Ronald berkeliling dari luar dan setelah itu masuk kembali ke dalam ballroom. Pemandangan pertama yang menghampirinya adalah sosok seorang perempuan yang tengah dikelilingi oleh banyak lelaki.Perempuan itu memiliki kulit seputih susu. Cahaya lampu yang menerpa wajahnya menunjukkan rona merah di pipinya dan juga membuat bibir merahnya berkilat. Perempuan itu mengenakan gaun terusan berwarna putih yang simpel dengan model ketat hingga ke daerah pinggang.Kedua kaki jenjangnya berdiri di atas sepatu hak dengan betis yang begitu ramping dan mulus.Sedetik kemudian Ronald paham kenapa orang-orang banyak yang tertarik dengan bagian tungkai milik perempuan. Karena ternyata ada beberapa orang yang memiliki kaki indah hingga membuat orang lain sulit mengalihkan tatapannya.Dia menyesap minumannya dan menarik pandangannya dengan berat hati. Akan tetapi dia menemukan senyuman Rachel yang menghiasi wajah indah perempuan itu. Rachel tengah tersenyum dengan para lelaki yang mengelilingi.Sebersit p
Rachel terdiam mendengar ucapan lelaki itu. Kalau dia tidak salah mengingatnya, seharusnya Shania cukup mementingkan ketampanan seseorang. Kalau Alec memiliki wajah yang cukup menarik, kemungkinan dia akan sedikit memercayai ucapan Ronald.Akan tetapi, berdasarkan pengetahuan dia akan sosok Shania seharusnya perempuan itu tidak akan tertarik dengan lelaki yang botak. Ronald hanya menatap mata Rachel yang memancarkan sorot curiga.Dia menyesap alkohol tersebut satu teguk kemudian mengalihkan topik dengan berkata, “Bagaimana dengan Michelle?”Waktu itu setelah perempuan ini menggendong anak kecil tersebut, dia sudah tidak pernah menghubunginya lagi. Ronald merasa sedikit khawatir dengan keadaan Michelle. Awalnya Rachel ingin menyahuti lelaki itu bahwa tidak ada hubungannya dengan Ronald.Akan tetapi, lelaki ini lah yang membawa Michelle mandi dan mengganti bajunya.Rachel hanya menjawab dengan datar, “Baik-baik saja.”“Aku kenal dengan dokter spesialis yang khusus mengobati autisme pada
“Tante Rachel, aku kangen Tante ….”Darren terisak hebat sambil memeluk leher Rachel dengan erat. Dia menyembunyikan wajahnya di bahu perempuan itu dengan tangis yang tidak berhenti. Mendengar suara tangis seseorang membuat Michael berjalan keluar.Ketika dia melihat sosok Darren, sorot matanya berubah dingin dan bertanya, “Kenapa kamu masih nggak pergi?!”Rachel memeluk Darren sambil bertanya dengan kening berkerut, “Ada apa sebenarnya?”“Tante Rachel, aku datang mencari Tante tapi dia nggak mengizinkan aku masuk. Dia mengusirku keluar,” lapor Darren dengan suara yang masih terisak.“Aku kangen sama Tante Rachel, kangen juga sama Michelle, aku hanya ingin datang untuk bertemu kalian dan nggak akan berbuat jahat.”Satu jam yang lalu, Darren mengetuk rumahnya dan memaksa untuk masuk ke dalam. Asisten pamannya sudah diminta pulang oleh Michael sedari tadi. Di rumah hanya tersisa dia dan adiknya saja. Oleh karena itu Michael tidak mungkin membiarkan orang lain masuk ke rumah dengan sembar
Dia tidak mengerti kenapa Darren selalu menempel pada dirinya. Rachel menatap wajah memelas milik bocah itu dan teringat kembali pada kejadian malam kemarin. Michelle diam-diam kabur dari sekolah demi mencari Ronald, sedangkan sekarang Darren melakukan hal yang sama untuk mencarinya.Ada apa ini sebenarnya?Kepala Rachel nyaris pecah karena bingung dengan pikirannya sendiri. Dia mengelus rambut Darren yang dipenuhi oleh dedaunan dan tanah. Dengan pasrah dia menggendong bocah itu dan berkata,“Papa kamu akan tiba 20 menit lagi. Tante bawa kamu mandi dulu.”Ronald pernah memandikan Michelle, anggap saja dia membalasnya dengan memandikan Darren. Michael mengikuti langkahnya dan berkata, “Ma, dia sudah berusia empat tahun dan sudah bisa mandi sendiri.”Darren menghirup aroma Rachel yang membuatnya sangat tenang hingga tidak rela melepaskan gendongan perempuan itu. Bocah tersebut memeluk leher Rachel dengan erat dan berkata, “Aku nggak bisa mandi dan lepas baju! Tante Rachel bantuin aku!”“
“Siapa yang mengerjaimu? Kamu yang nggak bisa kira-kira isi air di bathtub tapi kamu malah menyalahkan aku,” jawab Michael sambil tersenyum miring.Dia merupakan sosok yang penurut dan dewasa di mata Rachel dan Bu Jessy. Akan tetapi sekarang dia justru terlihat sangat mirip sekali dengan Ronald. Senyum dingin dan sedikit misterius dengan tatapan yang terkesan sinis.Darren yang selama ini bersikap seperti tidak takut pada apa pun, sekarang wajahnya terlihat memerah. Dia datang untuk mencari Rachel, bukan untuk ditindas! Darren yang merupakan iblis kecil di keluarga Tanjaya tentu saja tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh orang lain.Lelaki kecil itu melangkah keluar dari dalam bathtub dan langsung menarik pintu kamar mandi. Akan tetapi Michael menghentikannya dengan berdiri di depan Darren sambil berkata, “Kamu janji satu hal denganku, aku akan membiarkanmu keluar.”Darren terlihat sangat marah dan rasanya ingin sekali berantem dengan Michael. Akan tetapi tubuhnya yang tidak menge
Michael mengepalkan tangannya. Ini pertama kalinya Rachel berbicara dengan nada suara menyalahkan seperti ini pada dirinya. Semua ini karena Darren!Dia menggigit bibir dalamnya dan menunduk sambil mengakui kesalahannya, “Maaf, Ma. Aku yang salah.”“Michael, kamu temenin adik kamu untuk cerita dongeng. Mama yang mandiin Darren.”Rachel menggendong Darren masuk ke dalam kamar mandi lagi dan menutup pintu tersebut. Sedangkan Michael hanya melirik pintu sekilas kemudian berbalik menuruni anak tangga. Sekitar sepuluh menit kemudian, Rachel turun ke lantai bawah dengan menggendong Darren.“Michael, Mama meminjamkan baju kamu. Kamu nggak keberatan, bukan?”“Darren, baju ini cocok untukmu, anggap saja sebagai hadiah permintaan maafku padamu,” kata Michael sambil menoleh ke arah bocah itu.Darren tidak ingin mengenakan pakaian milik Michael. Akan tetapi kalau dia tidak bersedia, maka dia tidak memiliki baju lagi. Atau mungkin hanya tersisa rok milik Michelle saja.Rachel menepu kepala Darren d
Ronald berdiri di depan rumah Rachel. Dari tempatnya sekarang, lelaki itu bisa melihat pemandangan di ruang tamu rumah tersebut. Di bawah temaram lampu yang sedikit kekuningan, ketiga anak di dalam sana tengah duduk di karpet dan bermain puzzle.Rachel tengah duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di laptop miliknya. Perempuan itu kerap menoleh ke arah tiga bocah di karpet hanya untuk sekedar memantau mereka saja. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seulas senyum lembut.Pemandangan tersebut sungguh sangat menghangatkan hati hingga membuat Ronald sedikit tidak rela merusaknya. Dia berpikir sesaat kemudian menekan tombol bel.Ting Tong!Wajah Rachel terangkat ke atas dan dia meletakkan laptopnya kemudian berjalan ke arah pintu. Rachel melihat sesosok lelaki di depan sana dan berkata, “Pak Ronald, untuk kedua kalinya putramu datang mencariku.”Ronald diam dan tidak menyahutinya. Sebenarnya kalau dihitung-hitung yang kali ini sudah ketujuh atau kedelapan kalinya. Ada beberapa kali ak
Sampai dia berusia empat tahun, ayahnya belum pernah berbicara dengannya dengan nada bicara seperti itu. Kalau saja ayahnya bisa bersikap sedikit lebih lembut dan sabar, dia juga tidak akan berpikiran untuk kabur dari rumah.Dia melirik ke arah gadis kecil yang cantik itu dan sebuah pemikiran tercetus di kepalanya. Kalau dia memiliki raut wajah yang menarik seperti Michelle, ayahnya pasti akan menyukainya juga. Sayangnya dia memiliki wajah yang sangat jelek!Michelle membuang kepingan puzzle di tangannya dan bangkit berdiri. Bocah itu menatap Ronald dan melangkahkan kakinya. Baru satu langkah, raut wajahnya terlihat ragu-ragu dan menarik langkahnya lagi.Gadis itu menunduk dan menatap ke arah Michael dengan takut-takut. Tidak ada yang mengerti dengan tatapan itu, tetapi Michael dapat langsung mengetahuinya dengan jelas. Dia dulu pernah mengatakan pada adiknya bahwa lelaki di depan itu tidak pantas mendapatkan kasih sayang mereka.Oleh karena itu Michelle terlihat sedikit ragu-ragu. Per