Rachel membuang kertas itu ke dalam mesin penghancur kertas dan membuangnya ke tempat sampah. Tidak lama kemudian, dia mendengar suara mobil memasuki halaman kediaman keluarga Tanjaya ketika dirinya sedang memikirkan alasan agar bisa pergi ke Tanjaya Group esok hari.Dia buru-buru bergerak menuju balkon lalu membuka tirai. Dia melihat sebuah mobil hitam terparkir di sana. Kemudian seseorang yang sangat dikenalnya terlihat keluar dari mobil itu. Laki-laki itu benar-benar pulang ke rumahnya sambil membawa sebuah buket bunga di tangannya. Rachel buru-buru kembali ke dalam kamarnya. Kemudian dia menuangkan air yang berada di sebelah kasurnya ke tangannya. Tidak lama kemudian, langkah kaki terdengar semakin dekat ke arah kamar Rachel. Rendy perlahan membuka pintu kamar dan melihat sosok Rachel sedang menyeka matanya dengan tisu. Di meja samping tempat tidurnya juga sudah ada banyak tisu berserakan, sepertinya Rachel sudah cukup lama menangis. “Ehem!” Rendy terbatuk seraya memberikan isya
Rachel berusaha menahan emosinya lalu berkata dengan lembut, “Aku masih bisa mencium parfum Catherine di tubuhmu, selain itu di bajumu juga ada bekas lipstik Catherine. Kamu harus mandi dulu kalau mau menyentuhku!”Kemarahan di wajah Rendy langsung menghilang setelah mendengar perkataan Rachel. Ternyata Rachel hanya cemburu. Rendy memang masih bisa mencium wangi parfum yang cukup kuat dari tubuhnya. Kemudian dia melepas jasnya seraya berkata, “Aku mau mandi dulu. Kamu tunggu aku, ya.”Rachel menunduk lalu membersihkan pecahan gelas di atas lantai seraya berkata, “Hati-hati, jangan sampai kamu jatuh lagi di kamar mandi.”“Memangnya aku sebodoh itu,” balas Rendy sambil tersenyum lalu berjalan ke dalam kamar mandi.Rachel merasa ingin sekali menangis setelah mendengar jawaban Rendy. Dia buru-buru membersihkan pecahan gelas lalu membawa masuk sebotol anggur merah ke dalam kamar. Tidak lama kemudian, Rendy langsung melihat dua gelas anggur merah di atas meja setelah dia keluar dari kamar
Rachel memberikan foto tersebut kepada seorang dokter bedah plastik yang dia kenal di luar negeri.“Mukanya ini terlalu sempurna. Mau dilihat dari sisi mana pun, aku nggak nemu adanya cacat sedikit pun …. Kalau soal ini operasi plastik atau bukan, maaf, aku nggak ngelihat adanya bekas sayatan pisau. Kalau memang dokternya sehebat itu, mungkin saja bekas sayatannya memang nggak terlihat. Bukannya mau sombong, tapi di dunia ini dokter bedah yang lebih jago daripada aku cuma segelintir saja ….”Rachel merenung sesudah membaca pesan teks yang cukup panjang itu. Bahkan dokter ahli bedah plastik peringkat tiga besar di seluruh dunia saja bilang kalau wajah tersebut tidak pernah menyentuh pisau bedah sekali pun. Sepertinya, wajah itu benar-benar asli dan bukan hasil operasi plastik. Jadi, benarkah orang itu adalah Ronald? Benarkah dia adalah pria yang pernah Rachel cintai dengan segenap hatinya dulu?Tatapan mata Rachel kembali melirik ke pria yang sedang terbaring di atas karpet ….Tiba-tiba
“Sebenarnya ini rahasianya Den Ronald. Seharusnya aku nggak kasih tahu siapa-siapa, tapi aku nggak mau terjadi salah paham,” kata Hilmi dengan ekspresi yang sangat serius seperti sedang mengingat masa lalu yang sudah lama tersimpan dalam ingatannya. “Den Ronald punya kakak kembar. Tapi pas baru lahir, kakak kembarnya itu ternyata punya penyakit jantung bawaan. Di lingkungan keluarga sebesar ini, pasti banyak orang yang bertanya-tanya pas mereka tahu ada anak yang penyakitan, dan nggak bagus juga untuk anaknya sendiri. Jadi, keluarga Tanjaya memilih untuk merahasiakannya. Sewaktu dibawa ke rumah sakit untuk menjalani operasi, kakaknya Den Ronald hampir saja meninggal. Waktu itu, usianya baru tiga bulan. Dokter sampai menyerah dan bilang kalau anak itu cuma bisa hidup sampai umur satu tahun. Waktu itu Bu Farah dan suaminya keliling siang malam demi kakaknya Den Ronald. Akhirnya mereka datang ke sebuah kuil tua untuk diberkati. Pendeta di kuil itu bilang supaya kakaknya Den Ronald dirawat
Rachel membalikkan kepalanya menatap balik Rendy. Di tangannya memegang sebuah pensil yang dia gunakan untuk menyulam alisnya.Cahaya matahari pagi yang masuk dari sela jendela menyinari tepat di sisi samping wajah Rachel. Sinar keemasan tersebut membuat setiap detail wajahnya terlihat begitu jelas. Dengan senyum cerah dan tatapan matanya yang dingin itulah dia gunakan untuk melirik Rendy.Seketika itu pun Rendy langsung bangkit dari ranjang dengan penuh semangat. Namun ketika dia baru saja membuka selimut, dia baru menyadari dirinya tidak mengenakan busana sehelai pun. Secara perlahan, semua ingatan atas apa yang terjadi kemarin malam mulai merasuk kembali ke dalam kepalanya. Sepertinya … dia telah melakukan sesuatu dengan wanita ini.“Tolong ambilin aku baju.”“Kamu nggak punya tangan? Nggak bisa ambil sendiri?”Perangai Rachel yang penuh semangat ini benar-benar jauh berbeda dengan dirinya beberapa hari yang lalu. Rendy merasa seakan ada seberkas cahaya yang menyinari lubuk hatinya
Sekeluarga duduk bersama di meja makan untuk sarapan.Begitu mereka selesai makan, Rachel pun berkata, “Kemarin aku dapat telepon dari institusi pendidikan luar negeri. Yang telepon itu gurunya Michael dan Michelle dulu.”Mendengar itu, Farah meletakkan peralatan makannya di atas meja dan menjawab, “Ada urusan penting apa memangnya?”“Waktu itu kan kondisi Michelle kurang sehat, jadi Michelle terus dirawat di sana. Aku juga bantuin Michael mendaftar kelas percepatan. Masih ada beberapa dokumen yang belum lengkap karena waktu itu aku mendadak harus pulang, jadi tadi dia minta dilengkapi dokumennya. Aku mau bawa Michael dan Michelle pergi ke sana.”“Suruh Pak Hilmi saja yang pergi,” kata Farah.“Ini memang bisa minta tolong Pak Hilmi yang kerjain, tapi guru-guru di sana kangen sama anak-anak. Waktu itu aku cuma sendirian, dan masih harus kerja juga, jadi mereka yang jagain anak-anak. Aku rasa lebih baik sekalian saja bawa Michael dan Michelle ke sana, hitung-hitung untuk berterima kasih
“Kalau berangkat hari ini, besok subuh sudah sampai di bandara. Begitu urusannya beres, aku masih ada waktu untuk bawa anak-anak pergi jalan-jalan. Mama nggak usah khawatir, aku bisa jagain mereka.”Farah menghela napas yang panjang dan berat. Yang dia khawatirkan bukan masalah Rachel bisa menjaga anak-anak atau tidak, tapi ada hal lain yang mengganjal hatinya.“Ma, kemarin aku mimpi lucu banget. Aku mimpi Ronald punya kakak kembar. Pasti gara-gara aku ngelahirin anak kembar, jadinya aku kadang mereka Ronald juga punya saudara kandung …. Eh, Ma, kok muka Mama jadi aneh begitu. Apa aku ada salah ngomong?”“Oh, ng-nggak. Kok, kamu bisa mimpi begituan …?” tanya Farah sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum.“Mungkin … karena beberapa hari ini sifat Ronald berubah jauh, jadi aku ngerasa kayak dia itu orang lain. Waktu belum menikah, dia baik banget dan selalu sayang sama aku. Tapi sekarang, lebih banyak aku yang sayang ke dia. Rasanya kayak kakak yang biasanya lebih penyayang mendadak be
Di waktu yang bersamaan, keempat wajah mereka langsung tampak begitu kecewa mendengarnya. Sejak tadi pagi, Michael sudah menyadari ada yang tidak beres dari apa yang dikatakan oleh Rachel. Michelle tidak pernah dirawat di instansi mana pun, dan dia juga tidak pernah mengikuti kelas percepatan. Apa yang Rachel katakan saat mereka sedang sarapan tadi jelas bertujuan untuk mengelabui Farah.Michael pikir ibunya mau pergi ke luar negeri untuk menyelesaikan urusan pribadi, jadi dia hanya diam saja dan menuruti kebohongannya. Namun ketika Rachel bilang dia tidak bisa ikut pergi ke luar negeri, apakah itu menandakan bahwa tadi dia berbohong untuk berpisah dengan keempat anaknya?Apa alasannya?Rachel ikut sedih melihat tatapan mata kebingungan dari anak-anaknya, tapi dia tidak punya pilihan untuk meneruskan semua kebohongan ini.“Tadinya Mama mau ikut pergi bareng kalian, tapi tiba-tiba ada masalah sama proyek yang lagi Mama kerjain, jadi untuk sementara Mama masih harus di sini. Tapi Mama su