Suara berdebam dari pintu kamar membuat pikiran Rachel tersadar seketika. Apa yang sedang dia perbuat? Kenapa dia emosi lagi pada anak-anaknya?Bukankah dia sudah makan obat? Bukankah Rachel sudah melakukan terapi? Kenapa masih terjadi seperti ini?Rachel memegang kepalanya dan dengan raut menderita dia menenggelamkan kepalanya dalam selimut. Cukup lama kemudian dia baru sedikit tenang. Rache mengeluarkan laptopnya dan membuka kamera CCTV. Dia melihat keempat anaknya tengah duduk diam di sofa dan memandang keluar. Hanya terdengar suara desauan angin saja. Dia mendekatkan kamera dan melihat mata Michelle yang memerah. Terlihat jelas bahwa bocah itu baru saja menangis. Buku di atas lutut Darren juga tidak terbuka, sepertinya dia gunakan untuk menutupi emosinya saja. Sedangkan Michael dan Eddy hanya melamun saja menatap buku.Rachel lagi-lagi membuat anaknya terkejut dan ketakutan. Berbagai perasaan bersalah, tidak tenang dan semuanya bercampur aduk dalam benaknya Rachel. Sesaat kemudia
“Papa, kami mengerti,” jawab Michael. Dia berdiri dan berkata, “Mama sedikit nggak enak badan, Papa bawa Mama istirahat dulu di kamar.”Ronald mengelus kepala Michael. Putranya ini mengerti dan memahami semuanya. Karena keberadaan Michael, empat tahun yang lalu berhasil membuat Rachel menjadi begitu sempurna. Dia merangkul Rachel dan membawa perempuan itu ke lantai atas.Begitu pintu kamar tertutup, Rachel menangis di atas bahu Ronald.“Ronald, kamu juga tahu, kan? Tapi kamu terus menutupinya dari aku. Hari ini aku ada baca dokumen tentang chip dan semua korbannya nggak ada yang sembuh. Dokter juga sudah turun tangan tetapi orang-orang itu hidup menderita, aku juga bisa seperti itu?”“Rachel, jangan sembarangan bicara! Efek samping dari chip hanya emosinya lebih meledak-ledak dan mudah marah. Sebenarnya bukan masalah besar. Aku juga emosian, semua orang kantor takut denganku. Setiap aku murka, mereka seperti akan menghadapi kiamat.”Rachel terkekeh dan mengusap air matanya sambil berka
Kedatangan Ronald membuat Deddy tampak sangat terkejut. Setengah bulan yang lalu Ronald datang dan membantu Rachel agar proyek resort berjalan lancar. Kalau keduanya hendak bercerai, Ronald tidak mungkin melakukan hal itu.“Orang-orang sudah lengkap, duduklah,” ujar Deddy.Keluarga Aditya ada lima orang, ditambah dengan keluarga Tanjaya yang berjumlah enam orang. Total ada sebelas orang yang memenuhi meja makan mereka. Ronald yang berusia muda bisa menandingi aura wibawa dari sosok Deddy.Deddy menatap Ronald dan menghela napas sambil berkata, “Orang bilang pahlawan itu terlahir dari generasi muda, ternyata Pak Ronald menjadi sosok nyata dari ucapan tersebut.”“Panggil aku Ronald saja. Aku suaminya Rachel, Kakek jangan terlalu sungkan,” kata Ronald sambil merendahkan sikapnya. Sharon melebarkan matanya melihat pemandangan tersebut.Sebagai seorang CEO di Adijaya Group, Sharon kerap berinteraksi dengan Tanjaya Group. Dia pernah bertemu dengan Ronald ketika rapat internasional. Kesannya
Dari penampilan, Rachel terlihat tenang. Faktanya, dia tidak membiarkan Sharon memiliki kesempatan untuk menyerangnya. Keempat anaknya terlihat terkejut sekali. Selama ini mereka selalu bersikap hati-hati dan tidak berani membuat ibunya emosi.Karena setiap Rachel marah, perempuan itu akan terlihat menyeramkan. Akan tetapi hari ini, sikap Rachel terlihat begitu menahan diri sekali. Situasi di meja makan menjadi hening. Tiba-tiba Ronald membuka suara,“Hubungan pernikahan aku dengan Rachel nggak perlu dijelaskan pada siapa pun. Tapi karena Tante sudah tanya, aku akan sedikit berbicara. Kami berdua sangat harmonis dan nggak pernah ada orang ketiga. Kami nggak akan cerai. Kakek dan Papa boleh tenang.”Hendo mengangkat gelas minumnya dan tertawa lebar sambil berkata, “Jangan bahas masalah yang nggak menyenangkan. Ayo, Ronald, kita berdua bersulang.”Sikap Hendo membuat suasana tahun baru mereka menjadi sedikit ceria. Hanya Hanna dan Sharon yang memasang raut keruh. Mereka memegang sendok t
Hanna mengepalkan telapak tangannya dengan erat. Karena nama belakangnya Yandita, sehingga dia selalu kalah dengan Zico.“Rachel, kamu pikir kamu Nyonya Tanjaya jadi bisa bersikap seenak jidat di sini? Jangan mimpi! Aku akan segera menjadi penerus keluarga Adijaya. Setelah semuanya jatuh ke tanganku, yang aku lakukan pertama kali adalah mendepakmu dari keluarga Adijaya!”Dada Rachel naik turun menahan emosi. Dia mencoba mengepal erat hingga kukunya menusuk telapak tangan.“Ibumu yang ada hubungan aneh-aneh dengan Om aku dan hamil lalu menikah masuk ke keluarga Hutomo. Aku sungguh nggak tahu bagaimana cara mama kamu melakukan hal itu!” lanjut Hanna. Dia pikir Rachel diam karena takut didepak keluar dari keluarga.“Kamu juga mewarisi sifat mamamu itu. umur 18 tahun sudah tidur dengan lelaki dan hamil di luar nikah dan melahirkan empat anak haram!”Hanna menunjuk wajah Rachel ketika berbicara. Kening perempuan itu berkerut dan gerakannya bergerak tanpa bisa dikendalikan. Tangan Rachel ter
“Kamu menjelekkan ibuku, aku hanya kasih kamu satu pelajaran kecil saja,” ujar Rachel.“Kalau dia menjelekkan ibumu, kamu tinggal balas dia saja dengan hal yang sama. Kenapa harus main tangan?!” marah Sharon.“Karena aku ada sopan santun, nggak akan marah orang tua.” Rachel tersenyum miring sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan kartu kemudian berkata, “Di dalam sini ada 20 miliar, untuk mengobati jari, beli obat dan juga kompensasi mental. Cukup?”“Nggak! Nggak cukup! Aku mau kamu merasakan kesakitan jari putus! Aku akan bayar kamu 40 miliar!” jerit Hanna.“Ya sudah kalau nggak mau. Ronald, bawa anak-anak dan kita pulang,” ajak Rachel sambil menyimpan kartunya.“Karena Hanna menjelekkan ibu mertuaku, aku nggak akan diam saja. Karena hari ini malam tahun baru, kami nggak akan mempermasalahkan hal ini. Semoga kamu bisa tahu batasan.” Ronald menyapukan pandangan dinginnya dan melayangkan sedikit ancaman.Tangan kirinya memeluk pinggul Rachel dan tangan kanannya menggandeng Eddy yang t
Darren bungkam dan tidak bersuara. Beberapa waktu terakhir Eddy selalu mengatakan kalau perasaan Rachel sedang tidak baik dan jangan mengusik ibunya. Terkadang dia melihat pelayan rumah melakukan kesalahan dan Rachel akan dengan tegas menegur pelayan itu.Dia pernah mendengar para pelayan berbisik mengatakan sifat Rachel yang semakin buruk. Dia ingin menolak ucapan para pelayan, tetapi Darren tidak punya pembelaan karena dia juga merasakan hal yang sama. Rachel tidak seperti dulu yang mencintainya tanpa alasan dan syarat.Michael bilang di tahun yang baru ibunya akan kembali seperti dulu lagi. Akan tetapi kenapa Darren merasa semakin parah?“Mama, jarinya Tante patah karena Mama?” tanya Darren. Rachel berusaha keras mencoba bersikap santai.“Perempuan itu bukan tante kalian. Dia sudah menjelekkan nenek kalian dan memarahi mama kalian. Memang sudah menjadi hukumannya dengan mematahkan jarinya,” jawab Ronald.Darren diam dan tidak bertanya lagi. Suasana di dalam mobil menjadi sunyi hingg
“Mama …” gumam Michael dengan perlahan.Dulu Rachel melarangnya menjadi seorang peretas gelap dan dia hanya bisa menyembunyikan laptop di bawah kasur. Sekarang karena usianya sudah mau lima tahun, Rachel mengizinkan dia untuk tetap jadi seorang peretas?“Karena kado tahun baru sudah diterima, kalian sudah boleh tidur. Papa yang ceritain dongeng buat kalian,” kata Ronald sambil menggendong Michelle menaiki tangga.“Aku sayang Papa!” kata Michelle sambil mengecup pipi Ronald. Hati Ronald dibuat menghangat.Rachel masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, selama beberapa waktu ini biarkan dia yang menemani anak-anak. Kalau anak-anaknya terluka, Rachel tidak akan memaafkan dirinya sendiri.Setelah anak-anak telah terlelap, Ronald kembali ke kamarnya. Dia menemukan Rachel yang duduk di balkon dengan beberapa alkohol di hadapannya. Matanya terlihat kosong dan juga sedikit melayang.Ronald mendekat dan merebut minuman di tangan Rachel kemudian menegaknya hingga tandas.“Apa yang kamu la