“Ayahku dan Michelle bukan Tony. Mama nggak perlu melawan keluarga Chendrasa di pengadilan.” Michael menunduk, “Maaf Ma, seharusnya aku memberitahu Mama lebih awal.”Tenggorokan Rachel kering dan serak. Dia akhirnya berhasil mengeluarkan beberapa kata, “Kamu sudah tahu sejak lama?”Michael mengangguk, “Aku sudah lama mencurigainya. Hanya saja, lama sekali nggak melakukan tes DNA.”Rachel mengingat bagaimana Michelle memanggil Ronald dengan sebutan “Papa”. Hatinya bergetar. “Apa Michelle juga tahu Ronald adalah ayah kalian?”“Michelle nggak tahu.” Michael mengerutkan bibirnya dan berkata, “Tapi, Michelle sangat menyukai Om Ronald, dan dia sangat ingin Om Ronald menjadi ayahnya. Tapi, kurasa Om Ronald juga nggak tahu kalau aku dan Michelle adalah anaknya.”Rachel menutup matanya.Pikirannya kacau. Segala macam pikiran muncul di benaknya.Tony Chendrasa bukan ayah dari anak-anaknya, yang artinya dia tidak perlu melawan pria itu di pengadilan lagi... Namun, jika Ronald mengetahui identit
Jam delapan pagi.Setelah mengantar anak-anaknya ke sekolah, Rachel langsung menyetir mobilnya ke rumah keluarga Tanjaya.Dia masih di dalam mobil. Setelah melihat tidak ada mobil Ronald di halaman vila, dia membuka pintu dan turun.Halaman itu kosong di pagi hari. Bahkan tidak ada seorang pelayan pun yang terlihat.Rachel berdiri di luar pagar dan membunyikan bel pintu.Hilmi datang untuk membukakan pintu dan terkejut melihatnya berdiri di luar, “Bu Rachel, kenapa Ibu datang di sini? Silakan masuk.”Tadi malam, Darren dan Eddy bertengkar hebat, sehingga suasana dalam keluarga sangat suram.Bu Rachel datang di sini hari ini. Darren pasti akan sangat senang.Hilmi memerintahkan pelayan untuk membawakan teh untuk Rachel, lalu berkata sambil tersenyum, “Darren masih malas-malasan di tempat tidur. Aku akan pergi dan membangunkannya.”Rachel tidak mengatakan apa-apa, hanya duduk di ruang tamu sambil meminum tehnya dengan tenang.“Apa? Tante Rachel ada di sini? Kakek Hilmi, Kakek nggak berbo
Dia bersyukur kedua putranya masih hidup.Ternyata mereka masih hidup. Untunglah mereka masih hidup.Ini adalah anugerah dari Tuhan untuknya.“Tante Rachel, ada apa?”Darren sedikit terengah-engah karena pelukan Rachel yang begitu erat, tetapi dia tidak berani mengatakan apa-apa, karena dia takut pelukan seperti itu akan cepat berakhir.Namun, di detik berikutnya, dia merasakan air mata jatuh di pipinya.Dia mengangkat kepalanya dan melihat mata Rachel berair, dan air matanya jatuh dengan deras.Dia ketakutan dan bingung. “Tante Rachel, ada apa? Apa aku melakukan kesalahan lagi? Maaf, Tante Rachel, aku nggak akan bersikap lancang lagi.”Dia buru-buru menarik diri dari pelukan Rachel.Hati Rachel terasa pedih lagi.Beberapa hari ini, dia sengaja tidak datang ke rumah keluarga Tanjaya. Dia sengaja mengabaikan Darren. Dia tidak bisa membayangkan betapa sedihnya anak ini.Ini anaknya, bukan anaknya Shania!Bisa-bisanya dia menghukum putranya yang berharga ini. Dia sudah terlalu banyak bers
Hati Rachel yang dingin perlahan melunak.Dia memegang tangan Darren yang gemuk dan berisi, Lalu berkata dengan lembut, “Tante juga menyukaimu ....”Mata Darren berbinar terang, seolah ada galaksi yang bersinar di matanya.Rachel tidak tahan lagi. Dia tidak bisa menyangkal bahwa dia tidak akan bisa menahan tangisnya lagi.Dia membalik halaman album foto itu lagi, tersenyum lembut dan berkata, “Darren, coba ceritakan sesuatu yang menarik tentang kamu dan Eddy ketika kalian masih kecil.”Darren berbaring di pangkuan Rachel, memegang dagunya dan berkata. “Kak Eddy orangnya agak old fashion. Seperti orang dewasa. Nggak ada hal yang menarik sama sekali waktu kita masih kecil. Tante Rachel, meskipun kakakku itu orangnya membosankan, dia nggak memiliki niat buruk terhadap siapa pun. Dia sangat menyukai Michelle, jadi dia tidak mungkin menyerang ibunya Michelle. Kalaupun dia menyerang Tante, pasti ada kesalahpahaman di dalamnya.”Rachel membelai rambut anak itu, “Tante tahu Eddy nggak bermaksu
Ronald berkata dengan acuh tak acuh, “Hari ini adalah rapat peninjauan ketiga untuk proyek A-F. Sebagai penanggung jawab utama, kamu absen dari rapat penting ini. Bukankah kamu seharusnya memberikan penjelasan?”“Pak Ronald, aku telah memberikan semua materi rapat peninjauan ketiga ini kepada asistenku, Jenny. Dia selalu hadir dalam setiap event dan rapat sebelumnya. Dia nggak akan mengecewakan Bapak.”Suara di ujung telepon itu terdengar sangat tenang, sehingga Ronald bahkan bisa membayangkan seperti apa raut muka wanita itu saat mengatakannya.Dia terdiam sejenak, lalu berkata dengan santai, “Aku sudah membaca semua materi ulasannya. Sangat bagus, dan telah mencapai kondisi ideal yang aku mau. Aku akan mentraktirmu makan malam ini. Kamu ada waktu jam berapa?”Begitu Ronald mengatakan itu, semua orang di ruang rapat itu terkejut.Banyak mata langsung tertuju pada tumpukan dokumen yang ada di depan Jenny.Rapat belum dimulai dan materi terkait rapat peninjauan ini bahkan belum dibuka.
Eddy tahu bahwa Tanjaya Group akan mengadakan rapat peninjauan ketiga untuk proyek A-F hari ini. Dia sangat tertarik dengan teknologi inti yang digunakan proyek ini, jadi dia datang ke sini untuk mendengar isi rapat tersebut.“Rapatnya berakhir lebih awal,” kata Ronald datar, “Kalau ada pertanyaan, kamu tanya langsung saja pada Rachel.”Eddy mengerutkan bibirnya dan berkata, “Bukannya Tante Rachel nggak mau datang ke rumah kita kita lagi?”Wanita itu tidak mau memasak untuk Darren lagi, apalagi masuk ke rumah keluarga Tanjaya, karena dia sudah menyerang perusahaan Aurora Technology.Dia tidak bisa bertemu dengan Rachel di waktu lain, jadi dia hanya bisa ke sini dengan alasan kerjaan.Tak disangka, dia juga tidak bisa bertemu dengan wanita itu di sini.Ronald berkata dengan lembut, “Rachel ada di rumah kita sekarang, mau masak makan malam untuk Darren.”Eddy berkata dengan sedikit kaget, “Benarkah?”Ronald mengangguk. Lalu, dia tersenyum agak dingin dan berkata, “Kalau kamu nggak menyuk
Ronald tidak menyangka Rachel akan menyetujuinya begitu saja. Dia tersenyum dan berkata, “Oke.”Eddy yang duduk di kursi belakang bertanya, “Pa, apa kita mau ke sekolah untuk menjemput Michelle?”“Iya, jemput Michelle dan Michael.” Ronald menoleh dan berkata, “Kalau kamu nggak mau, kamu boleh turun kapan saja.”Eddy, “....”Sejak kapan dia menunjukkan bahwa dia tidak ingin pergi?“Aku sudah selesai menangani urusan perusahaan, jadi ayo pergi,” kata Eddy dengan cemberut.Mobil mereka melaju perlahan. Eddy melihat ke samping untuk melihat pemandangan yang mereka lewati di luar jendela. Dia merasa semakin kesal.Dia tidak tahu mengapa dia merasa seperti ini, yang jelas dia sangat kesal.Dua puluh menit kemudian, mobil mereka berhenti di pintu masuk taman kanak-kanak.Saat ini, masih ada waktu lima menit sebelum jam pulang sekolah.Bu Jes menutup telepon, berjalan di depan Michael, dan berkata sambil tersenyum, “Michael, ibumu baru saja meneleponku dan bilang dia ada sedikit urusan malam i
Mereka berempat pun masuk ke mobil.Ronald mengemudi di depan dan tiga anak duduk di kursi belakang.Ekspresi di wajah Eddy cukup lembut. Dia mengeluarkan segenggam permen warna-warni dari sakunya dan berkata, “Michelle, kamu suka rasa apa?”“Adikku nggak suka permen.” Michael menghalanginya dengan datar.Tangan Eddy membeku. Dia pun mengulurkan tangannya sedikit lebih jauh dan berkata, “Kalau Michelle nggak bisa makan, kamu saja yang makan.”Eddy menyematkan segenggam permen warna warni itu dengan paksa ke tangan Michael, sehingga Michael tidak punya kesempatan untuk menolak.“Darren suka makan rasa stroberi. Kamu bisa mencobanya,” kata Eddy dengan datar.Michael mengerutkan bibirnya dan berkata dengan lembut, “Terima kasih.”Dia biasanya tidak suka permen, tapi saat ini, dia mengupas bungkus permen merah muda rasa stroberi dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Rasa manis memenuhi mulutnya.Ternyata, permen rasa stroberi rasanya enak sekali.Ronald menyaksikan interaksi ketiga anak itu