Mereka berempat duduk di dekat jendela. Dua orang pemuda dengan rambut pirang tampak memesan makanan dengan rakus. Sepertinya mereka jarang sekali datang ke restoran. Meja mereka berempat dipenuhi dengan makanan yang sangat banyak.Melvin merupakan orang yang tidak kekurangan uang sama sekali sehingga dia dengan tidak peduli berkata, “Mana cukup kalau makan sayur saja? Pesan beberapa botol alkohol kesukaan kalian lagi!”Kedua orang itu langsung memesan minuman alkohol termahal. Akan tetapi Rachel terlihat tidak tertarik sama sekali. Dia hanya duduk sambil tersenyum tipis dan berkata, “Kamal memang berasal dari sini?”Pemuda yang bernama Kamal tampak makan daging sambil menjawab, “Aku imigran gelap, hanya bisa bertahan hidup di sini dengan cara apa pun. Dulu aku masih bisa mendapatkan uang keamanan, tapi sekarang ….”Kamal berhenti sejenak dan kedua matanya melihat ke sekitar. Setelah itu dia berbisik, “Setelah pemimpin baru dilantik, kita dilarang untuk menerima uang keamanan lagi. Aku
Yogi mendorong Melvin dengan kasar. Anak buahnya yang ada di belakang lelaki itu langsung menangkap kedua lengan Melvin dan menahannya.Melvin mencoba berontak dan berseru, “Lepaskan aku! Kamal! Kenapa kamu diam saja?!”Dia ingin meminta kedua pemuda itu membantunya. Lawannya ada lima hingga enam orang, kalau mereka bekerja sama kemungkinan besar bisa menang.Kamal mendekat dengan wajah pucat dan berbisik, “Melvin, pamannya Yogi baru masuk ke markas tentara dan jadi bodyguardnya Terry. Kemampuannya sangat hebat! Kamu nggak akan bisa menang melawat dia. Nggak ada salahnya kasih dia satu perempuan untuk menjalin hubungan baik.”“Kalian tadi bilang satu kalimatku saja, kalian akan melakukannya dan rela mati.”“Melvin, kami sungguh nggak sanggup menentang mereka. Kamu usaha sendiri saja.”Kedua pemuda itu langsung bergegas pergi setelah perutnya kenyang. Sedangkan Yogi hanya terbahak dan berkata, “Sekarang tempat ini ada peraturan yang baru. Kami juga nggak memaksa kalian. Satu malam serib
Rachel tersenyum dingin mendengar kalimat tersebut. Ketika dia membawa kedua anaknya hidup di luar negeri selama empat tahun, Rachel kerap sekali mengalami kejadian seperti ini. Saat perempuan itu hendak berbicara, mendadak terdengar sebuah keributan dari arah luar“Terry!”“Terry yang datang!”Rachel langsung mendongak dan melihat seorang lelaki dengan baju hitam tengah berjalan masuk dari arah pintu masuk. Postur tubuhnya yang tinggi dengan topeng berwarna emas yang menutupi seluruh wajahnya dan hanya terlihat bola mata hitam legamnya saja.Hanya dari matanya saja, Rachel tahu kalau lelaki itu berasal dari negara yang sama dengannya. Sorot mata lelaki itu sangat tajam dan tengah menyapu ke sekeliling. Lelaki itu memang memiliki aura penguasa pada dirinya. Setiap sorot matanya menunjukkan intimidasi yang begitu kuat.Mendadak sorot mata tersebut membuat Rachel merasa familiar. Dia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Yogi yang tengah mencengkeram dagu Rachel mendadak sedikit ber
Yogi seperti ingin menjelaskan sesuatu tetapi petugas keamanan membekap mulutnya dan menyeretnya keluar. Para anak buahnya tampak pucat pasi dan kedua lutut mereka lemas tak berdaya. Mereka buru-buru bersujud memohon ampun.Mata Terry memandang mereka semua dengan tajam dan berkata, “Pergi!”Orang-orang di sini sudah terbiasa berhubungan dengan darah manusia. Bahkan orang lanjut usia juga melakukan hal yang sama. Tidak mudah untuk merubah kebiasaan orang-orang di tempat ini. Dengan melenyapkan seorang Yogi, setidaknya dia bisa membuat jalanan ini aman selama setengah bulan.Terry mengangkat kursi yang jatuh dan duduk di sana sambil berkata, “Bawa buku menunya.”Keributan di dalam restoran tadi membuat pemilik restoran dan karyawannya bersembunyi di dapur. Ketika mendengar permintaan Terry, mereka baru keluar dan melanjutkan kegiatan mereka lagi. Sang pemilik membawa buku menu dan diberikan pada Terry. Terlihat pemilik restoran tersebut menunduk tanpa berani melihat mata gelap Terry.Re
Melvin segera membawa Rachel meninggalkan Perbatasan Helios. Dua puluh menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan gerbang vila. Keduanya turun dari mobil dan langsung disambut oleh keempat anak kecil.“Mama, Om Melvin, akhirnya kalian pulang!”“Mama, Mama terluka?”“Om, kalian ke mana? Apa yang terjadi?”Beberapa bocah itu menatap baju Rachel yang robek di bagian lengannya. Kulitnya tidak berdarah, tetapi ada bekas warna merah yang cukup jelas. Keempat pasang mata tersebut tampak sangat khawatir sekali.“Nggak apa-apa, ayo kita masuk dulu,” kata Melvin dengan nada semangat.Rachel mengganti pakaiannya lalu turun kembali ke lantai bawah. Setelah itu dia tersenyum sambil berkata, “Tunggu Mama 30 menit, makan siang akan segera selesai.”“Mama, kami sudah makan. Kakak dan Michael buat steak sapi,” ujar Darren.“Mama, kami sisain Mama dan Om Melvin. Kalian makan dulu saja,” kata Michael.Melvin memotong satu potong daging dan menyuapkannya. Setelah itu dia berkata, “Kalian hebat sekali!
Melvin yang sudah menebak juga ikut tercengang.“Bukannya keluarga Tanjaya hanya ada Ronald seorang saja?”“Papa memang masih ada saudara kembar,” kata Eddy.“Waktu usia tiga tahun, aku sempat mendengar Nenek membicarakannya saat peringatan hari kematian Kakek.”Michelle melotot dan bertanya, “Sejak kapan Papa berubah jadi Om?”“Apakah setelah menikah?” tanya Darren dengan tidak percaya.“Setelah Papa dan Mama menikah, Papa sudah berangkat dinas selama setengah bulan. Setelah itu dia berubah menyeramkan. Ternyata dia bukan Papa, kalau gitu Papa ke mana?” Butiran air mata bocah itu perlahan mengalir turun.Rachel mengusap air mata bocah itu dan dengan tenang dia tersenyum sambil berkata, “Karena Mama mendengar kabar bahwa Papa ada di sini, makanya Mama kabur tengah malam dengan membawa kalian untuk mencari Papa. Tenang saja, Mama sudah dapat titik terangnya dan akan segera ketemu Papa. Kita sekeluarga akan segera berkumpul.”Sorot terkejut di mata Michael perlahan berubah dengan rasa ba
Matahari terbit kembali dan hari yang baru sudah dimulai. Setelah Rachel membersihkan diri, dia sengaja membuat kulitnya berwarna hitam. Dia turun setelah selesai dandan.Melvin sedang bermain bersama Michelle dan Darren di lantai bawah. Sedangkan Eddy dan Michael tengah membaca buku. Pemandangan tersebut membuat hati Rachel menghangat.“Mama, selamat pagi.”Anak-anaknya mendongak dan menyapa perempuan itu dengan kompak. Rachel tersenyum lembut dan berkata, “Hari ini kalian di rumah yang pintar. Mama siang nanti pulang untuk masak buat kalian.”“Mama, aku akan jaga adik-adik dengan baik,” kata Eddy.“Aku nggak akan nakal. Aku juga akan menemani Michelle main, Mama sibuk saja dengan tenang,” ujar Darren berjanji.Michelle mengerjapkan mata dan berkata, “Mama harus hati-hati.”Rachel mencium wajah mereka secara bergantian dan berkata, “Kalian tunggu Mama di rumah, Mama akan pulang ke rumah dengan selamat.”Saat tiba di depan rumah, senyuman lembut di wajahnya mendadak sirna. Melvin mengh
Melvin merasa hatinya perih hingga rasanya dia ingin menangis. Lelaki itu membuka pintu mobil dan berusaha keras menekan emosinya sambil berkata, “Masuklah.”Rachel masuk dan duduk di samping kemudi. Mereka melaju dengan keadaan hening di sepanjang perjalanan menuju Perbatasan Helios. Kota ini merupakan kota yang tidak berkembang. Banyak sekali orang-orang dari berbagai dunia yang hilang dan tewas di tempat ini.Ada mobil patroli yang terus berkeliling selama 24 jam. Setiap orang yang lewat memasang ekspresi ketakutan dan tidak tenang. Setelah Rachel dan Melvin selesai diperiksa, keduanya masuk ke Perbatasan Helios dengan lancar. Mereka terus melaju hingga hampir tiba di daerah pusat markas.Di sana dibangun sebuah vila dengan tiga hingga empat lantai. Di sekeliling vila dibangun beberapa buah rumah sederhana yang di bagian pintu masuk dikelilingi kawat duri. Cukup banyak mobil tentara yang berhenti di depannya.Mereka berdua ditahan oleh dua orang penjaga ketika baru muncul di pintu g