Fendi adalah sesosok anak orang kaya yang tidak tahu aturan. Baginya minum-minuman keras bukanlah hal yang besar. Fendi mengambil dua gelas minuman yang ada di meja, lalu langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Namun, mata Rashel tiba-tiba meruncing. Mengapa ada dua gelas minuman di meja ini? Apakah mungkin ada orang yang sebelumnya duduk di sini dan meninggalkan gelas-gelasnya, atau ada pelayan yang membawa minuman-minuman ini lebih awal?Mengapa tepat dua gelas? Rashel memandang Fendi yang pipinya memerah"Kak Rashel, kamu cantik sekali ...."Fendi tiba-tiba mendekat, nafasnya yang berbau alkohol terhembus di wajah Rashel.Semakin dekat, Fendi merasa wajah Rashel semakin cantik. Meski Fendi biasanya memang suka berpesta pora, tapi dia tidak mungkin memaksa wanita untuk melakukan “sesuatu” dengannya ...."Kak Rashel, ini, ini minumannya ada yang aneh!"Fendi dengan susah payah mengucapkan kalimat itu. Rashel sudah curiga ada yang salah dengan minuman ini. Dia mengambil ked
“Ma, kalau pesta sudah selesai, aku akan suruh Jecson antar Mama pulang.” Lidya segera berkata, “Mama masuk dan istirahat dulu. Aku akan suruh orang buatkan teh pakai teko.”Rashel yang berada di kamar spontan mengerutkan kening sambil memainkan gelas anggur di tangannya.Ada yang sengaja membawa sang nenek, Ranti, ke sini, lalu menangkap basah “perzinahan” Rashel dan Fendi. Tujuannya kalau bukan untuk merusak reputasi Rashel, berarti untuk memaksa Fendi menikahi Rashel.Namun, siapa yang merencanakan semua ini?Klik.Pintu kamar dibuka dengan pelan-pelan.“Loh, Rashel, kenapa kamu ada di sini?” Lidya bertanya dengan heran ketika melihat Rashel seorang diri di dalam ruangan, “Kamu sendirian?”Rashel menatap Lidya dan tersenyum tipis, “Kalau nggak, sama siapa lagi?”“Aku hanya ingin tahu kenapa kamu sendirian di sini.” Lidya menatap Rashel cukup lama, “Di depan ada banyak tamu. Kenapa kamu malah di sini?”Rashel berdiri dan mengambil segelas anggur, “Aku menemukan sebotol anggur enak di
Semua hal yang terjadi selama tiga tahun terakhir muncul di benak Rashel. Sania memang sangat menyayangi putri kandungnya, Ivone. Namun, dia juga tidak kalah murah hati terhadap Rashel, putri angkatnya ini.Semua yang Ivone miliki, Rashel juga memilikinya. Kamar untuk Rashel berukuran sama dengan kamar Ivone. Tata letak yang sama, dekorasi yang sama, semuanya sama ....Sania terlalu baik pada Rashel sehingga Rashel sering merasa curiga. Apakah dia benar-benar pantas mendapatkan perlakuan sebaik itu dari Sania?Kasih ibu yang diberikan Sania pula yang membuat Rashel bersedia tinggal bersama keluarga Rolando. Setidaknya untuk saat ini, dia tidak punya rencana untuk pergi. Namun, kejadian hari ini ....“Kamu nggak suka Jefri. Kalau begitu aku harus atur ulang pernikahanmu. Meskipun Fendi agak gila-gilaan, dia bukan orang jahat, kok.” Suara Sania mulai bergetar, tapi dia tetap melanjutkan perkataannya, “Kalau kamu menikah dengan Fendi, ada aku yang akan melindungi kamu. Dia nggak akan pern
Polisi tiba-tiba mendobrak masuk dan memborgol tangan Herman. Kedatangan polisi mengejutkan semua orang yang ada di sana.Herman adalah pemimpin keluarga Rolando, juga memiliki status tinggi di Kota Abrha. Lewis, polisi yang memborgol Herman berkata dengan sopan, “Pak Herman, kami hanya ingin membawa Anda ke kantor dan bekerja sama dengan kami dalam penyelidikan. Setelah penyelidikan selesai, kami akan melepaskan Anda.”“Pak Lewis, ada masalah apa kita bisa bicara baik-baik.” Ranti berjalan dengan cepat menghampiri mereka, lalu berkata, “Keluarga kami akan bekerja sama penuh dalam penyelidikan. Tidak perlu sampai dibawa ke kantor, kan?”Kalau sudah ke kantor polisi, maka Herman akan memiliki titik hitam. Jika kepala keluarga Rolando memiliki titik hitam, maka status seluruh keluarga Rolando di Kota Abrha akan turun.Lewis memelankan suaranya, “Bu Lidya, saya juga ingin begitu. Tapi ... pihak yang merasa dirugikan adalah orang besar dari Kota Suwanda. Yang di atas sudah bilang kalau mas
Pesta ulang tahun Ranti yang ke-80 tiba-tiba berakhir. Keluarga Rolando kembali ke rumah mereka. Semua orang menunggu dengan gelisah.Sekitar pukul sembilan malam, Zendy dan Jecson kembali dengan raut wajah tampak kelelahan.“Di Kota Abrha banyak keluarga besar ingin bertemu dengan orang besar itu. Semua orang pada mengantre di luar hotel.” Jecson tampak kecewa, “Jam setengah sembilan, semua orang diusir dari hotel. Bahkan walikota juga nggak bisa bertemu dengan orang itu.”Lidya tampak tidak percaya, “Sebenarnya siapa dia? Kenapa orang dari pemerintah saja pergi cari muka di depannya?”“Kota Suwanda, Tanjaya Group.” Zendy berkata perlahan, “Kamu pernah dengar tentang Tanjaya Group?”Ranti menganggukkan kepala, “Perusahaan multinasional di Kota Suwanda yang memiliki kekuatan besar. Siapa yang nggak pernah dengar nama Tanjaya Group? Tapi, Tanjaya Group hanya berinvestasi di luar negeri atau kota-kota besar. Kenapa mereka datang ke kota kecil ini?”“Laut tempat pembuangan limbah dari pro
“Diam kamu!” Ivone memelototi Fendi dengan tajam, “Di keluarga ini justru kamu yang paling banyak buat masalah. Kamu masih berani mengatai aku?”“Cukup!” Ranti berkata dengan tidak senang, “Di saat seperti ini kalian masih saja berdebat. Semuanya diam, istirahat saja!”Malam ini, semua orang menginap di rumah Ranti. Keesokan paginya, Zendy membawa Rashel dan Ivone ke hotel.Sudah ada banyak reporter yang berkerumun di depan pintu masuk hotel bintang lima. Mereka semua menunggu dengan penuh semangat di depan pintu hotel sambil membawa perlengkapan seperti kamera dan yang lainnya.Selain reporter, beberapa kepala keluarga besar di Kota Abrha juga sudah menunggu di depan hotel. Rashel langsung melihat orang-orang dari keluarga Subekti, keluarga Limantoro dan keluarga Tanuwijaya. Mereka semua adalah investor dalam proyek ini.Kali ini ada masalah dengan proyek, pada akhirnya keluarga Rolando yang harus menanggung semuanya. Mantan mitra kerja sama bertemu di depan pintu hotel, tapi semua pu
“Semuanya tolong tenang.”Randi mengangkat tangan untuk menenangkan semua orang. Kerumunan yang berisik seketika terdiam.“Tanjaya Group memang akan berinvestasi di Kota Abrha. Untuk spesifiknya di proyek apa masih dalam pembahasan. Setelah pengerjaan awal siap, Tanjaya Group akan mengadakan konferensi pers. Mohon semuanya menunggu dengan sabar.”Setelah mengikuti Ronald begitu lama, Randi juga memiliki aura berwibawa di dalam dirinya. Begitu dia berbicara, semua orang langsung tenang. Para reporter dengan patuh menyimpan kembali mikrofon dan kamera mereka.Setelah itu, Randi menuruni tangga dan langsung berjalan ke arah Zendy dan berkata, “Permisi, apakah Bapak wakil CEO Rolando Group?”Zendy tiba-tiba merasa tersanjung, “I-iya.”“Kemarin Pak Ronald ingin bertemu dengan Bapak, tapi tidak sempat. Silakan masuk, Pak,” kata Randi dengan sopan.Setelah mendengar kata-kata Randi, orang-orang di sekitar mulai berbicara lagi.“Dengar-dengar keluarga Rolando menyinggung Tanjaya Group. Kelihat
Ronald berdiri dan berjalan perlahan mendekati Rashel. Pada saat dia berjarak satu langkah dari perempuan itu, Ronald berhenti dan sedikit membungkuk.Ronald mengenduskan hidungnya dan berkata, “Bu Rashel pakai parfum apa?”Rashel mengerutkan kening dan spontan mundur selangkah. Dia menyadari kalau Ronald menatapnya dengan tatapan aneh.Meskipun Rashel merasa pria itu tampak familiar, bukan berarti pria itu boleh bersikap sembarangan padanya.Rashel memakai sepatu hak tinggi, kakinya tiba-tiba terkilir. Pada detik berikutnya, dia merasa lengan pria yang kekar melingkar di pinggangnya.Pada saat Rashel hendak menarik diri, dia melihat Ronald mengangkat tangan lalu menjentikkan jarinya. Suara jentikan jari itu berdengung di telinga Rashel. Pikirannya tiba-tiba menjadi kosong. Setelah itu, dia pun pingsan.“Rachel, akhirnya aku menemukanmu.”Ronald menggendong tubuh Rashel yang lemas. Kemudian, dia membenamkan wajah di leher perempuan itu sambil menarik napas dalam-dalam.Perempuan ini ad