(Tok.. Tok.. Tok..) Di pagi hari yang tenang. Suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu. Suara tersebut sedikit menyeramkan. Dikarenakan masih sedikitnya tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi. (Tok.. Tok.. Tok..) Suara ketukan kembali terdengar. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Hal tersebut membuat gadis kecil yang masih bergelung di dalam selimut merasa sedikit terusik. (Tok.. Tok.. Tok..) Ini adalah ketukan ketiga. (Tok.. Tok.. Tok..) Ketukan keempat. (Tok.. Tok.. Tok..) Ketukan kelima. Kalista yang sebelumnya ingin mengabaikan ketukan di pintu kamarnya pada akhirnya harus memaksa dirinya untuk bangkit. Sepertinya, si pengetuk tidak akan menyerah sampai dibukakan pintu. Dan dia sebagai korban menjadi satu-satunya yang dirugikan dalam masalah ini. (Ceklek.) “Kenapa mengetuk sepagi ini?” Kalista bertanya tanpa basa-basi. Di mansion ini, hanya ada satu orang yang berani mengetuk pintu kamar pemilik rumah dengan begitu bersemangat. Seseorang yang tanpa tahu malu
Matahari telah muncul dengan begitu indahnya. Menyinari setiap tempat yang terjamah oleh cahayanya. Burung-burung berkicau seolah saling beradu nyanyian termerdu. Di bawah pohon yang rindang, tampak seorang gadis kecil yang tengah duduk di salah satu bangku alun-alun ibukota. Jubah panjang berwarna coklat muda menutupi tubuhnya yang kecil. Kesan yang terlihat tidak mewah, namun juga tak seperti rakyat jelata yang kekurangan uang. Kalista telah menggunakan sihir teleportasi berkali-kali. Berjalan ke sana dan ke mari untuk menemukan penipu yang menjebaknya mengelilingi ibukota. Sayangnya, sampai saat ini Ia masih belum menemukan si berandal licik. Yang ada, tubuhnya kelelahan setelah berjalan cukup lama dengan sihir yang terus digunakan. Di saat seperti ini, aroma daging lezat yang tengah dipanggang tercium. Membuat perut yang belum diisi menabuh genderang perang. Kelelahan, kelaparan dan kehabisan mana sihir. Tiga kombinasi tersebut berhasil membuat Kalista menghentikan pencariannya
(Tap.) (Tap.) (Tap.) Kalista berjalan dengan tenang. Layaknya seorang bangsawan yang selalu mempertahankan keanggunan dalam setiap perilakunya. Tujuan utama gadis itu adalah berpura-pura melewati meja milik pemuda berambut pirang di sebelah kanan barisan. Langkah demi langkah diambil. Punggung lurus dengan tatapan mata ke depan. Semakin dekat Kalista dengan tempat tujuannya, gadis itu merasa ada sesuatu yang salah. “Apa restoran memang biasanya sesunyi ini?” batin Kalista. Saat Kalista hampir sejajar dengan pemuda berambut pirang yang duduk membelakanginya, tiba-tiba pemuda itu menengok ke arah Kalista. Membuat keduanya saling menatap. Saat itu, mata sang nona muda segera berkontraksi. Hal tersebut dikarenakan Ia mengetahui siapa pemilik wajah yang tengah menatapnya, “Kenapa dia ada di sini?”Sebelum Kalista dapat bereaksi, tanganya telah dipelintir. Membuat gadis kecil itu harus menekuk lututnya karena tekanan berat dari orang di belakangnya. “Hentikan Robert!”“Jangan menya
“Saya minta maaf, Yang Mulia. Benda itu terlihat sangat berharga. Saya tidak mempunyai keberanian untuk menerima benda seperti itu dari Yang Mulia. ” Kalista mencoba menolak secara halus. Tidak ada hal bagus jika terseret ke dalam politik kerajaan. Pemuda di depannya mungkin terlihat ramah dan baik hati. Namun jika dirinya tenggelam pada perlakuan baik yang semu itu, tak ada bedanya dengan dirinya di masa lalu. Dia yang dulu jatuh cinta pada orang yang hanya ingin memanfaatkan dirinya pasti akan merutuki kebodohannya jika kembali jatuh pada hal yang sama. Itu seperti keluar dari mulut buaya dan masuk ke dalam mulut harimau. Itu sebabnya lebih baik bagi dirinya untuk menghindari segala situasi yang berhubungan dengan putra mahkota. Karena belajar dari pengalamannya, dia tahu pemuda di hadapannya tidak sebaik kelihatannya. “Nona Ruliazer. Apa menurut Anda benda itu lebih berharga dari ketulusan saya?” tanya putra mahkota. “Saya tidak berani mempertanyakan ketulusan Yang Mulia Putr
Tampak seorang lelaki tua yang tengah mendorong sebuah gerobak. Meski tubuhnya terlihat tua dan renta, namun Ia sama sekali tak kesulitan untuk melakukannya. Lelaki itu membawa gerobaknya melewati lorong sepi. Sebelum sampai di kedai kecil yang memiliki sedikit pengunjung. Sinar mentari mengintip dari celah bayang-bayang. Memperlihatkan wajah si lelaki tua pendorong gerobak. Mata bundar, hidung kecil dan bintik-bintik hitam di bawah area mata. Jika Kalista berada di sana, dia akan tahu jika lelaki tua itu adalah penjual daging panggang yang sebelumnya Ia temui. Sesaat sebelum gerobak berhenti, sebuah keajaiban terjadi. Lelaki tua yang sebelumnya terlihat berubah menjadi seorang pemuda tampan. Setelah memarkirkan gerobak di tempat yang aman, pemuda itu masuk ke dalam kedai. Tempat kecil itu hanya memiliki satu orang pelanggan di sudut. Dengan perabot sederhana dan bangunan yang reyot, tempat itu tampak bisa rubuh kapan saja. “Permisi, Kakek.” si pemuda tampan menghampiri pelanggan
"Nona Muda!!” Leon memanggi dengan cukup keras. Bahkan, panggilan tersebut sampai membuat gadis yang dicurigai sebagai nona muda dari Keluarga Ruliazer menengok. Sebenarnya, bukan hanya gadis itu saja yang melihat ke arah sumber suara. Beberapa orang yang penasaran juga ikut mengarahkan pandangan mereka pada pemuda tampan berambut hitam. Di sisi lain, Kalista yang akhirnya bisa keluar dari restoran yang diperkirakan milik putra mahkota merasa sedikit lega. Setidaknya, dia masih dapat menghirup udara segar. Dalam kehidupan pertamanya, dia mati muda. Itu sebabnya dia tidak bisa menyaksikan secara langsung siapa yang pada akhirnya berhasil menduduki tahta. Namun dalam hati, Ia yakin jika sosok yang baru ditemuinya adalah pemenang akhir dari perebutan tahta. Ada satu hal yang membuatnya berpikiran seperti itu. Dulu, semasa orang-orang dari pihaknya mengirim seseorang untuk merayu putra mahkota, tidak ada satu orangpun yang berhasil keluar dari istana putra mahkota. Namun, selalu ada
Roselia Fernand YuriscitiaDia adalah putri dari Viscount Yuriscitia. Memiliki wajah manis dan kepribadian yang baik hati. Terlebih tutor pengajarnya juga selalu menyebutnya sebagai anak yang cerdas. Membuatnya memiliki reputasi yang baik dikalangan bangsawan.Bukan itu saja. Meski posisi keluarganya tidak terlalu tinggi, namun Ia berhasil berteman dengan anak-anak dari bangsawan besar. Tidak heran jika banyak orang yang menjulukinya sebagai primadona ibukota. Itu adalah apa yang diketahui oleh masyarakat umum. Tidak ada yang akan menyangkal jika gadis berambut merah muda itu dilahirkan untuk menjadi kesayangan semua orang. Roselia sendiri juga berpikir begitu. Dia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang memuji wajah cantik dan kepribadian yang baik. Bahkan tidak sedikit anak-anak bangsawan yang ingin menjadi seperti dirinya. Sampai saat ini. “Hei.. Apa kau tahu? Menurut rumor yang kudengar, katanya Nona Muda Ruliazer adalah gadis yang sangat cantik.” seorang gadis bergaun merah
“Itu tidak mengganggu saya. Hanya saja, saya terkejut karena Anda tiba-tiba berbicara santai kepada saya.” Kalista berbicara dengan tenang. Tak sekalipun terganggu dengan serigala berbulu domba di hadapannya. Dia tahu gadis di hadapannya sangat suka berpura-pura menjadi korban. Membuat kesan sebagai gadis rapuh yang harus dilindungi oleh semua orang. Dulu, Ia berpikir wajar jika gadis itu selalu dibicarakan dan dikagumi oleh semua orang. Bahkan anak-anak akademi tidak ada yang tak mengenalnya. Selain cantik, gadis berambut merah muda itu juga baik hati dan ramah kepada semua orang. Bahkan kepada dirinya yang dijauhi oleh semua orang. Jadi, siapa yang tidak memiliki kesan bagus tentangnya. Namun nyatanya, semua itu tak lepas dari trik gadis di hadapannya. Gadis inilah orang paling vokal yang terus mengingatkan semua orang perihal dirinya sebagai pembawa malapetaka. Dialah yang membocorkan semua rahasia pribadinya kepada semua orang. Membuat dirinya terlihat seperti orang picik di h
“Lalu, apa alasan yang kau berikan atas penyembunyian luka bekas aura yang tidak stabil?” Kalista bertanya datar. “Itu..” “Sebenarnya itu tidak terlalu sakit. Saya juga selalu mendatangi Nona Muda bukan?” suara Leon terdengar sekecil nyamuk. “Setelah kondisinya sudah parah.” Kalista menatap tajam pada Leon. “Lupakan saja.” pada akhirnya Kalista menghela nafas pelan. “Aku tau apa yang kau khawatirkan. Tapi itu semua tidak akan terjadi. Aku masih lebih kuat darimu. Jadi, kau tidak perlu menahan apapun lagi. Segera datang padaku saat kondisimu tidak stabil. Kau mengerti?” suara Kalista terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Sebenarnya, masalah ini juga terkait dengan dirinya. Beberapa bulan sebelum datang ke ibukota, dia menemukan jika tubuh Leon telah menumbuhkan beberapa resistensi terhadap sihir miliknya. Itu sebabnya dia memutuskan mencoba sihir tingkat tinggi untuk melakukan penyegelan. Saat itu dia terlalu meremehkan perbedaan kekuatannya di masa lalu dengan t
“Siapa yang Anda lihat dengan tatapan lembut seperti itu, Nona Ruliazer?” suara rendah tiba-tiba menyapa saat Kalista lengah. Sontak, sang nona muda segera menengok ke arah asal suara. Begitu Ia melakukannya, Kalista segera dihadapkan dengan wajah putra mahkota yang tengah duduk di hadapannya. “Ada urusan apa Yang Mulia mendatangi saya seperti ini?” suara Kalista terdengar sangat dingin. Ia masih belum lupa apa yang telah dilakukan oleh pemuda di hadapannya. Jika saat itu seniornya tidak datang dan menyadarkannya dari sihir aneh yang dilakukan oleh putra mahkota, dia pasti sudah masuk ke dalam fraksi putra mahkota tanpa Ia sendiri sadari. “Sebelumnya saya minta maaf karena membuat Anda merasa tidak nyaman, Nona Ruliazer. Saya terus merasa gelisah karena sepertinya Anda menghindari saya setelah kejadian sebelumnya.” Putra mahkota meminta maaf dengan rendah hati. “Itu bukan sepertinya, Yang Mulia. Saya memang sengaja menghindari Anda.” ekspresi Kalista masih sedingin sebe
Hal pertama yang Kalista lakukan setelah sampai di ruang bawah tanah yang rahasia adalah menyetel alarm. Dia tak ingin memancing keributan dengan seseorang yang mengatakan jika dia kehilangan banyak berat badan hanya karena melewatkan satu kali makan siang. Itu sebabnya dia membuat janji dengan orang tersebut untuk makan siang bersama. Seperti biasa, Kalista menghabiskan semua waktunya untuk membaca. Menurut perhitungannya, dia dapat menyelesaikan buku-buku di rak dalam kurun waktu satu tahun. Itupun jika dia tidak melewatkan satu haripun dengan sia-sia. Mengingat seberapa banyak buku yang tersusun pada rak ruang rahasia. Setelah membaca beberapa buku di sana, Kalista dapat memahami bagaimana Profesor Ray membuat seniornya menjadi pemilik menara termuda. Semua buku itu menjelaskan secara rinci bagaimana segala sesuatu tentang sihir berjalan dan cara yang paling efektif untuk penggunaannya. Dan dengan bakat seniornya yang sama-sama memiliki manik lavender seperti dirinya, hanya but
“Jadi, apa ada alasan yang lainya?” Kalista bertanya pada pemuda yang masih terbaring di atas ranjang. “Itu..”“Bisa saja berbahaya, Nona Muda.” suara yang rendah menunjukan ketulusan hati.Kalista yang melihat itu semua merasa hatinya melembut. Kucing hitam yang Ia besarkan ternyata sudah bisa mengkhawatirkan pemiliknya. Pada akhirnya, senyum lembut tak bisa ditahan. Kalista kemudian mengacak helai hitam Leon sebelum berkata, “Istirahatlah.”“Aku akan datang besok pagi.” ucap gadis itu sebelum pergi. Setelah malam itu, Kalista memang menepati janjinya. Keesokan paginya, dia mengunjungi kamar Leon dan mulai memeriksa keadaan pemuda itu. Setelah memberi beberapa perawatan, Kalista akan mulai membaca beberapa buku di samping Leon.Hal tersebut berlangsung selama tiga hari. Tidak seharipun Kalista tak mengunjungi kamar Leon dalam kurun waktu tersebut. Jika itu hari biasa, Leon akan sangat senang karena bisa menghabiskan banyak waktu dengan nona mudanya. Namun saat ini, dia memiliki k
Malam semakin larut. Dengan bulan yang seakan berada di atas kepala. Hal tersebut menunjukan jika saat ini sudah hampir tengah malam. Di sebuah kamar dengan ranjang king size di tengah ruangan. Terlihat seorang pemuda yang sedang berbaring dengan nyaman. Wajahnya yang tampan tampak pucat. Seolah-olah darah telah dikuras dari tubuhnya. Meski begitu, nafas yang terdengar begitu tenang. Di sisi pemuda itu, duduk sosok cantik dengan rambut hitam yang berkilau. Manik lavender nya tak sekalipun teralihkan dari wajah tampan sang pangeran tidur.Kalista yang membawa pulang Leon secara pribadi masih merasa menyesal saat melihat keadaan pemuda yang tengah terbaring di tempat tidur. Jika dia bukan majikan yang perhatian, bukankah pemuda itu akan mati dengan kondisinya yang sangat mengerikan tersebut. Tulang rusuk patah, pendarahan di hidung, mata dan telinga. Belum lagi batuk darah yang membuat pemuda itu kehilangan banyak darah. Jika hanya itu saja, dia akan merasa lebih baik. Namun, lebih
“Sekarang, apa kau mau mengatakan yang sebenarnya?” Leon bertanya dengan ramah.Jika orang-orang tak melihat apa yang pemuda itu lakukan sebelumnya, mereka akan berpikir pemuda itu adalah orang yang sangat tampan dengan kepribadian yang baik. Tak akan terbersit sedikitpun dalam benak mereka jika anak muda setampan itu telah melakukan hal yang sangat kejam terhadap orang yang dianggapnya musuh. “I..”“Itu adalah seorang wanita paruh baya.” dengan suara gemetar, satu-satunya sosok berbaju hitam yang masih tersisa menjawab. “Wanita paruh baya?” Leon bertanya memastikan. “Itu benar.”“Saya sama sekali tidak berbohong.”“Seorang wanita paruh baya datang dan mengatakan hal penuh omong kosong seperti membuat rekaman yang berisi perbuatan tidak senonoh Nona Muda Ruliazer.” sosok berbaju hitam menjelaskan dengan tergesa-gesa. “Ah..”“Jadi, kau berencana untuk menyentuh nona mudaku dengan tanganmu yang kotor.” senyum ramah sebelumnya berubah menjadi senyum dingin. “Tidak.”“Saya tidak ber
“Tidak Roselia. Kau harus fokus pada gambaran besarnya. Jika kau berhasil mendapatkan hati anak-anak dari keluarga bangsawan besar, barang-barang seperti ini akan menumpuk di ruangan yang lebih besar. Bukan slorok kecil seperti ini.” Roselia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Pada akhirnya, gadis berambut merah muda itu mengeluarkan satu per satu kotak perhiasan miliknya. Begitu kotak itu dibuka, kalung, anting bahkan cincin permata terlihat menggoda mata. Tidak sanggup melihat lagi, Roselia kembali menutup kotak perhiasan miliknya. Rasanya Ia akan kehilangan tekad untuk menjual barang-barang di dalam kotak jika melihatnya lebih lama. Seingatnya, salah seorang temannya pernah bercerita perihal gang belakang yang digunakan para bangsawan untuk melakukan hal-hal kotor. Tentu saja, mereka tidak hanya memiliki hubungan pertemanan biasa. Jika tidak begitu, temannya tidak akan bercerita tentang hal-hal yang disembunyikan oleh keluarganya sendiri. Hanya saja, harganya memang terbilan
“Pertama, beritahu aku siapa yang menyuruh kalian mengikuti nona muda dari Keluarga Ruliazer.”“Dan kedua, mati di tanganku.” saat itu, suara Leon sangat dingin. Bahkan tatapan matanya yang tajam tampak memiliki aura kekejaman yang dipancarkan. Tiga orang berpakaian hitam saling menatap. Namun seolah mencapai kesepakatan diam-diam, mereka segera menyerang Leon secara serentak. Di sisi lain, pemuda yang menjadi lawan mereka tampak memiliki senyum tipis di bibirnya. Di hadapkan dengan tiga orang yang jelas lebih tua darinya, tak membuat Leon gentar sedikitpun. Sebaliknya, mata hitam pemuda itu tampak memancarkan kilatan haus darah yang kental.“Aku anggap itu sebagai jawaban kalian.” ucap Leon. Setelah kata-kata tersebut terucap, aura hitam segera keluar dari tubuh Leon. Belajar dari pengalaman, tiga orang berpakaian hitam itu segera menghindari aura misterius yang sangat mematikan. Namun saat mereka melakukannya, tiba-tiba sekelebat bayangan telah menunggu di belakang, sebelum mem
“Leon.”“Apa kau marah?” untuk saat ini, suara Kalista lebih lembut dari biasanya. Leon awalnya hanya diam sembari melihat ke arah jendela. Tidak sekalipun melirik sang nona muda yang duduk berhadapan dengan dirinya. Namun saat pemuda itu mendengar suara Kalista, Leon pada akhirnya menoleh. Pemuda itu melihat ke arah Kalista dengan tatapan penuh kekalahan. “Mana mungkin saya marah pada Nona Muda. Jika ada seseorang yang bersalah, itu pasti saya.” Leon berbicara dengan halus. “Lalu, kenapa kau hanya diam?” tanya Kalista. Mendengar pertanyaan kali ini membuat sudut bibir si pemuda tampan tertarik ke atas, “Jadi, Nona Muda lebih suka saya banyak berbicara?”“Bukankah sebelumnya Nona Muda selalu menyuruh saya untuk diam?” goda Leon. “Terserah kau saja.” balas Kalista sembari memalingkan wajah. Namun setelah beberapa saat, gadis cantik itu kembali menatap Leon, “Maaf. Kau pasti sudah menunggu lama.”“Jangan minta maaf, Nona Muda. Saya sama sekali tidak marah. Lagipula jika itu demi N