Keenam orang itu akhirnya tiba di tempat tujuan. Tempat tersebut merupakan negara kecil yang paling dekat dengan Perbatasan H. Masih memerlukan waktu setengah jam lagi untuk tiba di Perbatasan H jika mengendarai mobil.Dari lantai balkon lantai dua vila, bisa terlihat orang-orang baju hitam tengah berkeliaran di Perbatasan H. Peralatan yang mereka miliki juga sangat lengkap. Rachel mencuci wajahnya dengan lelah dan duduk di balkon dengan ekspresi banyak pikiran.Anak-anaknya masih sedang istirahat karena perbedaan waktu. Akan tetapi Rachel tidak bisa terlelap. Dia memilih untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.“Cuaca di sini panas, kamu minum air yang banyak,” kata Melvin dengan suara serak.“Untung saja papaku dua hari yang lalu telepon dan minta aku untuk bertanggung jawab dengan proyek di sini. Kalau nggak, aku nggak tahu mau cari alasan apa untuk datang.”“Kalian ada anak perusahaan di sini?” tanya Rachel.“Di sini sering ada peperangan dan kerap melakukan renovasi
Dia berpikir keras tetapi tidak bisa menebak apa alasan ibunya membawa mereka kemari ketika tengah malam. Bahkan Rachel menghapus jejak perjalanan mereka. Apakah tujuannya untuk bersembunyi dari ayahnya. Lalu untuk apa ibunya bersembunyi dari Ayah? Meski harus bercerai, seharusnya tidak perlu membawa mereka kabur keluar negeri.Michael baru saja hendak mengatakan sesuatu, ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebenarnya itu adalah alat komunikasi yang selalu dia bawa bersamanya. Bahkan Rachel saja tidak tahu keberadaan alat tersebut. Oleh karena itu, alat komunikasi itu tidak dibuang oleh ibunya.Dia membuka alat komunikasi tersebut dan melihat ada yang mengirim pesan padanya.“Alatku menunjukkan kamu dan Darren yang Suka Minum Susu sepertinya sudah tiba di sekitar Perbatasan Helios,” tulis Terry.Mata Michael seketika memicing. Ketika menjalankan tugas sebelumnya, dia membuat grup khusus untuk sementara. Dengan membuka biodata dari anggota tersebut, mereka bisa melihat lokasi keberadaan anggo
Mereka berempat duduk di dekat jendela. Dua orang pemuda dengan rambut pirang tampak memesan makanan dengan rakus. Sepertinya mereka jarang sekali datang ke restoran. Meja mereka berempat dipenuhi dengan makanan yang sangat banyak.Melvin merupakan orang yang tidak kekurangan uang sama sekali sehingga dia dengan tidak peduli berkata, “Mana cukup kalau makan sayur saja? Pesan beberapa botol alkohol kesukaan kalian lagi!”Kedua orang itu langsung memesan minuman alkohol termahal. Akan tetapi Rachel terlihat tidak tertarik sama sekali. Dia hanya duduk sambil tersenyum tipis dan berkata, “Kamal memang berasal dari sini?”Pemuda yang bernama Kamal tampak makan daging sambil menjawab, “Aku imigran gelap, hanya bisa bertahan hidup di sini dengan cara apa pun. Dulu aku masih bisa mendapatkan uang keamanan, tapi sekarang ….”Kamal berhenti sejenak dan kedua matanya melihat ke sekitar. Setelah itu dia berbisik, “Setelah pemimpin baru dilantik, kita dilarang untuk menerima uang keamanan lagi. Aku
Yogi mendorong Melvin dengan kasar. Anak buahnya yang ada di belakang lelaki itu langsung menangkap kedua lengan Melvin dan menahannya.Melvin mencoba berontak dan berseru, “Lepaskan aku! Kamal! Kenapa kamu diam saja?!”Dia ingin meminta kedua pemuda itu membantunya. Lawannya ada lima hingga enam orang, kalau mereka bekerja sama kemungkinan besar bisa menang.Kamal mendekat dengan wajah pucat dan berbisik, “Melvin, pamannya Yogi baru masuk ke markas tentara dan jadi bodyguardnya Terry. Kemampuannya sangat hebat! Kamu nggak akan bisa menang melawat dia. Nggak ada salahnya kasih dia satu perempuan untuk menjalin hubungan baik.”“Kalian tadi bilang satu kalimatku saja, kalian akan melakukannya dan rela mati.”“Melvin, kami sungguh nggak sanggup menentang mereka. Kamu usaha sendiri saja.”Kedua pemuda itu langsung bergegas pergi setelah perutnya kenyang. Sedangkan Yogi hanya terbahak dan berkata, “Sekarang tempat ini ada peraturan yang baru. Kami juga nggak memaksa kalian. Satu malam serib
Rachel tersenyum dingin mendengar kalimat tersebut. Ketika dia membawa kedua anaknya hidup di luar negeri selama empat tahun, Rachel kerap sekali mengalami kejadian seperti ini. Saat perempuan itu hendak berbicara, mendadak terdengar sebuah keributan dari arah luar“Terry!”“Terry yang datang!”Rachel langsung mendongak dan melihat seorang lelaki dengan baju hitam tengah berjalan masuk dari arah pintu masuk. Postur tubuhnya yang tinggi dengan topeng berwarna emas yang menutupi seluruh wajahnya dan hanya terlihat bola mata hitam legamnya saja.Hanya dari matanya saja, Rachel tahu kalau lelaki itu berasal dari negara yang sama dengannya. Sorot mata lelaki itu sangat tajam dan tengah menyapu ke sekeliling. Lelaki itu memang memiliki aura penguasa pada dirinya. Setiap sorot matanya menunjukkan intimidasi yang begitu kuat.Mendadak sorot mata tersebut membuat Rachel merasa familiar. Dia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Yogi yang tengah mencengkeram dagu Rachel mendadak sedikit ber
Yogi seperti ingin menjelaskan sesuatu tetapi petugas keamanan membekap mulutnya dan menyeretnya keluar. Para anak buahnya tampak pucat pasi dan kedua lutut mereka lemas tak berdaya. Mereka buru-buru bersujud memohon ampun.Mata Terry memandang mereka semua dengan tajam dan berkata, “Pergi!”Orang-orang di sini sudah terbiasa berhubungan dengan darah manusia. Bahkan orang lanjut usia juga melakukan hal yang sama. Tidak mudah untuk merubah kebiasaan orang-orang di tempat ini. Dengan melenyapkan seorang Yogi, setidaknya dia bisa membuat jalanan ini aman selama setengah bulan.Terry mengangkat kursi yang jatuh dan duduk di sana sambil berkata, “Bawa buku menunya.”Keributan di dalam restoran tadi membuat pemilik restoran dan karyawannya bersembunyi di dapur. Ketika mendengar permintaan Terry, mereka baru keluar dan melanjutkan kegiatan mereka lagi. Sang pemilik membawa buku menu dan diberikan pada Terry. Terlihat pemilik restoran tersebut menunduk tanpa berani melihat mata gelap Terry.Re
Melvin segera membawa Rachel meninggalkan Perbatasan Helios. Dua puluh menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan gerbang vila. Keduanya turun dari mobil dan langsung disambut oleh keempat anak kecil.“Mama, Om Melvin, akhirnya kalian pulang!”“Mama, Mama terluka?”“Om, kalian ke mana? Apa yang terjadi?”Beberapa bocah itu menatap baju Rachel yang robek di bagian lengannya. Kulitnya tidak berdarah, tetapi ada bekas warna merah yang cukup jelas. Keempat pasang mata tersebut tampak sangat khawatir sekali.“Nggak apa-apa, ayo kita masuk dulu,” kata Melvin dengan nada semangat.Rachel mengganti pakaiannya lalu turun kembali ke lantai bawah. Setelah itu dia tersenyum sambil berkata, “Tunggu Mama 30 menit, makan siang akan segera selesai.”“Mama, kami sudah makan. Kakak dan Michael buat steak sapi,” ujar Darren.“Mama, kami sisain Mama dan Om Melvin. Kalian makan dulu saja,” kata Michael.Melvin memotong satu potong daging dan menyuapkannya. Setelah itu dia berkata, “Kalian hebat sekali!
Melvin yang sudah menebak juga ikut tercengang.“Bukannya keluarga Tanjaya hanya ada Ronald seorang saja?”“Papa memang masih ada saudara kembar,” kata Eddy.“Waktu usia tiga tahun, aku sempat mendengar Nenek membicarakannya saat peringatan hari kematian Kakek.”Michelle melotot dan bertanya, “Sejak kapan Papa berubah jadi Om?”“Apakah setelah menikah?” tanya Darren dengan tidak percaya.“Setelah Papa dan Mama menikah, Papa sudah berangkat dinas selama setengah bulan. Setelah itu dia berubah menyeramkan. Ternyata dia bukan Papa, kalau gitu Papa ke mana?” Butiran air mata bocah itu perlahan mengalir turun.Rachel mengusap air mata bocah itu dan dengan tenang dia tersenyum sambil berkata, “Karena Mama mendengar kabar bahwa Papa ada di sini, makanya Mama kabur tengah malam dengan membawa kalian untuk mencari Papa. Tenang saja, Mama sudah dapat titik terangnya dan akan segera ketemu Papa. Kita sekeluarga akan segera berkumpul.”Sorot terkejut di mata Michael perlahan berubah dengan rasa ba