Rachel mengeluarkan ponselnya dan melihat nama penelepon. Setelah itu, dia baru mengangkat telepon.“Halo, Bu Rachel. Saya perwakilan dari Department Customer Service Yelitos Group. Tawaran Anda telah lolos tinjauan awal perusahaan kami. Silakan datang dan mengikuti rapat di Yelitos Group pada pukul sepuluh pagi ini.”Rachel melirik jam sebentar, lalu menyanggupi. Pihak Yelitos Group meneleponnya saat ini, seharusnya masalah penawaran sudah ada kemajuan. Rachel bertekad akan memenangkan proyek ini. Karena itu, dia harus pergi ke sana. Akan tetapi, bagaimana dengan keempat anaknya?Di saat Rachel tengah kebingungan bagaimana mengatur keempat anaknya, terdengar suara ketukan pintu di lantai bawah. Michelle yang tadinya masih duduk dengan tenang di tempat tidur, tiba-tiba gadis kecil itu melompat turun dan berlari ke bawah untuk membuka pintu.Rachel langsung bisa menebak siapa yang datang. Dia pun pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian formal dulu. Setelah itu, dia baru menyusul ke
“Siapkan tepung dulu, lalu ulen adonan ....”Ronald mengikuti instruksi dari video. Dia menuangkan tepung ke dalam wadah, lalu menambahkan air ke dalamnya.“Agak basah, kalau begitu tambahkan sedikit tepung lagi. Hmm, sepertinya terlalu kering, tambahkan air, deh ....”Ronald terus menambah air dan tepung, hingga akhirnya adonan yang dibuatnya tidak bisa dibentuk.“Papa, buat mie kayaknya seru banget, ya. Aku boleh ikut buat mie, nggak?” tanya Darren. Entah sejak kapan anak itu sudah menyelinap ke dalam dapur. Tanpa menunggu persetujuan ayahnya, dia langsung mengambil segenggam tepung dan melemparnya begitu saja. Tepung itu pun mengotori baju Ronald. Setelan hitam di tubuh pria itu seketika terlihat kotor.Sebelum Ronald sempat memarahi Darren, Michelle pun berlari ke dalam dapur. Gadis kecil itu sepertinya tidak pernah bermain dengan tepung sebelumnya. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong tepung. Setelah itu, dia mengayunkan tangannya yang memegang tepung. Seketika dapur me
Setelah Yelitos Group diserang hacker, intranet perusahaan itu runtuh total. Semua orang di perusahaan sedang lembur di akhir pekan. Tender proyek untuk seluruh Kota Suwanda juga ditunda hingga sore ini.Rachel berjalan menuju lobi perusahaan dan melihat karyawan perusahaan itu sedang sibuk mengatur tempat. Standar tempat itu jauh lebih megah dari sebelumnya.“Bu Rachel, silakan lewat sini.”Manajer yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara Rachel dan perusahaan membawa Rachel ke ruang rapat. Begitu pintu ruang rapat terbuka, Rachel melihat sudah ada lebih dari sepuluh orang yang duduk mengitari meja bundar. Orang yang duduk di kursi utama memakai topeng berwarna perak. Aura yang memancar dari tubuhnya sama sekali tidak berkurang.“Pak Reihan, Bu Rachel sudah datang.”Manajer yang mengantar Rachel memberikan laporan dengan hormat. Setelah itu, dia baru memberi isyarat kepada Rachel untuk masuk ke ruang rapat.“Selamat pagi, Pak Reihan,” sapa Rachel dengan senyum tipis di bibirny
Reihan berdiri dan mengulurkan tangannya, “Bu Rachel, aku harap kerja sama kita akan menyenangkan.”Rachel juga mendorong kursi dan berdiri, lalu berjabat tangan dengan Reihan, “Selamat bekerja sama, Pak Reihan.”Saat tangan Rachel menyentuh tangan pria itu, dia bisa merasakan hawa dingin menyebar dari ujung jari hingga ke tulang punggungnya. Hawa dingin itu lebih dingin daripada udara dingin di lemari es.Rachel hanya menyentuh tangan Reihan secara simbolis. Kemudian, dia segera menarik kembali tangannya.Reihan juga menarik kembali tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celana. Setelah itu, dia berkata dengan suara dingin, “Setelah rapat penawaran hari ini berakhir, akan ada pesta perayaan besok malam. Bu Rachel ingat harus hadir.”Usai berkata, Reihan langsung menyuruh sekretarisnya untuk mengantar Rachel dan Jenny keluar. Dia bahkan tidak menunggu tanggapan dari Rachel dulu.Begitu berada di luar dan merasakan hangatnya sinar matahari menerpa pundaknya, Jenny baru menghela napas
Mobil Rachel baru saja berhenti di depan rumah Ronald. Empat anak langsung berlari keluar dari dalam rumah.“Mama, akhirnya Mama pulang juga. Aku kangen banget sama Mama.”Suara Darren selalu yang paling keras dan paling berisik. Dia bergegas menghambur ke dalam pelukan Rachel dan memanjat ke atas untuk mencium pipi Rachel.Di bawah pengaruh Darren, Michelle juga menjadi cerewet. Gadis kecil itu menarik tangan Rachel dan minta digendong. Mau tidak mau Rachel harus berjalan ke dalam rumah sambil menggendong dua anak, satu di kiri dan satunya lagi di kanan. Sementara Eddy dan Michael mengikutinya dari belakang.“Darren, berapa umurmu? Kenapa masih mau digendong orang?” tukas Ronald dengan dingin sambil mengerutkan keningnya.Darren yang digendong ibunya menjadi sangat sombong. Dia menjulurkan lidahnya dan berkata, “Aku suka digendong Mama. Lagi pula, aku nggak suruh Papa Gendong.”Wajah Ronald spontan menjadi muram, “Sekalipun Mama kamu mau gendong, seharusnya Michael dan Michelle yang d
Ronald menatapnya dengan dingin, “Makan saja apa yang ada. Kenapa kamu ada begitu banyak permintaan?”Darren, “....” Punya anak yang baru lupakan anak yang lama. Ayahnya sungguh terlalu kejam.Ronald malas menghiraukan Darren. Dia pun membungkuk dan menatap Michelle, “Kasih tahu Papa, malam ini kamu mau makan apa?”Darren, “....” Dia merasa dadanya tertusuk satu panah lagi, sungguh menyakitkan.Selesai bertanya pada Michelle, Ronald menatap Rachel lagi dan bertanya, “Kamu mau makan apa?”Rachel tidak memiliki permintaan khusus. “Terserah, aku makan yang kamu bisa masak saja.”Ronald spontan menghela napas lega. Seandainya perempuan itu meminta makan daging semur, dia sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Pada kenyataannya, mengukus ikan saja sepertinya agak sulit bagi Ronald. Namun, kalau hanya dikukus sebentar, mungkin dia masih bisa.Ronald berjalan ke dapur dengan penuh kekhawatiran. Begitu Hilmi tahu kalau Ronald akan masak sendiri, wajahnya yang penuh keriput pun terlihat khawatir
Selesai menyiapkan makan malam, Ronald naik ke atas dan ganti baju sebelum turun lagi ke bawah. Meski hanya ada tiga hidangan, ditambah enam porsi steak, meja makan pun terisi penuh. Ronald merasa bangga atas pencapaian ini.Enam orang duduk di meja makan. Di depan mereka masing-masing ada sepiring steak yang terlihat cukup enak. Ronald meletakkan serbetnya dengan elegan dan berkata, “Coba dulu bagaimana dengan rasanya.”Darren orang pertama yang memotong steak dan memasukkannya ke dalam mulutnya dengan tidak sabar. Baru makan segigit, anak itu langsung mengerutkan kening, “Keras banget, terlalu keras. Nggak bisa dikunyah ....”Ronald, “....”Bukankah koki bilang panasnya sudah pas? Mengapa daging steak bisa jadi keras?Michael mencicipi ikan kukus buatan Ronald, lalu berkata, “Daging ikannya cukup segar, tapi terlalu asin.”Ronald, “....”Bukankah koki bilang memasukkan dua sendok garam sudah cukup? Ronald hanya memasukkan dua sendok, bagaimana bisa jadi asin?Eddy makan udang rebut d
Michelle juga minum setengah gelas anggur buah. Wajahnya yang putih seketika tampak memerah seperti memakai perona pipi. Terlihat seperti apel merah besar.Rachel melihat anak-anak semua minum, rasanya tidak baik kalau dia tidak minum. Karena itu, dia mengangkat gelasnya.Begitu Rachel hendak minum, Michael tiba-tiba mengulurkan tangan dan menghentikan ibunya, “Ma, aku akan gantikan Mama minum.”Ronald langsung mengerutkan kening, “Kamu ini masih anak-anak, nggak boleh minum anggur merah. Sini, aku saja.”Ronald langsung mengambil gelas itu dan tidak menerima protes. Hilmi diam-diam menyenggol bahu Ronald dan berbisik, “Bu Rachel ingin bersulang dengan Pak Ronald. Bagaimana Pak Ronald mau gantikan Bu Rachel minum?”Ronald seperti tiba-tiba baru menyadari sesuatu.“Den Michael jangan minum anggur merah. Anggur merah ini sangat kuat, anak-anak nggak akan tahan.” Hilmi mengambil gelas dari tangan Ronald dan menyerahkannya kembali pada Rachel, “Bu Rachel, minum sedikit sudah cukup. Formali