Yelitos Group baru saja masuk ke Suwanda. Gedung perkantorannya masih sewa, dan tim untuk proyek ini juga belum terbentuk.Pada pertemuan penawaran skala besar hari ini, mereka bukan hanya harus merekrut kepala desainer, tetapi juga posisi untuk ruang kontrol, operator produk, tim perencanaan keseluruhan proses, konsultan teknis, dan masih banyak lagi. Semuanya harus direkrut dan dibentuk.Tempat penawaran No. 1 ini memiliki luas ratusan meter persegi, tetapi penuh dengan orang.Perusahaan yang bisa datang ke sini untuk melakukan penawaran adalah perusahaan-perusahaan terbaik di berbagai industry. Semuanya terlihat percaya diri dan sombong.Rachel duduk di baris terakhir dengan wajah tenang.Jenny sedikit gugup, tetapi dia perlahan menjadi tenang ketika dia melihat Rachel tidak gugup.“Halo, aku CEO dari Phoelip. Aku datang ke sini untuk melakukan penawaran menjadi kepala pengawas lapangan. Bagaimana denganmu?”Seorang pria yang duduk di samping datang untuk menyapa Rachel, bahkan men
“Departemen IT meminta dukungan!”Keadaan di kantor itu sangat kacau.“Bu, siapa kamu dan siapa yang mengizinkanmu masuk?”Staf yang tadi menjadi pembawa acara melihat Rachel berdiri di koridor, mengerutkan kening dan datang untuk mengusirnya.Namun, ketika melihat wajah Rachel dengan jelas, ketidaksabaran di wajahnya seketika menghilang.Pria akan sedikit lebih toleran terhadap wanita, terutama wanita cantik.“Ini bagian internal Yelitos Group. Orang luar nggak boleh masuk, jadi silakan keluar.”Rachel mengalihkan pandangannya dengan santai, “Di mana orang yang bertanggung jawab atas perusahaan kalian? Bawa aku untuk menemuinya.”Staf itu mengerutkan kening dan berkata, “Saat ini, beliau nggak ingin bertemu dengan siapapun. Nggak peduli siapa Ibu dan apapun urusannya, silakan kembali besok.”“Yelitos Group diserang hacker. Kalau kalian nggak menghentikan para hacker itu tepat waktu, aku berani jamin semua orang di akun bank perusahaan kalian akan ditransfer sampai habis.” Rachel berhe
Rachel berusaha mengingat-ingat informasi perkenalan tokoh perusahaan di brosur Yelitos Group. Hanya ada satu nama di sana. Reihan.Terakhir kali waktu pria ini pergi ke kantor Aurora Technology untuk bertemu dengannya, pria ini mengklaim bahwa nama belakangnya adalah Sanjaya. Pria ini mungkin adalah penanggung jawab dari proyek Yelitos Group yang ada di Suwanda.Yelitos Group sedang fokus bergerak dalam pengembangan Internet dan Internet of Things, tapis ama sekali tidak ada hubungannya dengan eksperimen biologis manusia yang disebutkan pria ini sebelumnya.Rachel seperti memikirkan banyak hal dari tadi, tapi sebenarnya semua pikiran itu bergulat di benaknya dalam waktu kurang dari satu detik.Orang-orang di ruang rapat itu memandangnya. Mereka semua menghela napas lega ketika melihat orang yang datang adalah Rachel.Bukan karena apa, tapi karena Reihan paling benci didekati wanita. Wanita ini datang entah dari mana tiba-tiba, jadi dia pasti bisa membantu mereka menampung sebagian dar
Reihan memainkan jari telunjuknya dan berkata, “Hampir.”Rachel mengangguk mengerti.Dia mengeluarkan dokumen dari tasnya dan berkata dengan tenang, “Kalau katamu hampir ditunjuk, itu berarti aku masih punya kesempatan. Ini proposal chip yang aku buat. Pak Reihan bisa melihatnya jika ada waktu. “Dia meletakkan dokumen itu di atas meja rapat, berbalik badan dan pergi.Reihan menatap punggung Rachel, lalu mengambil dokumen yang ada di atas meja setelah wanita itu menghilang ke koridor.Kulit Reihan kekuning-kuningan, ujung jarinya gelap, dan ada kapalan yang tebal di ujung jarinya.Dia membuka dokumen yang penuh dengan istilah-istilah profesional itu.Meskipun dia bukan teknisi profesional, setelah dia bertanggung jawab atas proyek ini, dia sedikit banyak juga mulai memahami bidang ini.Proposal dalam dokumen ini hanyalah kerangka kasar dan sistematis. Isinya sangat sedikit dan terlihat masih belum matang. Namun, inovasinya baru. Sesuatu yang belum pernah dia pikirkan.Dia mengetukkan j
Rachel memandang Ronald, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Kata-kata yang diucapkan pria itu pagi ini terngiang-ngiang di telinganya.“Aku nggak pernah berpikir untuk merebut hak asuh anak-anak darimu, karena kamu yang melahirkan keempat anak itu dengan hampir mengorbankan nyawamu sendiri. Kalau aku merebut keempat anak itu, itu sama saja dengan membunuhmu. Apa aku akan melakukan hal sekejam itu?”“Aku hanya ingin keempat anakku tinggal di rumah keluarga Tanjaya. Kamu juga ingin empat anak itu berada di sisimu. Jadi, kalau kita berdua benar-benar bersama, bukankah anak-anak jadi punya Papa dan Mama?”“Rachel, apa kamu mengerti maksudku?”Hati Rachel tergerak sedikit. Dia mengerutkan bibirnya, membuka pintu mobil dan berkata dengan ringan, “Ini baru sehari. Bagaimana aku bisa mempertimbangkannya?”Ronald memandangnya dengan tenang, “Oke, pertimbangkanlah pelan-pelan..”Ronald membuka pintu kursi belakang dan menggendong Michelle. “Kangen nggak sama Papa?”Gadis kecil itu memeluk lehernya
Michael terdiam.Adiknya sepertinya telah direnggut juga darinya. Dia tidak disayang lagi ….Keluarga beranggotakan enam orang itu pun makan dengan gembira. Ketika mereka sedang makan, tiba-tiba terdengar suara sapaan para pelayan di pintu vila, “Ibu!”Farah telah kembali.Beberapa hari yang lalu adalah ulang tahun Farah. Setelah kembali dari Australia, dia sibuk bertemu teman lama dan jarang berada di rumah.Dia bisa pulang jam segini hari ini, bisa dibilang cukup cepat.Rachel menoleh dan melihat Farah yang memakai gaun masuk dari luar.Jari-jarinya jadi sedikit kaku. Untuk sesaat, dia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Farah.“Nenek, Nenek sudah pulang!”Darren mendorong kursinya dan melompat turun dengan gembira, bergegas berlari ke pintu dan menggandeng tangan Farah. Kemudian, dia menyeret Farah ke ruang makan.“Nenek, sini aku beri tahu. Aku punya Mama, adik perempuan, dan adik laki-laki sekarang.”“Nenek, lihat. Adikku imut sekali, ‘kan?” Darren menunjuk ke arah Michelle dan
Farah menoleh dan memberi isyarat mata pada Pak Hilmi.Pak Hilmi memahami maksud dari isyarat mata itu, melangkah ke ruang kerja, lalu mengambil dua kotak dan menyerahkannya pada Farah.“Michael, Michelle, ini hadiah yang Nenek siapkan untuk kalian di hari pertemuan pertama kita. Coba lihat, suka nggak?”Michael memandang ke arah Rachel. Melihat ibunya mengangguk, dia pun mengambil kedua kotak itu, lalu meletakkan yang berwarna merah jambu ke atas tangan adiknya.Kotak yang ada di tangannya ini berwarna kayu. Dia menunduk dan membuka kotak itu. Di dalamnya ada satu set peralatan kaligrafi. Kuas dan batu tintanya kelihatannya sangat berkualitas. Selain itu, ada sebuah amplop merah cerah di dalam kotak itu.Michael mengeluarkan amplop merah itu, mengatupkan bibirnya, lalu berkata, “Terima kasih, Nek. Aku akan menerima set peralatan kaligrafinya, tapi aku nggak mau amplop merahnya.”Dia meletakkan amplop merah tersebut di atas meja.Farah mengangguk dengan bangga, menatap Rachel dan berka
Farah menarik kursi dan duduk, lalu berkata dengan tenang, “Kalian seharusnya tahu apa yang ingin aku katakan, ‘kan?”Ronald mengatupkan bibirnya, sedikit mengernyit dan berkata, “Ma, aku dan Rachel akan membahasnya dan mencari solusi untuk masalah ini. Mama nggak perlu ikut campur.”Mulut Rachel menegang.Sejak dia mengetahui bahwa Eddy dan Darren adalah anak kandungnya, dia terus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini.Namun, setelah berhari-hari, dia masih belum bisa memikirkan solusi yang sempurna.Dia tidak ingin kehilangan anaknya, juga tidak ingin membuat anak mana pun sedih.“Mama nggak akan mencampuri urusan kalian. Mama hanya memberi saran,” kata Farah perlahan. “Anak-anak dari keluarga Tanjaya harus mengenali asal usul mereka, dan mereka harus bernama belakang Tanjaya. Apa Rachel keberatan dengan hal ini?”Sudut bibir Rachel semakin tegang. “Bu, silakan katakan bagaimana menurut pendapat Ibu terlebih dahulu.”“Keturunan Keluarga Tanjaya harus diasuh dan dibesarkan s