iya, dia mantan suami saya. Kami bercerai beberapa bulan lalu karena dia menelantarkan putra saya yaitu Gama juga berselingkuh dengan salah seorang anak dari pengusaha ternama,” jelas Glara begitu tenang dan senyum tak lepas dari wajahnya.“Bagaimana bisa putra ibu ditelantarkan?”“Sebelum kami bercerai, saya bekerja di Jepang selama 18 bulan karena suami maaf mantan suami saya ini terkena phk atas kasus korupsi. Demi menghidupi putra saya, saya pergi ke Jepang dan bekerja di sana selama 18 bulan. Ketika saya kembali, ternyata mantan suami saya menceraikan saya dan tak lama saya mendengar kabar pernikahannya dengan anak pengusaha itu.”Lana bergerak maju. “Saya Lana, psikolog pribadi Gama juga Glara. Benar apa yang disampaikan oleh Bu Glara, Gama mengalami tindakan kekerasan dan penelataran sampai Gama harus menjalani terapi psikolog
Damian segera mengendarai mobilnya menuju ke alamat yang diberikan sang penelpon. Di lain tempat, Glara baru saja selesai berdiskusi dengan Bhuvi dan Darel tentang pelaporan kecelakaan Louis kemarin. Akhirnya setelah melewati beragam proses, Bhuvi berhasil mendapatkan pelaku utama dari kecelakaan yang Louis alami.“Besuk pagi, kita ke kantor polisi.” Glara mengangguk mendengar ucapan Bhuvi.“Aku juga sudah tahu siapa pelaku pembakarang gedung itu,” ujar Darel menunjukkan ponselnya.Bhuvi mengambil ponsel itu dan melihatnya bersama dengan glara. “Kita bisa laporkan ini bersamaan.”Bhuvi dan Glara bertukar pandangan dan menganggukkan kepala bersamaan. Mereka pun melanjutkan pembicaraan mengenai perkembangan perusahaan Louis juga bertukar pikiran tentang kendala yang mungkin Glara alami selama memimpin perusahaan. Nyatanya, Glara cukup baik memimpin perusahaan, hasil
“Saya ingin meminta maaf tentang kejadian beberapa bulan lalu, saya sadar kalau –““Tidak perlu dibahas. Saya sudah memaafkan jauh-jauh hari, saya justru berterima kasih. Karena anda saya bisa lepas darinya dan tahu watak asli pria itu. tidak usah terlalu dipikirkan. Bagaimana kandungan anda?” tanya Glara memotong ucapan Martha.Martha pun menatap Glara dalam-dalam, nyatanya Martha tak mendapatkan sorot kebohongan ia justru menemukan tatapan tulus dan teduh Glara. “Dari mana anda tahu saya, Hamil?”“Perutmu tidak bisa berbohong.”Martha menghela napas berat. “Saya menyesal tidak mendengarkan ucapanmu dari awal. Seharusnya aku tak tergiur dengan ucapan manisnya. Nyatanya Damian bisa berselingkuh dengan tiga wanita sekaligus. Aku benar-benar menyesal.”“Nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi. kita tidak
Damian kini termenung di dalam balik jeruji besi, sejak penangkapan Damian kehidupan Glara terasa lebih tenang dari sebelumnya. Seperti sekarang ini, ia sedang berkunjung ke makam Louis bersama dengan Bhuvi dan Gama. Glara tampak menaburkan bunga di atas pusaran makam Louis, begitu juga dengan Gama, sedangkan Bhuvi sedang menyapu dan membersihkan rumput yang meninggi.“Kakek, Glara sudah berhasil menangkap pelakunya. Kakek sudah tenang di sana?” ujar Glara pada batu nisan Louis. “Glara tidak sendiri, kakek. Ada Bhuvi dan paman Darel yang begitu baik membantu Glara. Kakek tidak perlu khawatir karena mulai sekarang Glara sudah bertekad akan menjalani hidup lebih baik lagi. Dan Glara juga berjanji akan melanjutkan semua usaha-usaha kakek sebelumnya.” Bhuvi terenyuh mendengar ucapan Glara.Ia mengusap bahu Glara dan menepuknya pelan. “Kakek! Kakek masih tidur ya?” tanya Gama dengan wajah polosnya.
Glara dan Bhuvi bertukar pandang dengan kerutan di keningnya. “Bagaimana bisa kecelakaan?”“Kami hanya mendapatkan info jika mobi yang membawa tersangka tertabrak truk dan kini tersangka sedang dirawat di rumah sakit.”“Bagaimana kondisinya?” tanya Bhuvi setelah menetralkan kagetnya.Polisi itu menatap Bhuvi bingung namun detik selanjutnya ia mengatakan jika, “kondisi tersangka cukup parah. Karena ledakan mobil itu, tersangka mengalami luka bakar di bagian wajah dan sebagian tubuhnya. saat ini dokter sedang melakukan upaya penyembuhan.”“Bhuvi bagaimana ini?”Mendengar kondisi Damian yang cukup parrah, hakim pun memutuskan untuk menunda sidang pertamanya. Peserta sidang pun dibubarkan. Bhuvi dan Glara masih tak percaya dengan informasi yang mereka dapatkan berbeda dengan Martha yang menunjukkan raut sedih dan khawatir.
Saat Bhuvi keluar dari gerbang, ia melihat segerombolan pria berpakaian serba hitam dan mengenakan penutup mata mereka membunyikan mesin motor begitu keras hingga terasa sakit di telinga. Bhuvi menatap satu persatu dan mencatat nomor polisi kendaraannya. Dengan langkah berani, Bhuvi berjalan mendekati mereka, belum sampai 10 langkah mereka melemparkan sebuah botol dan smoke bomb yang langsung menghalangi jarak pandang Bhuvi.Tak lama mereka memacu motornya menjauhi rumah Glara. Pengawal Bhuvi dengan cepat menutup pintu gerbang dan membantu Bhuvi menjauh dari lokasi. Mereka juga mengambil botol yang dilemparkan. Setelah berada di dalam rumah Glara, pengawal itu menyerahkan botol tadi pada Bhuvi. “Cari tahu siapa mereka.” pengawal pun mengangguk dan mulai membuka cctv jalanan.Sedangkan Bhuvi memilih untuk masuk dan membuka sura itu sembari berjalan. “Tinggalkan atau mati!” ujar Bhuvi membaca isi surat kaleng itu.
“Saya akan mencari info pastinya, Pak. Untuk club motor ini apakah saya perlu memberikan peringatan?” tanya Tommy pada Bhuvi yang masih mengamati foto Damian.“Tidak perlu, kamu lebih baik selidiki tentang Damian.” Tommy pun mengangguk ia lantas berpamitan untuk menjalankan tugasnya.Bhuvi dan Tommy keluar dari ruang kerja Glara, Tommy kembali menundukkan kepala kala bertemu dengan Glara yang sedang duduk di ruang tengah bersama dengan Gama. Tak lama, Bhuvi menyusulnya dari belakang. “Aku mengantar Tommy terlebih dahulu.” Glara pun mengangguk merespon ucapan Bhuvi.Di teras rumah Glara, Bhuvi menepuk bahu Tommy dan berkata, “hati-hati. Jangan sampai penyelidikan ini memakan korban lainnya.” Tommy mengangguk membungkukkan tubuhnya memberi salam pada Bhuvi.Setelah mobil jeep yang dikendarai Tommy berlalu, barulah Bhuvi berbalik badan dan menyusul Glara di ruang tengah. Glara tak bertanya apapun pada Bhuvi karena ia menjaga privasi pria itu dan Glara juga yakin jika apa yang pria itu la
“Aku yakin!” ujar Boy dengan sorot mata menatap Bhuvi yakin.“Suruh dia menemuiku.” Raut wajah Boy berubah menjadi riang, ia bahkan nyaris melompat dari posisinya.“Sekarang?” tanya Boy penuh antusias.Bhuvi mengendikkan bahunya, “terserah.”“Aku akan menjemputnya! Aku izin sebentar ya.” Bhuvi mengangguk, Boy pun bergegas keluar dari ruang kerja Glara dengan wajah riang. Entah siapa teman yang Boy maksud namun, Bhuvi akan mencoba membantu jika memang orangnya menyakinkan.Tak lama dari kepergian Boy, seseorang mengetuk pintu ruang kerja Glara. Bhuvi pun mempersilakan orang itu untuk masuk. “Permisi Pak,” sapa Tommy masuk ke dalam ruangan.“Pelakunya merupakan komplotan dari club tadi. Saya sudah menangkapnya dan menyerahkan ke kantor polisi beserta dengan bukti cctv-nya.”Bhuvi mengangguk. “bagaimana dengan Damian?”“Saya menemukan beberapa fakta Pak. Yang pertama, tentang jenjang waktu di mana kecelakaan dan proses korban dibawa. Korban pertama yang merupakan sopir mobil tahanan masu