Suasana di ruang rapat menjadi sangat mencekam.Ketua tim teknologi di perusahaan sudah bergabung dalam Aurora Technology sejak minggu pertama perusahaan didirikan. Hubungannya dengan Rachel selalu baik-baik saja dan sangat dekat.“Bu, di luar negeri ada hukum yang berlaku untuk chip. Seharusnya produk ini nggak akan begitu berantakan, kita juga akan mengikuti semua persyaratan yang diberlakukan.”“Diam! Jadi walaupun saya nggak setuju, kalian tetap mau mengerjakan proyek ini?”“Bu, maksud saya bukan seperti itu. Kalau dilihat dari sudut pandang hukum, saya hanya merasa kita boleh mencoba sesuatu yang berbeda.”Prang!Rachel melempar gelas kopi yang ada di meja dan melayang melewati samping telinga ketua tim teknologi hingga jatuh ke lantai dan hancur berantakan. Semua orang yang ada di ruang rapat tampak tercengang dan terkejut. Tidak ada yang menyangka Rachel akan melakukan tindakan seperti itu.Bahkan Rachel sendiri juga ikut tercengang dan tidak menyangka. Dia bukan orang yang emos
“Kak Eddy menemaniku baca, Kak Michael menemaniku gambar dan Kak Darren menemaniku latihan piano. Mama ceritain aku cerita, boleh?” jawab dan tanya Michelle.Rachel yang baru saja menegak dua butir obat merasa kepalanya sedikit berat dan ingin tidur. Mungkin karena ada efek mengantuk dari obatnya juga. Dia memaksakan seulas senyum lembut sambil berkata,“Mama tidur setengah jam dulu. Setelah makan malam, Mama ceritakan dongeng ke kalian.”Dia mengelus kepala bocah itu sebelum menaiki tangga. Setelah itu Rachel menutup pintu kamar dengan perlahan.“Mama kenapa terlihat lelah sekali. Kenapa Papa masih kasih Mama ke kantor?” gumam Michelle dengan wajah cemberut.“Mama di luar negeri setengah bulan lebih, setelah itu nggak pernah ke kantor. Di kantor ada banyak urusan yang harus Mama urus. Biarkan Mama tidur dulu, kita panggil Mama waktu jam makan malam,” ujar Eddy.Michael menunduk sambil memainkan balok kayu dengan mata menggelap. Dia tahu jelas apa yang terjadi, tetapi dia juga tidak bi
Suara berdebam dari pintu kamar membuat pikiran Rachel tersadar seketika. Apa yang sedang dia perbuat? Kenapa dia emosi lagi pada anak-anaknya?Bukankah dia sudah makan obat? Bukankah Rachel sudah melakukan terapi? Kenapa masih terjadi seperti ini?Rachel memegang kepalanya dan dengan raut menderita dia menenggelamkan kepalanya dalam selimut. Cukup lama kemudian dia baru sedikit tenang. Rache mengeluarkan laptopnya dan membuka kamera CCTV. Dia melihat keempat anaknya tengah duduk diam di sofa dan memandang keluar. Hanya terdengar suara desauan angin saja. Dia mendekatkan kamera dan melihat mata Michelle yang memerah. Terlihat jelas bahwa bocah itu baru saja menangis. Buku di atas lutut Darren juga tidak terbuka, sepertinya dia gunakan untuk menutupi emosinya saja. Sedangkan Michael dan Eddy hanya melamun saja menatap buku.Rachel lagi-lagi membuat anaknya terkejut dan ketakutan. Berbagai perasaan bersalah, tidak tenang dan semuanya bercampur aduk dalam benaknya Rachel. Sesaat kemudia
“Papa, kami mengerti,” jawab Michael. Dia berdiri dan berkata, “Mama sedikit nggak enak badan, Papa bawa Mama istirahat dulu di kamar.”Ronald mengelus kepala Michael. Putranya ini mengerti dan memahami semuanya. Karena keberadaan Michael, empat tahun yang lalu berhasil membuat Rachel menjadi begitu sempurna. Dia merangkul Rachel dan membawa perempuan itu ke lantai atas.Begitu pintu kamar tertutup, Rachel menangis di atas bahu Ronald.“Ronald, kamu juga tahu, kan? Tapi kamu terus menutupinya dari aku. Hari ini aku ada baca dokumen tentang chip dan semua korbannya nggak ada yang sembuh. Dokter juga sudah turun tangan tetapi orang-orang itu hidup menderita, aku juga bisa seperti itu?”“Rachel, jangan sembarangan bicara! Efek samping dari chip hanya emosinya lebih meledak-ledak dan mudah marah. Sebenarnya bukan masalah besar. Aku juga emosian, semua orang kantor takut denganku. Setiap aku murka, mereka seperti akan menghadapi kiamat.”Rachel terkekeh dan mengusap air matanya sambil berka
Kedatangan Ronald membuat Deddy tampak sangat terkejut. Setengah bulan yang lalu Ronald datang dan membantu Rachel agar proyek resort berjalan lancar. Kalau keduanya hendak bercerai, Ronald tidak mungkin melakukan hal itu.“Orang-orang sudah lengkap, duduklah,” ujar Deddy.Keluarga Aditya ada lima orang, ditambah dengan keluarga Tanjaya yang berjumlah enam orang. Total ada sebelas orang yang memenuhi meja makan mereka. Ronald yang berusia muda bisa menandingi aura wibawa dari sosok Deddy.Deddy menatap Ronald dan menghela napas sambil berkata, “Orang bilang pahlawan itu terlahir dari generasi muda, ternyata Pak Ronald menjadi sosok nyata dari ucapan tersebut.”“Panggil aku Ronald saja. Aku suaminya Rachel, Kakek jangan terlalu sungkan,” kata Ronald sambil merendahkan sikapnya. Sharon melebarkan matanya melihat pemandangan tersebut.Sebagai seorang CEO di Adijaya Group, Sharon kerap berinteraksi dengan Tanjaya Group. Dia pernah bertemu dengan Ronald ketika rapat internasional. Kesannya
Dari penampilan, Rachel terlihat tenang. Faktanya, dia tidak membiarkan Sharon memiliki kesempatan untuk menyerangnya. Keempat anaknya terlihat terkejut sekali. Selama ini mereka selalu bersikap hati-hati dan tidak berani membuat ibunya emosi.Karena setiap Rachel marah, perempuan itu akan terlihat menyeramkan. Akan tetapi hari ini, sikap Rachel terlihat begitu menahan diri sekali. Situasi di meja makan menjadi hening. Tiba-tiba Ronald membuka suara,“Hubungan pernikahan aku dengan Rachel nggak perlu dijelaskan pada siapa pun. Tapi karena Tante sudah tanya, aku akan sedikit berbicara. Kami berdua sangat harmonis dan nggak pernah ada orang ketiga. Kami nggak akan cerai. Kakek dan Papa boleh tenang.”Hendo mengangkat gelas minumnya dan tertawa lebar sambil berkata, “Jangan bahas masalah yang nggak menyenangkan. Ayo, Ronald, kita berdua bersulang.”Sikap Hendo membuat suasana tahun baru mereka menjadi sedikit ceria. Hanya Hanna dan Sharon yang memasang raut keruh. Mereka memegang sendok t
Hanna mengepalkan telapak tangannya dengan erat. Karena nama belakangnya Yandita, sehingga dia selalu kalah dengan Zico.“Rachel, kamu pikir kamu Nyonya Tanjaya jadi bisa bersikap seenak jidat di sini? Jangan mimpi! Aku akan segera menjadi penerus keluarga Adijaya. Setelah semuanya jatuh ke tanganku, yang aku lakukan pertama kali adalah mendepakmu dari keluarga Adijaya!”Dada Rachel naik turun menahan emosi. Dia mencoba mengepal erat hingga kukunya menusuk telapak tangan.“Ibumu yang ada hubungan aneh-aneh dengan Om aku dan hamil lalu menikah masuk ke keluarga Hutomo. Aku sungguh nggak tahu bagaimana cara mama kamu melakukan hal itu!” lanjut Hanna. Dia pikir Rachel diam karena takut didepak keluar dari keluarga.“Kamu juga mewarisi sifat mamamu itu. umur 18 tahun sudah tidur dengan lelaki dan hamil di luar nikah dan melahirkan empat anak haram!”Hanna menunjuk wajah Rachel ketika berbicara. Kening perempuan itu berkerut dan gerakannya bergerak tanpa bisa dikendalikan. Tangan Rachel ter
“Kamu menjelekkan ibuku, aku hanya kasih kamu satu pelajaran kecil saja,” ujar Rachel.“Kalau dia menjelekkan ibumu, kamu tinggal balas dia saja dengan hal yang sama. Kenapa harus main tangan?!” marah Sharon.“Karena aku ada sopan santun, nggak akan marah orang tua.” Rachel tersenyum miring sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan kartu kemudian berkata, “Di dalam sini ada 20 miliar, untuk mengobati jari, beli obat dan juga kompensasi mental. Cukup?”“Nggak! Nggak cukup! Aku mau kamu merasakan kesakitan jari putus! Aku akan bayar kamu 40 miliar!” jerit Hanna.“Ya sudah kalau nggak mau. Ronald, bawa anak-anak dan kita pulang,” ajak Rachel sambil menyimpan kartunya.“Karena Hanna menjelekkan ibu mertuaku, aku nggak akan diam saja. Karena hari ini malam tahun baru, kami nggak akan mempermasalahkan hal ini. Semoga kamu bisa tahu batasan.” Ronald menyapukan pandangan dinginnya dan melayangkan sedikit ancaman.Tangan kirinya memeluk pinggul Rachel dan tangan kanannya menggandeng Eddy yang t