“Tentang yang kamu bilang waktu itu sudah aku pikirkan baik-baik.”Ronald mendekati perempuan itu hingga jarak mereka tinggal sejengkal. Begitu lelaki itu berbicara, Rachel dapat merasakan aroma napas hangat lelaki itu. Dengan risih dia menggeser ke samping dan menoleh ke arah lelaki itu sambil bertanya, “Lalu apa jawaban Pak Ronald?”“Aku bisa jadi pacar kamu, tapi ….” Ronald menggantungkan ucapannya sesaat kemudian lanjut berkata, “Aku orangnya nggak bisa sandiwara, kecuali kamu bersedia jadikan aku kekasih beneran.”Apa?!Rachel langsung tercenung di tempat. Dia mengangkat pandangannya dan berkata, “Pak Ronald, nggak perlu sandiwara dan nggak perlu kamu melakukan apa pun. Kamu hanya perlu jadi kekasihku secara formalitas saja. Biarkan hakim percaya denganku saja sudah cukup.”“Kamu pikir hakim akan semudah itu ditipu?” balas Ronald sambil tersenyum miring.“Kamu perlu aku untuk jadi pacarmu buat memenangkan hak asuh anak. Aku juga perlu kamu untuk jadi kekasihku agar mamaku nggak ce
Tangan Ronald digenggam dengan erat oleh lelaki itu dan tidak bisa dilepas. Perempuan itu menggeram, “Kamu yang bilang hanya perlu bermesraan di depan mamamu saja, kamu yang mengingkar janji!”Dengan ekspresi datar dia berkata, “Darren dan Michelle ingin kita bersama, kamu mau buat dua anak itu kecewa?”Rachel menoleh dan menemukan Darren tengah berbicara dengan Michelle. Sorot mata kedua anak kecil itu tampak berbinar seperti cahaya di kegelapan malam. Entah kenapa hatinya menghangat. Dia meminta Ronald menjadi pacarnya karena untuk melengkapi kehilangan anak-anaknya ini.“Om Ronald, Om ngapain?!”Michael mendekat dan wajahnya terlihat emosi. Dia mendorong tangan Ronald dengan kuat dan berkata, “Lepaskan Mama aku!”Ronald tidak marah dan dia memilih untuk melepaskan tangan Rachel.“Mama, dia mengganggu Mama?” tanya Michael sambil menggeram. Umurnya terlihat tidak cocok dengan ekspresi yang sedang dia tunjukkan sekarang.“Nggak, Om Ronald nggak ganggu Mama,” jawab Rachel sambil mengelu
“Kalau gitu aku? Aku gimana? Aku boleh panggil Tante Rachel ‘Mama’ nggak?” tanya Darren.Ronald menggendong bocah perempuan itu sambil menjawab, “Selama Tante Rachel nggak keberatan, kamu boleh panggil apa pun.”Darren menatap Rachel dengan mata bulatnya dan dengan hati-hati serta penuh harap bertanya, “Tante, boleh nggak?”Hati Rachel berdegup dan matanya memanas. Sambil tersenyum dia berkata, “Tentu saja boleh!”“Wah! Aku juga sudah ada Mama! Aku senang sekali! Aku sudah ada Mama! Mama, Mama, Mama!”Darren berlari mengelilingi Rachel sambil berseru bahagia. Sedangkan Rachel menatapnya dengan lembut.Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya mendarat pada sosok dua orang anak yang berada selangkah di depan mereka. Michael dan Eddy, Michael terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri dan dikhawatirkan tidak semudah itu menerima tentang dirinya dan Ronald.Pulang nanti dia akan menjelaskannya secara perlahan pada anak itu. Sedangkan Edy ….“Eddy, kemari,” panggil Rachel sambil melambaikan t
Rachel menunduk dan membuat wajah perempuan itu terlihat semakin cantik dan indah. Kemeja putihnya yang dua kancing teratas terbuka mempertontonkan tulang perempuan itu serta kulit putihnya. Pemandangan tersebut tidak luput dari pandangan Ronald yang terpaku di sana.20 tahun lebih dalam hidupnya, Ronald selalu bisa mengendalikan dirinya. Meski ada perempuan tanpa busana di depannya, dia juga malas untuk merespons perempuan itu. Namun kenapa sekarang justru muncul imajinasi Rachel yang tengah melepaskan bajunya?Selama ini Ronald merasa dirinya lelaki yang berwibawa, detik ini juga dia menyadari ternyata di dalam dirinya juga ada sisi berengsek.“Aku bantu kamu pakai apron,” kata Ronald sambil mengambil apron dari laci dan mengikatnya di pinggang perempuan itu. Aroma lelaki itu yang begitu maskulin membuat Rachel seperti terperangkap dalam jaring tak kasat mata.Ketika pertama kali menghirup aroma tersebut, dia memang merasa takut. Akan tetapi setelah terbiasa, dia merasa baik-baik saj
“Papa, Mama suka makan kentang,” kata Michelle tiba-tiba. Dia menggunakan kedua tangannya untuk memangku dagunya dengan kedua matanya yang besar memandang Ronald dan Rachel bergantian.Rachel dibuat sedikit salah tingkah karena tatapan putrinya. Dia hanya berniat menjaga Eddy dan juga Darren, kenapa tiba-tiba menjadi bahan tontonan anak-anak ini?“Kentang yang aku cuci gimana? Cobain dulu rasanya,” kata Ronald sambil mengambil kentang dan meletakkannya di piring Rachel.Rachel hanya memilih menunduk dan memakan kentangnya. Entah kenapa dia merasa lima pasang mata yang ada di meja makan tengah menatapnya. Dia mengangkat wajah dan tertawa singkat sambil berkata, “Enak sekali.”Tentu saja masakannya enak, tidak ada hubungannya dengan lelaki ini yang hanya bertugas mencuci kentang. Setelah semua selesai makan, Rachel memutuskan untuk pulang karena mempertimbangkan perasaan Michael.Darren mendorong Ronald keluar dan berkata, “Papa, anterin Mama keluar. Jangan lupa kecupan perpisahan.”Suar
Alunan nada dari piano terdengar di balkon rumah. Rachel menggenggam tangan Michael dan dengan pelan berkata, “Setiap anak yang tumbuh dewasa seharusnya memiliki sosok seorang papa yang menemaninya. Kamu lihat Michelle setelah punya seorang papa, dia jauh lebih bahagia dibandingkan empat tahun terakhir-“Sebelum ucapannya selesai, Michael langsung memotongnya dan berkata, “Makanya Mama memilih bersama dengan Ronald demi aku dan Michelle?”Rachel melihat sikap anaknya yang sepertinya mulai berpikir yang tidak-tidak. Dia mengelus kepala Michael dan berkata, “Bukan, Mama hanya merasa Ronald itu sosok yang lumayan baik dan bisa bertanggung jawab. Dia juga sangat sayang anak-anak.”Mata Michael menggelap. Lelaki yang menghamili dua orang perempuan dalam waktu yang sama bisa dibilang bertanggung jawab? Lelaki seperti itu tidak pantas menjadi ayahnya dan juga Michelle.Akan tetapi, dia harus mengakui kalau penyakit adiknya sembuh karena lelaki itu.“Mama, aku dukung semua keputusan Mama. Aku
Shania sibuk memperkenalkan Kota Suwanda yang berubah selama dua tahun terakhir pada Farah. Sedangkan Farah hanya mendengarkan dalam diam dan sikap anggun serta elegannya. Terkadang dia juga bertanya pada Shania. Keduanya terlihat cukup dekat dan akur.Tanpa terasa mobil tiba di depan pintu masuk rumah Ronald. Pelayan langsung membuka pintu dengan sikap santunnya. Baru saja sebelah kaki Farah turun dari mobil, seorang lelaki tampan menhampiri perempuan itu dan berkata,“Nenek! Aku kangen sekali sama Nenek!”Darren menerjang masuk dalam pelukan Farah dan berkata dengan suara manja.Wajah dingin Farah langsung berubah lembut dan berkata, “Darren, kamu tambah tinggi dan sedikit gemuk. Akhirnya kakirumah buat kamu cocok dengan masakannya?”Darren nyaris mengatakan kalau masakan buatan Rachel yang rasanya sangat enak, tetapi ucapannya terhenti karena melihat satu sosok yang turun dari dalam mobil. Wajah mungilnya berubah keruh dan berkata,“Perempuan jahat! Kenapa kamu datang ke rumahku?!
Air mata Shania mengalir dengan deras. Dia membekap mulutnya dan sambil terisak berkata, “Kedua anak itu dari kecil sudah tumbuh di keluarga Tanjaya, aku juga jarang datang ke sini. Nggak heran kalau mereka nggak dekat denganku. Tante, jangan hukum Darren, dia akan semakin membenci aku. Sebaiknya aku pulang saja dan datang lagi besok untuk merayakan ulang tahun Tante.”“Tetap tinggal di sini,” ujar Farah dengan datar. Dia ingin melihat apa yang terjadi di antara Darren dan Shania. Kepala perempuan itu tertunduk dan sebersit senyum licik muncul di sana. Penantian selama empat tahun untuk bisa bermalam di rumah ini akan terwujud! Sepertinya sebentar lagi tujuannya akan tercapai.Di waktu yang sama, pintu ruang baca di lantai dua terbuka. Ronald keluar dari sana karena mendengar keributan di lantai bawah.“Ma, apa yang terjadi?” tanya Ronald sambil melirik Shania dengan sorot dingin.Farah menoleh ke arah Ronald dan berkata, “Apa yang terjadi dengan Darren? Sikapnya dengan ibunya sendiri