“Mommy tidak enak badan, calon adik kalian sedang rewel,” ucap Lionel pendek.“Hah, calon adik gimana, Dad?” Galen heran dengan jawaban yang diberikan oleh ayahnya.“Maksud Daddy, mommy sedang hamil jadi kalian akan punya adik. Sekarang mommy sedang tidur karena kelelahan,” jelas Lionel tersenyum.Kedua putranya terperangah sehingga menghentikan makan mereka lalu keduanya beranjak memeluk Lionel erat. Ternyata si kembar juga antusias dengan kehamilan ibu mereka. Namun, ayahnya menyuruh mereka untuk menurunkan suara karena ibu mereka istirahat.“Lanjutkan makan kalian dulu nanti Daddy beritahu sesuatu,” ucap Lionel menjanjikan.Mereka pun makan dengan lahap karena tidak sabar dengan sesuatu yang dirahasiakan oleh ayahnya. Namun, si bungsu mendadak tersedak karena terburu-buru makan. Lionel pun memberikan minuman agar batuk Galaxy hilang.Usai makan, Lionel mengajak si kembar pindah ke ruang tengah sambil menemani mereka mengerjakan tugas sekolah. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan men
Pelayan itu meletakkan kembali nampan yang tadi dibawa ke meja makan lalu dengan cepat menghampiri Joanna. Namun, tamunya sudah tidak terlihat. Dia membantu sang nyonya berdiri, tetapi begitu dia melihat darah di lantai, pelayan itu memanggil Ben.“Ada apa?” tanya Ben yang tergopoh-gopoh.“Harus ke rumah sakit,” ucap pelayan itu panik. “Nyonya berdarah.”Joanna yang merasa lemas akhirnya pingsan dalam dekapan Ben. Dia pun menyuruh pelayan wanita itu untuk memanggil pelayan pria agar membantunya membawa ke rumah sakit.“Jangan lupa hubungi tuan Lionel segera ke rumah sakit yang biasa.” Ben memapah Joanna dengan bantuan pelayan pria yang tiba.Pria itu khawatir terjadi apa-apa dengan majikannya. Bagaimana bisa nyonyanya berada di dekat pintu depan padahal tadi masih berada di ruang tengah? Begitulah isi pikiran Ben yang sedang kalut. Dia meminta pelayan pria untuk mengendarai mobil dan mengantarkan mereka ke rumah sakit.Sementara di rumah, pelayan wanita yang menemukan Joanna tadi masi
“Jeff menghubungiku untuk melanjutkan rapat melalui konferensi video. Mereka tadi menunda diskusi rapat,” pamit Lionel mencium kening Joanna.Hal itu membuat Joanna duduk di ruang tengah sekarang. Dia menemani kedua putranya belajar karena suaminya harus bekerja. Namun, di dalam hatinya, wanita itu merasa jika bekerja adalah alasan Lionel untuk menghindarinya. Tidak tahu kenapa Joanna bisa berpikir seperti itu. Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena dia tidak menceritakan apa yang terjadi.Padahal dia tidak ingin terjadi perpecahan di keluarga besar suaminya. Secara keluarga suaminya begitu menyayangi Lionel dan dia tidak ingin merusak hal tersebut. Namun, dia juga tidak ingin calon bayinya menjadi korban dari kecemburuan orang itu.Joanna bimbang tapi sebisa mungkin dia tidak ingin stres seperti kata dokter. Bisa berbahaya untuk janinnya.“Mommy!” teriak Galaxy. Bocah bungsu itu sedari tadi memanggilnya tapi tidak ada
“Ya ampun, Tuan. Kenapa tidak minta ke chef saja?” tanya Ben.“Joanna mengidam aku yang memasak, Ben. Dia tidak ingin makan kalau bukan aku yang memasak,” jelas Lionel agar Ben paham.Kepala pelayan itu hanya tersenyum memperhatikan Lionel yang bingung sendiri. Dia memilih tetap memanggil chef yang bekerja, tetapi hanya untuk membantu tuannya memasak. Tidak mengambil alih memasak.Hampir dua jam berkutat di dapur akhirnya selesai juga. Beberapa porsi burito untuk sarapan khusus istrinya. Sementara untuk kedua putranya sudah disiapkan oleh chef di dapur bangunan khusus yang terletak di sebelah mansion utama.Lionel menyambut kedua putranya yang turun. Pagi ini mereka belum mandi karena setelah sarapan, Lionel mengajak mereka untuk berenang. Kedua sudah duduk di meja makan, tetapi mereka memilih menunggu ayahnya untuk memanggil ibu mereka untuk bergabung.“Sayang, aku sudah membuatkan burito permintaanmu,” panggil
“Jadi, kamu tidak bekerja?” tanya Joanna meski dia sudah tahu jawabannya.“Bukan tidak bekerja tapi aku bekerja dari rumah sambil menjaga kamu,” ungkap Lionel.Joanna memeluk Lionel sebagai rasa terima kasih karena ikut berkorban. Dia memilih untuk diam saja. Wanita itu juga dalam hatinya telah lama memutuskan untuk mempercayakan hidupnya kepada Lionel meski tidak ada kata-kata yang terucap.Keesokan harinya di kantor, Jeff menempati kantor Lionel karena ruangannya begitu kecil dibandingkan dengan pekerjaan kantor yang bertambah di hari Senin yang padat. Karena Lionel akan bekerja dari rumah dan masih ada waktu 1 bulan lebih menuju pernikahannya. Apalagi dia belum bilang kepada Lionel terkait masalah ini.Sepertinya dia harus segera mengatakan kepada Lionel agar dia tidak memundurkan jadwal pernikahannya. Persiapan pernikahan sudah dia serahkan ke Leia dan WO jadi dia hanya terima selesai. Ah, dia juga lupa memberitahu Elise untuk
“Dapat dari mana kamu, Ben?” desak Lionel tidak sabar.“Saya mendapatkan dari truk pengantar bahan makanan seperti biasa, Tuan. Kemarin saya baru ingat karena saat itu bebarengan para pelayan menurunkan bahan makanan,” lapor Ben.Mereka pun memutar file tersebut dan mencari di jam berapa Joanna terjatuh agar lebih cepat menemukan siapa yang tega menyakiti istrinya. Tak lama, terlihat sosok yang berlari menuju pagar mansion. Dengan cepat Lionel menghentikan video tersebut agar dapat melihat dengan jelas.Sosok itu membuat kedua pria tersebut terperangah saking terkejutnya. Ternyata perempuan yang selama ini dikenal oleh Lionel. Namun, yang sangat ingin diketahui oleh Lionel mengapa tega sekali menyakiti hingga istrinya hampir kehilangan janinnya.“Apa ini, Ben? Mengapa Joanna tidak bercerita kepadaku?” tanya Lionel kepada Ben. Pria itu tidak tahu harus berbuat apa. Rasa bersalah itu seketika muncul dan membuat Lionel ter
“Siap,” jawab Jeff tegas. Pria itu pun pergi membawa mobil miliknya keluar dari mansion dan menuju kantor.Namun, dalam perjalanan, ponsel miliknya berdering dan di sana ada nama Elise. Pria itu mengerutkan dahinya tapi tetap menerima panggilan tersebut. Dia pun meminggirkan mobilnya agar bisa menerima telepon dengan tenang.“Halo, ada apa Lise?” tanya Jeff.“Bisakah kamu sekarang ke alamat butik WO? Nanti kukirimkan lewat pesan. Leia cemas dan dia tidak mendengarkanku sama sekali,” jelas Elise.“Oke, aku ke sana,” timpal Jeff.Jeff memutar balik mobilnya setelah mendapat pesan mengenai lokasi dari Elise. Hari ini memang dia telah mendapat kabar dari Leia untuk fitting baju pernikahan. Namun, kabar dari Elise membuatnya khawatir mengenai kekasihnya itu.Tak lama, pria itu tiba di butik tempat Leia berada. Jeff segera masuk ke butik itu dan mencari kekasihnya di antara banyaknya pengunjung. Dia
“Apa yang kulakukan terhadap wanita itu ya?” gumam Jeff yang masih dalam perjalanan menuju tempat Laura disekap.Bangunan berlantai dua itu mulai terlihat setelah Jeff berbelok setelah perempatan jalan. Dia pun buru-buru turun dan menemui anak buahnya yang menyekap wanita itu. Jeff dipersilakan masuk ke ruangan di mana Laura berada.“Tinggalkan kami. Nanti jika aku sudah kalian akan kupanggil,” perintah Jeff.Dia melihat sosok Laura yang tergeletak di atas ranjang. Tentunya dengan kedua tangan yang terikat di kedua tiang ranjang besi tersebut. Pria itu mendekat lalu membangunkan dengan melempar air ke wajah Laura.Namun, wanita itu tidak kunjung bangun sehingga membuat Jeff menampar pipinya. Lenguhan keluar dari mulut Laura. Wanita itu mulai mengerjapkan matanya lalu melihat ke langit-langit. Ini bukan kamarnya, begitu yang terpikirkan oleh Laura.Dia mencoba mengingat kegiatan terakhir yang dia katakan. Wanita itu mengingat
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai