Michael tersenyum tipis sambil mengusap kepala Selena dengan tangannya. Matanya yang hitam tampak luar biasa indah di bawah sinar matahari siang ini.“Naiklah! Nanti aku akan telepon kamu,” ujar Michael. Selena mengangguk lalu berbalik dan bergegas kembali ke apartemennya. Selena merasa hari ini bagaikan sebuah mimpi di siang hari, bahkan dia sampai lupa menekan tombol lantai apartemennya setelah dia masuk ke dalam lift. Jadi, dia berada di dalam lift cukup lama dan tidak menyadari kalau lift itu tidak bergerak sama sekali. Selena menarik napas dalam-dalam sambil memegangi pipinya setelah melihat wajahnya yang memerah di dalam cermin yang berada di dalam lift. Bahkan wajahnya juga terlihat semakin memerah ketika dia teringat akan kata-kata Michael yang mengatakan kalau dia akan menelepon Selena nanti. Namun, Selena tiba-tiba teringat kalau dia tidak memberikan nomor teleponnya kepada Michael. Jadi, bagaimana mungkin Michael bisa menghubunginya? Selena langsung memukul kepalanya deng
Orang-orang yang tidak ada di rumah keluarga Tanjaya saat ini adalah Nadira kekasih dari Eddy, Laura kekasih Darren, Anji kekasih Michelle dan tentu saja Kevin yang merupakan kekasih Nana. Nana langsung tersenyum bahagia ketika teringat akan Kevin. Karena sekarang masalah besar di antara mereka akhirnya sudah berhasil terpecahkan. Nana merasa penasaran, apa mungkin Kevin akan melamarnya ketika ayah dan ibunya masih berada di kota ini?Nana langsung tersipu malu ketika memikirkan hal ini. “Ck , ck ….” Michael sepertinya langsung bisa memahami isi pikiran Nana hanya dengan melirik gadis itu sebentar saja. “Kalian sudah pulang?” sapa Rachel yang baru keluar dari rumah kaca sambil tersenyum ramah ke arah kedua anaknya. “Papa kalian bilang kalau malam ini seluruh keluarga kita akan makan malam bersama agar kalian bisa menceritakan keadaan kalian saat ini pada kami,” lanjut Rachel.“Oke, Ma,” jawab Michael sambil tersenyum tipis. Nana bergegas melangkah maju lalu memeluk pinggang Rachel
Sekitar satu setengah jam kemudian, seluruh anggota keluarga Tanjaya duduk di depan meja makan. Nana dan Darren terlihat sudah tidak bisa lagi menahan nafsu mereka untuk menyantap makanan yang terhidang di meja makan. Kedua orang itu dengan cepat mengambil sendok dan garpu lalu menyantap makanan yang ada di hadapan mereka dengan sangat lahap. Anggota keluarga yang lain masih berusaha untuk tetap menjaga keanggunan mereka. Namun, gaya makan mereka tetap terlihat berbeda dari biasanya. Karena kecepatan makan mereka lebih cepat daripada biasanya. “Wah, enak banget!” seru Nana sambil mengunyah daging di mulutnya.Kemudian dia kembali berkata, “Ma, masakan Mama jauh lebih enak daripada koki-koki terkenal itu. Aku sudah lama nggak makan masakan Mama.”Rachel tersenyum tipis sambil memasukkan daging ikan ke dalam mangkuk Nana seraya berkata, “Makanlah yang banyak kalau kamu memang suka. Makanan baik untuk tubuhmu.”Nana memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya tanpa rasa sungkan sedikit pun
Michael juga ikut berkata dengan nada jijik, “Ingusnya menempel di baju orang tuaku!”“Nggak apa-apa! Papa dan Mama nggak akan benci sama aku. Bagaimanapun juga aku adalah anak yang sangat perhatian sama orang tuaku,” balas Darren sambil tersenyum. “Kamu tuh sudah besar. Dasar nggak tahu malu,” ujar Ronald sambil melirik Darren. Walaupun Ronald melontarkan kata-kata penuh sindiran, dia tetap tidak mendorong Darren untuk menjauh dengan nada suara yang terdengar manis di telinga. “Kenapa kamu nggak bisa tumbuh dewasa, sih?” tanya Rachel sambil tersenyum. Tawa keluarga itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya mereka teringat kembali akan makanan mereka yang lezat. Mereka semua kembali ke kursi masing-masing lalu melanjutkan makan setelah semua gelak tawa itu usai. Keluarga itu tidak lupa membicarakan tentang urusan bisnis ketika makan malam mereka hampir usai. “Ma, Pa, ada hal yang mau aku bicarakan dengan kalian. Aku … mau menikah,” ujar Eddy dengan nada suara gugup. “Menikah?!”
Semua orang tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Darren. “Darren, kamu harus menunggu sampai kamu dewasa baru kamu bisa membicarakan soal pernikahan. Kamu ini kan masih kecil,” ujar Rachel sambil tersenyum. Bagi mereka, Darren masih seperti seorang anak kecil. Mungkin dia berpikir semua orang tampak bergembira setelah Eddy menyatakan kalau dia ingin menikah. Oleh karena itu, dia juga ingin menambah kebahagiaan dalam keluarganya. “Nggak, kok! Aku sudah dewasa dan bukan anak kecil lagi!” gumam Darren kesal. Kemudian dia menarik pakaian Rachel seraya berkata dengan nada manja, “Ma, aku juga benar-benar mau menikah. Aku juga sudah punya pacar, loh. Nama pacarku Laura. Aku dan dia punya visi dan misi yang sama. Kami berdua benar-benar serasi.”Rachel dan Ronald sangat terkejut setelah mendengar perkataan Darren yang sangat serius. Jadi, Darren bersungguh-sungguh dengan perkataannya ini? Lalu siapa Laura?Anak bodoh ini tidak mungkin berbohong, kan?Ronald dan Rachel salin
“Apa?!” Seluruh anggota keluarga Tanjaya dibuat terkejut dengan pernyataan Michael.“Hah?!” Tidak terkecuali Nana. Michael pasti sedang asal bicara sekarang. Rachel tiba-tiba tersenyum lalu berkata, “Nana, apa kamu punya calon yang cocok buat Kak Michael?”Namun, Ronald justru mengerutkan keningnya lalu berkata dengan nada kesal, “Kamu nih masih kecil, kenapa sih isi otakmu cuma percintaan saja? Lebih baik kamu banyak-banyak belajar dan berbisnis. Semua itu jauh lebih penting daripada percintaan.”Nana hampir menangis setelah mendengar perkataan tajam ayahnya lalu dia pun berkata, “Aku nggak ….”Kemudian Nana menatap ke arah Michael yang terlihat sama sekali tidak peduli dengannya. Akhirnya, Nana memicingkan matanya lalu mengeluarkan taringnya seraya berkata, “Aku ingat kalau aku punya calon yang cocok untuk Kak Michael.”Seluruh anggota keluarga Tanjaya yang lain benar-benar terkejut dengan jawaban Nana. “Siapa perempuan itu, Nana? Gimana Perempuan itu menurutmu? Apa Kak Michael m
Ronald sempat terdiam lalu berkata, “Apa kamu yakin kalau Michael akan benar-benar patah hati?”Berdasarkan pemahaman Ronald tentang sosok Michael, anak ini pastinya sudah mengumpulkan banyak informasi tentang gadis itu. Jadi, hampir tidak mungkin gadis itu bisa menolak Michael. “Aku yakin dia pasti hancur kalau sampai patah hati! Walaupun dia kelihatannya kuat dan cuek, tapi nyatanya dia adalah laki-laki berhati lembut. Dia pasti hanya akan diam dalam kepedihannya kalau sampai dia merasakan patah hati. Dia pasti nggak akan bilang apa pun sama orang lain, termasuk kita” balas Rachel sedih. Ronald merasa sedikit bingung. Entah mengapa, sosok Michael di mata Rachel dan di mata Ronald benar-benar jauh berbeda. Jadi, apa yang harus mereka lakukan sekarang?Menurut pandangan Ronald, Michael pastinya akan membalas orang yang sudah menghancurkan hatinya dan tidak akan menikmati luka itu sendirian dalam diam. Michael memang anaknya yang berhati lembut, tapi anak itu juga merupakan yang palin
Nana dan Michelle langsung memasang wajah gelap untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, Ronald justru terlihat senang seakan dia ingin mengatakan kalau kedua anak perempuannya lebih baik tidak menikah karena ayahnya akan selalu menjaga mereka. “Sudahlah, sekarang Mama hanya perlu menunggu kabar baik dari Eddy dan Darren,” ujar Rachel sambil mengusap kepalanya. Kemudian perempuan paruh baya itu menghela napasnya lalu kembali berkata, “Michael, Mama juga nggak akan maksa kamu ….”Wajah Michael seketika berubah gelap. Ibunya tercinta yang penuh kasih sayang sekarang sudah tampak putus asa padanya dan Michael bisa melihat semua itu dari ekspresi wajahnya. Michael buru-buru menyeka bibirnya dengan serbet lalu tersenyum kecil seraya berkata, “Pa, Ma, aku sudah selesai makan. Aku mau keluar dulu sebentar karena ada urusan yang harus aku urus.”Nana mengedipkan matanya ke arah Michelle seakan berkata, “Kak Michael marah dan mau melarikan diri.”Michael menatap Nana lalu berkata kepada ga