“Diam kamu!” Ivone memelototi Fendi dengan tajam, “Di keluarga ini justru kamu yang paling banyak buat masalah. Kamu masih berani mengatai aku?”“Cukup!” Ranti berkata dengan tidak senang, “Di saat seperti ini kalian masih saja berdebat. Semuanya diam, istirahat saja!”Malam ini, semua orang menginap di rumah Ranti. Keesokan paginya, Zendy membawa Rashel dan Ivone ke hotel.Sudah ada banyak reporter yang berkerumun di depan pintu masuk hotel bintang lima. Mereka semua menunggu dengan penuh semangat di depan pintu hotel sambil membawa perlengkapan seperti kamera dan yang lainnya.Selain reporter, beberapa kepala keluarga besar di Kota Abrha juga sudah menunggu di depan hotel. Rashel langsung melihat orang-orang dari keluarga Subekti, keluarga Limantoro dan keluarga Tanuwijaya. Mereka semua adalah investor dalam proyek ini.Kali ini ada masalah dengan proyek, pada akhirnya keluarga Rolando yang harus menanggung semuanya. Mantan mitra kerja sama bertemu di depan pintu hotel, tapi semua pu
“Semuanya tolong tenang.”Randi mengangkat tangan untuk menenangkan semua orang. Kerumunan yang berisik seketika terdiam.“Tanjaya Group memang akan berinvestasi di Kota Abrha. Untuk spesifiknya di proyek apa masih dalam pembahasan. Setelah pengerjaan awal siap, Tanjaya Group akan mengadakan konferensi pers. Mohon semuanya menunggu dengan sabar.”Setelah mengikuti Ronald begitu lama, Randi juga memiliki aura berwibawa di dalam dirinya. Begitu dia berbicara, semua orang langsung tenang. Para reporter dengan patuh menyimpan kembali mikrofon dan kamera mereka.Setelah itu, Randi menuruni tangga dan langsung berjalan ke arah Zendy dan berkata, “Permisi, apakah Bapak wakil CEO Rolando Group?”Zendy tiba-tiba merasa tersanjung, “I-iya.”“Kemarin Pak Ronald ingin bertemu dengan Bapak, tapi tidak sempat. Silakan masuk, Pak,” kata Randi dengan sopan.Setelah mendengar kata-kata Randi, orang-orang di sekitar mulai berbicara lagi.“Dengar-dengar keluarga Rolando menyinggung Tanjaya Group. Kelihat
Ronald berdiri dan berjalan perlahan mendekati Rashel. Pada saat dia berjarak satu langkah dari perempuan itu, Ronald berhenti dan sedikit membungkuk.Ronald mengenduskan hidungnya dan berkata, “Bu Rashel pakai parfum apa?”Rashel mengerutkan kening dan spontan mundur selangkah. Dia menyadari kalau Ronald menatapnya dengan tatapan aneh.Meskipun Rashel merasa pria itu tampak familiar, bukan berarti pria itu boleh bersikap sembarangan padanya.Rashel memakai sepatu hak tinggi, kakinya tiba-tiba terkilir. Pada detik berikutnya, dia merasa lengan pria yang kekar melingkar di pinggangnya.Pada saat Rashel hendak menarik diri, dia melihat Ronald mengangkat tangan lalu menjentikkan jarinya. Suara jentikan jari itu berdengung di telinga Rashel. Pikirannya tiba-tiba menjadi kosong. Setelah itu, dia pun pingsan.“Rachel, akhirnya aku menemukanmu.”Ronald menggendong tubuh Rashel yang lemas. Kemudian, dia membenamkan wajah di leher perempuan itu sambil menarik napas dalam-dalam.Perempuan ini ad
“Pak Ronald, ingatan Bu Rachel seharusnya bukan sengaja disegel oleh seseorang.” Peter berkata dengan serius, “Sepertinya Bu Rachel mengalami sesuatu di luar dugaan yang menyebabkan dia hilang ingatan. Dalam kondisi ini, beberapa sesi hipnotis akan membangkitkan kenangan ingatan masa lalunya. Tapi ....”Peter tiba-tiba berhenti bicara.Ronald mengerutkan bibir dan berkata dengan pelan, “Suasana hatinya langsung berubah ketika mengungkit orang-orang yang memiliki hubungan dengannya di masa lalu. Efek samping dari biochip sepertinya belum hilang sepenuhnya. Kalau ingatannya dipulihkan secara paksa, kemungkinan besar ....”Kemungkinan besar ... hubungan Ronald dan Rachel akan kembali ke jalan buntu empat tahun yang lalu. Ronald tidak bisa masuk, Rachel tidak bisa keluar. Pada akhirnya, keduanya berpisah.“Pak Ronald, karena Bu Rachel telah melupakan masa lalunya, biarkan saja dia melupakannya. Kalian bisa mulai semua dari awal.” Peter mengedipkan matanya dan berkata, “Dulu ada orang pinta
Ronald tahu kalau dia seharusnya tidak bersikap br*ngsek seperti ini. Namun, di dalam hatinya ada suara yang terus berkata padanya kalau perempuan ini adalah istrinya. Apa pun yang Ronald lakukan tidaklah keterlaluan.Oleh karena itu, selagi perempuan itu masih pingsan, Ronald menciumnya lagi. Satu ciuman seperti percikan api yang menyalakan padang rumput, tidak bisa dikendalikan lagi. Ronald menginginkan lebih dan lebih ....“Maaf.”Ronald melepas jasnya dan melemparkan ke arah perempuan itu. Namun, Rashel menendang jas itu ke lantai. Kemudian, dia mengancing kerah bajunya.Bibir Rashel melengkung membentuk seulas senyum sinis, “Aku benar-benar nggak menyangka CEO Tanjaya Group adalah orang seperti ini!”Aura Ronald seketika melemah, “Aku yang terlalu lancang, maaf.”Ronald yang bersikap baik saat mengakui kesalahannya membuat Rashel tidak bisa melampiaskan api amarah yang telah membuncah di hatinya.“Apakah ini masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan minta maaf?” tanya Rashel den
Begitu datang Rashel langsung pingsan. Pria itu pun menyentuhnya. Kalau Rashel tidak bangun, pria itu pasti sudah melakukan hal yang lebih jauh.“Pak Ronald memiliki selera yang sangat aneh.” Rashel berkata dengan dingin dan sinis, “Demi perempuan seperti aku, bisa-bisanya Pak Ronald membuat rencana berantai seperti ini.”“Bu Rashel berpikir terlalu jauh.” Ronald tersenyum tipis, “Hanya kamu saja nggak cukup untuk buat aku datang jauh-jauh dari Kota Suwanda. Aku hanya merasa kamu benar-benar menarik, aku jadi tertarik. Kalau Bu Rashel bersedia jadi sekretarisku, mungkin aku bisa mempertimbangkan untuk melepaskan keluarga Rolando.”Rashel mengepalkan tangannya. Dia baru saja menampar pria itu dengan keras. Sampai sekarang masih bisa melihat bekas tamparan di wajah pria itu.Berdasarkan statusnya, pria itu seharusnya membalas dendam dengan tanpa ampun. Namun, pria itu tidak melakukannya.Jadi pria itu seharusnya tertarik pada Rashel. Pria itu ingin Rashel menjadi sekretaris, sepertinya t
“Pak Ronald minta aku jadi sekretarisnya.”Usai berkata, Rashel mengatupkan bibirnya. Dia memahami makna mendalam di balik permintaan ini. Dia pun yakin Zendy juga bisa memahaminya. Rashel ingin tahu seperti apa dengan reaksi Zendi.Zendy terdiam sejenak. Matanya bertemu dengan tatapan dingin putri angkatnya. Detik itu juga, dia memahami tujuan Rashel menceritakan segalanya kepadanya. Rashel ingin melihat apakah keluarga Rolando pantas untuk dia berkorban.“Rashel, kamu adalah putri angkat kami. Kamu dan Ivone sama-sama putri keluarga Rolando. Kami nggak bisa melakukan hal seperti menjual anak perempuan demi kekayaan.” Zendy menghela napas dan berkata lagi, “Kita pulang dan diskusikan masalah ini dengan nenekmu saja. Pasti masih ada cara lain.”“Biar aku saja!” Ivone tiba-tiba berceletuk, “Aku bisa jadi sekretaris Pak Ronald.”Zendy langsung berkata dengan dingin, “Jangan ngomong sembarangan di sini!”“Aku serius, Pa!” Ivone berkata dengan penuh semangat, “Kak Rashel anak angkat keluar
Rashel tidak lagi ingin mengatakan kalau Ivone tidak punya otak. Jelas-jelas masalah ditujukan pada Rashel. Kalau dia membiarkan Ivone pergi ke sana, itu hanya akan membuat pria itu marah. Namun, itu hanya tebakan Rashel.Kebetulan Rashel bisa menggunakan Ivone untuk menguji pria itu. Selain itu, Rashel perlu mengetahui sikap semua orang di keluarga Rolando. Dia ingin tahu apakah sepadan bagi dirinya untuk melakukan semua itu demi keluarga Rolando.“Oke.” Rashel mengangguk, “Kalau begitu, besok aku bawa kamu pergi bertemu dengan Pak Ronald?”“Kita bicarakan lagi masalah ini di rumah.” Zendy yang sedang mengemudikan mobil tiba-tiba memotong pembicaraan mereka berdua. Kemudian, dia pun mempercepat laju mobilnya.Sesaat kemudian, mobil yang membawa mereka tiba di rumah keluarga Rolando. Begitu masuk ke dalam rumah, Fendi datang menyambut mereka dan berkata, “Om Zendy, jadi bagaimana? Kalian bertemu dengan Pak Ronald, nggak?”Zendy mengangguk pelan, lalu berjalan masuk dengan ekspresi mura