Hati Rachel yang dingin perlahan melunak.Dia memegang tangan Darren yang gemuk dan berisi, Lalu berkata dengan lembut, “Tante juga menyukaimu ....”Mata Darren berbinar terang, seolah ada galaksi yang bersinar di matanya.Rachel tidak tahan lagi. Dia tidak bisa menyangkal bahwa dia tidak akan bisa menahan tangisnya lagi.Dia membalik halaman album foto itu lagi, tersenyum lembut dan berkata, “Darren, coba ceritakan sesuatu yang menarik tentang kamu dan Eddy ketika kalian masih kecil.”Darren berbaring di pangkuan Rachel, memegang dagunya dan berkata. “Kak Eddy orangnya agak old fashion. Seperti orang dewasa. Nggak ada hal yang menarik sama sekali waktu kita masih kecil. Tante Rachel, meskipun kakakku itu orangnya membosankan, dia nggak memiliki niat buruk terhadap siapa pun. Dia sangat menyukai Michelle, jadi dia tidak mungkin menyerang ibunya Michelle. Kalaupun dia menyerang Tante, pasti ada kesalahpahaman di dalamnya.”Rachel membelai rambut anak itu, “Tante tahu Eddy nggak bermaksu
Ronald berkata dengan acuh tak acuh, “Hari ini adalah rapat peninjauan ketiga untuk proyek A-F. Sebagai penanggung jawab utama, kamu absen dari rapat penting ini. Bukankah kamu seharusnya memberikan penjelasan?”“Pak Ronald, aku telah memberikan semua materi rapat peninjauan ketiga ini kepada asistenku, Jenny. Dia selalu hadir dalam setiap event dan rapat sebelumnya. Dia nggak akan mengecewakan Bapak.”Suara di ujung telepon itu terdengar sangat tenang, sehingga Ronald bahkan bisa membayangkan seperti apa raut muka wanita itu saat mengatakannya.Dia terdiam sejenak, lalu berkata dengan santai, “Aku sudah membaca semua materi ulasannya. Sangat bagus, dan telah mencapai kondisi ideal yang aku mau. Aku akan mentraktirmu makan malam ini. Kamu ada waktu jam berapa?”Begitu Ronald mengatakan itu, semua orang di ruang rapat itu terkejut.Banyak mata langsung tertuju pada tumpukan dokumen yang ada di depan Jenny.Rapat belum dimulai dan materi terkait rapat peninjauan ini bahkan belum dibuka.
Eddy tahu bahwa Tanjaya Group akan mengadakan rapat peninjauan ketiga untuk proyek A-F hari ini. Dia sangat tertarik dengan teknologi inti yang digunakan proyek ini, jadi dia datang ke sini untuk mendengar isi rapat tersebut.“Rapatnya berakhir lebih awal,” kata Ronald datar, “Kalau ada pertanyaan, kamu tanya langsung saja pada Rachel.”Eddy mengerutkan bibirnya dan berkata, “Bukannya Tante Rachel nggak mau datang ke rumah kita kita lagi?”Wanita itu tidak mau memasak untuk Darren lagi, apalagi masuk ke rumah keluarga Tanjaya, karena dia sudah menyerang perusahaan Aurora Technology.Dia tidak bisa bertemu dengan Rachel di waktu lain, jadi dia hanya bisa ke sini dengan alasan kerjaan.Tak disangka, dia juga tidak bisa bertemu dengan wanita itu di sini.Ronald berkata dengan lembut, “Rachel ada di rumah kita sekarang, mau masak makan malam untuk Darren.”Eddy berkata dengan sedikit kaget, “Benarkah?”Ronald mengangguk. Lalu, dia tersenyum agak dingin dan berkata, “Kalau kamu nggak menyuk
Ronald tidak menyangka Rachel akan menyetujuinya begitu saja. Dia tersenyum dan berkata, “Oke.”Eddy yang duduk di kursi belakang bertanya, “Pa, apa kita mau ke sekolah untuk menjemput Michelle?”“Iya, jemput Michelle dan Michael.” Ronald menoleh dan berkata, “Kalau kamu nggak mau, kamu boleh turun kapan saja.”Eddy, “....”Sejak kapan dia menunjukkan bahwa dia tidak ingin pergi?“Aku sudah selesai menangani urusan perusahaan, jadi ayo pergi,” kata Eddy dengan cemberut.Mobil mereka melaju perlahan. Eddy melihat ke samping untuk melihat pemandangan yang mereka lewati di luar jendela. Dia merasa semakin kesal.Dia tidak tahu mengapa dia merasa seperti ini, yang jelas dia sangat kesal.Dua puluh menit kemudian, mobil mereka berhenti di pintu masuk taman kanak-kanak.Saat ini, masih ada waktu lima menit sebelum jam pulang sekolah.Bu Jes menutup telepon, berjalan di depan Michael, dan berkata sambil tersenyum, “Michael, ibumu baru saja meneleponku dan bilang dia ada sedikit urusan malam i
Mereka berempat pun masuk ke mobil.Ronald mengemudi di depan dan tiga anak duduk di kursi belakang.Ekspresi di wajah Eddy cukup lembut. Dia mengeluarkan segenggam permen warna-warni dari sakunya dan berkata, “Michelle, kamu suka rasa apa?”“Adikku nggak suka permen.” Michael menghalanginya dengan datar.Tangan Eddy membeku. Dia pun mengulurkan tangannya sedikit lebih jauh dan berkata, “Kalau Michelle nggak bisa makan, kamu saja yang makan.”Eddy menyematkan segenggam permen warna warni itu dengan paksa ke tangan Michael, sehingga Michael tidak punya kesempatan untuk menolak.“Darren suka makan rasa stroberi. Kamu bisa mencobanya,” kata Eddy dengan datar.Michael mengerutkan bibirnya dan berkata dengan lembut, “Terima kasih.”Dia biasanya tidak suka permen, tapi saat ini, dia mengupas bungkus permen merah muda rasa stroberi dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Rasa manis memenuhi mulutnya.Ternyata, permen rasa stroberi rasanya enak sekali.Ronald menyaksikan interaksi ketiga anak itu
Rachel sedang membereskan sampah sisa bahan masak di dapur. Ketika mendengar suara Eddy, dia langsung menoleh.Wajah kecil yang dingin dan acuh tak acuh itu perlahan mulai bertumpang tindih dengan wajah bayi kecilnya yang biru dan pucat empat tahun lalu.Ini adalah putra sulungnya. Putra yang langsung menutup matanya begitu dilahirkan.Air mata menggenang di mata Rachel.“Ma, ada apa?” Michael bergegas masuk ke dapur dan buru-buru menyeka air mata Rachel.“Nggak, nggak apa-apa!” Rachel menundukkan kepalanya untuk menahan air matanya, lalu berkata “Mama hanya mengusap mata Mama dengan tangan, padahal tadi baru potong cabai.”“Tante Rachel, sini aku tiup matanya.”Darren juga masuk ke dapur, dia bersandar di samping Rachel, mengerucutkan bibir dan meniup pelan.Michelle melangkah masuk ke dapur, memeluk lengan Rachel, dan ikut meniup.Hati Rachel terasa hangat. Dia memeluk ketiga anak itu ke dalam pelukannya dan berkata dengan lembut, “Mama baik-baik saja, nggak apa-apa.”Entah kenapa, p
Ronald memandang wajah Rachel dari samping.Dia pandai membaca hati orang, dan dia tahu bahwa wanita ini berbohong.Namun, dia tidak tahu mengapa wanita ini berbohong.Dia mengeluarkan beberapa tiket dari saku jasnya dan menyerahkannya pada wanita itu, “Aku ingin mengundang Michelle ke sebuah konser piano. Tiket ini untuk Sabtu sore. Apa kamu bisa meluangkan waktu?”Rachel menoleh.Konser in adalah konser bersama yang diadakan oleh beberapa pianis internasional terkenal. Sangat sulit mendapatkan tiketnya.Bisa-bisanya pria ini punya sebanyak itu?Kelihatannya, ada empat atau lima lembar.Dia mengerutkan bibirnya dan berkata, “Kalau Michelle setuju, aku nggak keberatan.”Ronald mengangkat alisnya sedikit.Mengapa wanita ini jadi begitu mudah dihadapi?Seolah-olah wanita dingin beberapa hari yang lalu itu hanyalah halusinasinya semata.“Zzzz. Zzzz.” Ponsel yang berada di lemari tiba-tiba bergetar.Rachel menoleh dan melihatnya. Telepon dari Andre.Dia mengelap tangannya dan mengangkat te
Eddy dan Darren. Dia sudah berutang empat tahun pada mereka. Bagaimana dia bisa pergi begitu saja?Dia ingin sekali merebut hak asuh atas kedua anak ini. Namun, dia tahu dia tidak memiliki kemampuan itu.Melawan Ronald sama saja dengan memukul batu dengan kerikil.“Ada apa? Apa yang kamu pikirkan?” Ronald menundukkan kepalanya sedikit dan menatap lurus ke mata Rachel yang memerah.Rachel meletakkan pisaunya, lalu mengangkat kepalanya. Matanya yang dingin dipenuhi dengan tekad.“Pak Ronald, jadilah pacarku.”“Apa?!” Mata Ronald membelalak kaget.Dia kira ada yang salah dengan telinganya. Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Rachel, katakan sekali lagi.”Rachel menatap mata pria itu dan berkata lagi, “Pak Ronald, kamu sudah mendengarnya tadi. Keluarga Chendrasa susah dilawan. Aku nggak ingin kehilangan hak asuh kedua anakku. Pengacaraku bilang, kalau aku berada dalam hubungan asmara yang cukup panjang dan stabil, itu akan sangat membantu dalam melawan mereka. Jadi, aku ingin memin