"Kesempatan itu sudah hilang, Samy benar-benar tidak datang untuk membebaskanmu." Alma menjenguk putrinya di penjara.Tatapan Moza kosong."Seharusnya dia memegang janjinya untuk selalu melindungi mu." Alma tidak menyangka akan menjadi seperti ini jadinya.Dulu Samy pernah berjanji, tapi nyatanya sampai saat ini Moza tak pernah dinikahi."Selagi Samy percaya, bahwa aku yang menyelamatkannya dulu, dia pasti akan datang dan menyesalinya, Bu.""Kau selalu yakin dan berharap padahal kita sudah di ujung tanduk." Alma mulai frustasi."Aku ingin ibu melakukan sesuatu," kata Moza menatap ibunya dari balik kaca pembatas."Apa lagi yang bisa kulakukan Moza, kau lihat sekarang keuangan kita buruk, Samy tidak pernah lagi mentransfermu.""Maka dari itu, jika ibu mau hidup kita kembali jaya, lakukan apa yang kupinta." Moza meyakinkan ibunya dengan rencana barunya."Maaf, anda dilarang memasuki wilayah ini!" ucap security saat Alma mendatangi kantor Samy."Katakan padanya ini sangat penting, menyang
Diam-diam Samy mencuri pandang saat Veny menaruh makanan ke dalam piringnya. Sedangkan Nick menikmati momen itu.Saat hendak menuang air ke dalam gelas, Nick sengaja hendak berdiri dan membuat gelas itu tumpah beserta isinya."Astaga kau basah," ucap Veny refleks menarik beberapa lembar tisu dan menempelkannya di bagian baju Samy yang basah.Nick tersenyum melihat kedua orang tuanya dan Samy dengan gugup menangkap tangan Veny. "A-aku saja," katanya."Tidak, tanganmu pasti masih sakit, biar aku yang membersihkannya." Veny menolak permintaan Samy, namun saat bagian pinggang celana gerakannya langsung terhenti.Veny mengangkat kepalanya dan saat itu Samy juga menatapnya. Kejadian itu berlangsung cukup lama sampai mereka berdua tidak menyadari Nick beranjak diam-diam keluar dari ruangan daddynya.Di depan pintu ia tersenyum lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Tuan muda apa yang kau lakukan di sini?" Ran datang ingin bertemu Samy.SyutttNick memberi isyarat di bibirnya, Ran me
Pernyataan itu membuat ruangan seketika hening. Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik, merasa ragu namun juga takut kalau anak itu benar berkata jujur.Wanita itu mendengus, menolak untuk mempercayainya. “Hah, omong kosong! Kau pikir aku akan percaya? Mana buktinya? Anak kecil seperti kau, seharusnya belajar tidak berbohong.”Nick menatap wanita itu dengan ekspresi serius, lalu mengangkat dagunya. “Kalau Bibi tidak percaya, ayo kita pergi ke ruangan Daddy sekarang.”Wanita itu tertawa lagi, tapi ada keraguan di matanya. Sebelum dia bisa menjawab, suara tegas seorang pria memotong suasana.“Ada apa ini?”Semua kepala berbalik, dan di sana berdiri Ran dengan ekspresi tegas. Dia berjalan ke arah Nick, lalu menunduk sedikit untuk bertanya.“Tuan Muda, kenapa Anda di sini?” tanyanya dengan nada lembut.Wanita itu melongo, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “T-tuan Muda?”Ran berdiri dan menatap tajam ke arah wanita itu. “Iya, dia adalah Tuan Muda Nick Brown, putra direkt
Veny meronta, tali yang mengikat pergelangan tangannya terasa semakin menjerat kulitnya. Napasnya pendek-pendek, dadanya naik turun di tengah udara lembap dan pengap dari gudang tua itu. Bau anyir darah yang menempel di bajunya bercampur dengan bau lembap kayu yang lapuk. Matanya mencari Samy, mencari sedikit saja belas kasih, namun yang ditemuinya hanyalah tatapan dingin yang menusuk. "Samy... kumohon... lepaskan aku..." suaranya hampir tak terdengar, serak oleh keputusasaan. Namun Samy tetap berdiri kaku, tangannya mengepal, wajahnya menyiratkan kemarahan yang tak terkendali. "Aku membencimu, Veny. Kalau bukan karena dijebak... aku tak akan pernah menikahimu seumur hidupku." Kalimat itu keluar dari bibirnya dengan penuh racun. Veny tersentak, tubuhnya gemetar. Kata-kata Samy menghancurkan hatinya, lebih menyakitkan daripada luka apa pun yang mungkin ditinggalkan oleh tali di pergelangannya. Dijebak? pikirnya. Apakah dia selalu berpikir begitu? Kilas balik melintas di kepalany
Veny tengah diperiksa oleh dokter di dalam ruangan rumah sakit, di mana kondisinya terlihat cukup memprihatinkan. Lukanya yang paling serius berada di bagian mata dan dagu, dengan luka yang cukup besar dan pendarahan yang sulit dihentikan. Dokter yang memeriksanya berbicara serius kepada tim medis, menyarankan agar segera dilakukan tindakan operasi. Mereka khawatir jika tidak ditangani secepat mungkin, kerusakan di mata dan dagunya akan semakin parah dan sulit dipulihkan.Di luar ruangan, pria yang menabrak Veny berdiri gelisah, wajahnya tampak pucat dan cemas. Dia terus melirik ke arah pintu kamar tempat Veny dirawat, seolah-olah berharap melihat dokter keluar dengan berita baik. Sambil menunggu, dia berbicara melalui telepon dengan suara rendah dan terbata-bata, berusaha menyampaikan situasi yang mendesak."Aku baru saja menabrak seorang wanita. Dia sedang dalam perawatan sekarang, dan aku tidak bisa pulang malam ini," katanya, suaranya dipenuhi rasa bersalah. "Aku harus memastikan
Felix menarik napas dalam, menyadari bahwa Veny berhak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia akan menjelaskannya dengan hati-hati, seolah ingin menenangkan wanita yang masih terbaring lemah itu. “Baiklah, aku akan menjelaskan semuanya,” katanya dengan suara tenang. “Malam itu, aku sedang dalam perjalanan menuju bandara. Aku harus mengejar penerbangan untuk kembali ke Philadelphia, kotaku. Namun, ketika aku sedang menyetir, tiba-tiba kamu muncul di tengah jalan. Aku tidak sempat menghindar. Mobilku menabrakmu. Itu kecelakaan, dan aku benar-benar tidak melihatmu datang.” Felix berhenti sejenak, mencoba membaca reaksi Veny, meskipun matanya masih tertutup oleh perban. Dia melanjutkan dengan nada penuh penyesalan, “Setelah kecelakaan itu, aku segera membawamu ke rumah sakit ini. Kamu dibawa langsung ke ruang operasi karena cedera di wajahmu sangat serius. Aku merasa bersalah, dan aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan tetap di sini sampai kamu sembuh.” Veny mendengarkan
Veny kini menjalani hidup baru di Philadelphia, dengan identitas barunya sebagai Diandra. Ia tinggal di rumah Felix dan istrinya, Tania, yang sangat menyukainya. Transplantasi mata telah berhasil membuat penglihatannya kembali. Perubahan wajahnya semakin kentara karena mata yang semula berwarna abu-abu kini berganti amber, ditambah dagu yang telah lancip membuat wajah Veny terlihat lebih cantik dan semakin memikat, tatapannya pun tidak sendu lagi, kini berubah lebih berani. Sehingga mungkin orang yang dulu bersamanya tidak akan mengenalinya sebagai Veny. Felix dan Tania merawat Veny dengan penuh perhatian, bahkan hingga Veny melahirkan seorang putra. Kehadiran anaknya menjadi pelipur lara di tengah kenangan masa lalunya. Namun, setiap kali Veny menatap mata hitam pekat anaknya, bayangan Samy selalu terlintas di benaknya. Meskipun ia telah jauh dari masa lalu, kenangan tentang Samy tetap tak terhapuskan, terutama saat melihat bayangan pria itu dalam bola mata anaknya.Sambil mengg
Damian menyambut Samy dengan hangat, senyumnya lebar, lalu mengarahkan Samy untuk berhadapan langsung dengan Veny. “Ini Dokter Diandra, yang baru saja kita bicarakan,” katanya, memperkenalkan mereka dengan nada ceria. Samy menatap Veny dengan tatapan yang membuatnya merasa cemas, tetapi kemudian menyapa, “Selamat malam, Dokter Diandra.” Veny merasa sedikit lega karena Samy tidak mengenali dirinya, setidaknya untuk saat ini. Namun, Damian melanjutkan, “Samy ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting. Mungkin kalian bisa mencari tempat yang lebih tenang.” Veny menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Awalnya, ia ragu untuk berbicara dengan Samy. Ia tidak ingin terjebak dalam drama emosional yang telah lama ditinggalkannya. Namun, suasana di sekelilingnya mendadak riuh ketika seorang dokter wanita berteriak, “Wow, kamu beruntung diundang bicara oleh Samy!” Teriakan itu membuat Veny merasa tertekan. Semua orang menatapnya, dan ia merasakan tekanan untuk menjawab. Den
Pernyataan itu membuat ruangan seketika hening. Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik, merasa ragu namun juga takut kalau anak itu benar berkata jujur.Wanita itu mendengus, menolak untuk mempercayainya. “Hah, omong kosong! Kau pikir aku akan percaya? Mana buktinya? Anak kecil seperti kau, seharusnya belajar tidak berbohong.”Nick menatap wanita itu dengan ekspresi serius, lalu mengangkat dagunya. “Kalau Bibi tidak percaya, ayo kita pergi ke ruangan Daddy sekarang.”Wanita itu tertawa lagi, tapi ada keraguan di matanya. Sebelum dia bisa menjawab, suara tegas seorang pria memotong suasana.“Ada apa ini?”Semua kepala berbalik, dan di sana berdiri Ran dengan ekspresi tegas. Dia berjalan ke arah Nick, lalu menunduk sedikit untuk bertanya.“Tuan Muda, kenapa Anda di sini?” tanyanya dengan nada lembut.Wanita itu melongo, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “T-tuan Muda?”Ran berdiri dan menatap tajam ke arah wanita itu. “Iya, dia adalah Tuan Muda Nick Brown, putra direkt
Diam-diam Samy mencuri pandang saat Veny menaruh makanan ke dalam piringnya. Sedangkan Nick menikmati momen itu.Saat hendak menuang air ke dalam gelas, Nick sengaja hendak berdiri dan membuat gelas itu tumpah beserta isinya."Astaga kau basah," ucap Veny refleks menarik beberapa lembar tisu dan menempelkannya di bagian baju Samy yang basah.Nick tersenyum melihat kedua orang tuanya dan Samy dengan gugup menangkap tangan Veny. "A-aku saja," katanya."Tidak, tanganmu pasti masih sakit, biar aku yang membersihkannya." Veny menolak permintaan Samy, namun saat bagian pinggang celana gerakannya langsung terhenti.Veny mengangkat kepalanya dan saat itu Samy juga menatapnya. Kejadian itu berlangsung cukup lama sampai mereka berdua tidak menyadari Nick beranjak diam-diam keluar dari ruangan daddynya.Di depan pintu ia tersenyum lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Tuan muda apa yang kau lakukan di sini?" Ran datang ingin bertemu Samy.SyutttNick memberi isyarat di bibirnya, Ran me
"Kesempatan itu sudah hilang, Samy benar-benar tidak datang untuk membebaskanmu." Alma menjenguk putrinya di penjara.Tatapan Moza kosong."Seharusnya dia memegang janjinya untuk selalu melindungi mu." Alma tidak menyangka akan menjadi seperti ini jadinya.Dulu Samy pernah berjanji, tapi nyatanya sampai saat ini Moza tak pernah dinikahi."Selagi Samy percaya, bahwa aku yang menyelamatkannya dulu, dia pasti akan datang dan menyesalinya, Bu.""Kau selalu yakin dan berharap padahal kita sudah di ujung tanduk." Alma mulai frustasi."Aku ingin ibu melakukan sesuatu," kata Moza menatap ibunya dari balik kaca pembatas."Apa lagi yang bisa kulakukan Moza, kau lihat sekarang keuangan kita buruk, Samy tidak pernah lagi mentransfermu.""Maka dari itu, jika ibu mau hidup kita kembali jaya, lakukan apa yang kupinta." Moza meyakinkan ibunya dengan rencana barunya."Maaf, anda dilarang memasuki wilayah ini!" ucap security saat Alma mendatangi kantor Samy."Katakan padanya ini sangat penting, menyang
Malam ini Nick menemani daddynya di kamar, ia ingin daddynya tidak sendirian. Samy senang karenanya, ia merasa diperhatikan oleh anaknya, Veny tidak membatasinya dan Samy salut terhadap istrinya itu.Samy mengusap kepala Nick sebelum terlelap, ia tersenyum menatap ketampanan anak itu, hingga ia pun terlelap.Samy yang saat itu berusia sepuluh tahun baru saja pulang dari sekolah, karena ini hari ulang tahunnya ia sangat tidak sabaran untuk segera tiba di rumah."Aku duluan ya!" kata Samy pada dua temannya. Mereka mengangguk dan tersenyum.Samy dengan langkah cepatnya terus berjalan hingga dia tidak menyadari ada mobil yang sedang melaju ke arahnya. "Samy, Samy!" teriakan teman-temannya menyadarkannya, saat itulah Samy menoleh ke arah kanan dan mobil hitam melaju dengan kencang hingga membuatnya tak bisa berpikir jernih.Sampai kemudian mobil itu melaju kencang melewati jalanan, Samy merasakan tubuhnya sakit terjerembab di aspal dengan beban yang menindihnya.Samy membuka matanya dan w
Wajah Felis memerah, entah karena malu atau marah. Namun, melihat ketegasan di mata Samy, ia tahu tidak ada gunanya berdebat. "Baiklah," ujarnya akhirnya, suaranya ketus. "Aku pergi, tapi aku hanya ingin kau tahu hanya aku yang pantas untukmu."Samy tidak merespons, hanya berdiri tegak di tempatnya sampai Felis benar-benar pergi dari rumah itu.Begitu pintu tertutup, ia menghela napas berat, merasa lega tapi juga lelah. Ia menoleh ke arah tangga, berharap Veny melihat apa yang baru saja terjadi. Namun, ia tahu, untuk mengembalikan kepercayaan istrinya, butuh lebih dari sekadar mengusir Felis."Hai Tuan muda, maukah kau berkenalan denganku?" Di luar Felis menghampiri Nick."Aku tidak berkenalan dengan wanita yang mau merebut daddyku," jawab Nick, bibirnya mengerucut dan itu terlihat manis.Felis menanggapinya dengan tertawa. "Aku menyukai caramu menjaga mommymu, tapi satu hal yang perlu kau ketahui Tuan muda. Mommymu tidak menginginkan daddymu."Nick terdiam setelah Felis mengucapkan i
Jika sudah begitu, Samy bisa apa? Ia memilih diam karena tak ingin membuat Veny semakin tidak mempercayainya.Mereka tak lagi saling bicara, Veny menghabiskan waktu dengan membaca buku ataupun memainkan ponselnya, selain itu satu yang Samy syukuri bahwa istrinya itu tidak meninggalkannya di rumah sakit.Hasil pemeriksaan datang dan Samy dinyatakan baik-baik saja selain hanya cedera, oleh karena itu dokter sudah mengizinkannya pulang.Veny mengemasi barang-barang mereka dan Samy masih harus memakai kursi roda untuk sampai di rumah, namun saat di lobi rumah sakit penampakan seseorang kembali mengganggu."Samy, aku senang akhirnya kau pulang." Felis menghampiri Samy tanpa mempedulikan siapapun.Samy hanya tersenyum tipis dan itu terlihat sangat canggung.Felis mengajaknya ngobrol, membuat Veny kesal. Apa lagi saat Felis mengatakan siap mengantar Samy pulang ke rumah.Perasaan Veny tidak enak, ia pun meletakkan tas di sisi kursi roda."Sepertinya tugasku sudah selesai, aku akan kembali le
Diandra sulit terpejam, ia duduk di sisi brankar sambil menatap wajah suaminya. Suami yang belum ia terima sepenuh hati itu kini terbaring dengan beberapa luka di bagian luar.Veny merasakan penyesalan, kini ia sadar betapa ia mencintai Samy, buktinya kekhawatirannya belum sirna sampai saat ini.Hingga dini hari Veny baru terpejam, dengan kepala bersandar di sisi Samy.Hanya denting jam yang terdengar, keduanya terlelap sampai matahari menampakkan cahayanya."Selamat pagi!" Seorang perawat datang.Samy memberi isyarat agar perawat tersebut nanti saja memeriksanya. Rupanya Samy sudah bangun dan ia tidak ingin mengganggu tidur istrinya.Perawat tersebut mengerti dan segera keluar dari ruangan Samy. Tak berapa lama Diandra bangun dari tidurnya, hal pertama yang ingin ia lihat adalah wajah suaminya.Veny membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa sedikit kaku setelah semalaman bersandar di sisi tempat tidur Samy. Ketika pandangannya mulai jelas, ia terkejut mendapati Samy tengah menatapnya
Veny mengerutkan kening, matanya bergantian menatap Ran dan Nick yang terlihat bingung. "Apa maksudmu, Ran? Mana Samy? Bukankah dia seharusnya pulang malam ini?" tanyanya dengan nada khawatir.Ran menghela napas panjang, raut wajahnya menunjukkan sesuatu yang serius. "Tuan Samy mengalami kecelakaan di perjalanan, Nyonya. Dia sekarang berada di rumah sakit. Saya datang untuk menjemput Anda."Nick tertegun, matanya membesar. "Apa? Daddy kecelakaan? Bagaimana keadaannya, Paman Ran? Apa Daddy baik-baik saja?"Ran berlutut di depan Nick, mencoba menenangkan bocah itu. "Tuan muda, Daddy-mu baik-baik saja. Tapi dia membutuhkan perawatan. Jangan khawatir, kita akan segera ke sana."Veny merasa lututnya lemas, tetapi dia berusaha tetap tenang. "Baiklah, beri aku waktu sebentar. Aku akan mengambil tas dan jaket."Ran mengangguk. "Tentu, Nyonya. Saya akan menunggu di mobil bersama Nick."Veny bergegas masuk ke dalam rumah, rasa panik mulai menguasai pikirannya. Pikiran tentang makan malam yang b
Seiring dengan berjalannya waktu, Samy kini memilih untuk pasrah, semua ia serahkan pada takdir. Hanya saja dia tidak akan mencari wanita lain.Sikapnya perlahan mulai dingin meski tetap perhatian pada Nick, hanya dengan Veny ia hanya bicara seperlunya."Nick, Daddy akan pergi ke luar kota, ada yang harus Daddy selesaikan di sana." Samy menyambut Nick pulang dari sekolah.Koper telah terisi dan ia hanya ingin pamit saja."Daddy, pulanglah dengan uang yang banyak." Nick memang suka di luar nalar."Tentu, Daddy akan mencari yang banyak untuk Nick dan adik juga."Kepala Nick menoleh ke lantai dua, dia tidak mendapati mommynya."Daddy pergi ya, jaga mommy dan adik, ok!" Samy mengusap rambut Nick lembut."Daddy tidak pamit pada mommy?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Nick.Samy terdiam sesaat lalu menggeleng. "Mommy sedang istirahat, mungkin tidur di kamarnya."Dan suara itu terdengar getir."Daddy juga berhati-hati dan jangan temui Nona Felis." Kalimat itu adalah ancaman.Nick m