Masalah itu terlihat serius. Untungnya, Jason tidak tinggal di Bekasi dan ayahnya dan teman-temannya terlihat lebih bermasalah darinya. Aku tidak bisa mengerti kenapa kelihatannya sulit sekali bagi para pria untuk tetap setia pada istrinya.“Sepertinya kita hanya akan mengakhiri hidup kita dengan suami kita yang tidak setia. Kita tidak peduli apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan dengan kehidupan mereka, kita lebih dari itu,” kata Natalie, dan Rosa setuju, tertawa. Setidaknya mereka bisa berpegang pada ego mereka.“Permisi, Nyonya-Nyonya dan Nona,” kata Jason seraya menghampiri kami. “Bisakah saya meminjam wanita yang paling cantik sebentar?” Suasana hatinya sedang baik.“Aku?” kata Kezia, menunjuk pada dirinya sendiri bercanda. Semuanya tertawa.“Iya, Kezia, kamu memang cantik sekali, tapi ada seorang wanita yang telah mencuri hatiku,” kata Jason, menjulurkan tangannya padaku. Ini membuat Rosa, Natalie, dan Kezia berseru “Ooh” bersamaan melihat pemandangan romantis itu.Aku
JasonKami semua sedang berkumpul di meja makan sambil berbincang dan berbagi pohon Natal. Aku menyukai bahwa Laura selalu berada di sisiku, masih sedikit malu-malu bergabung dengan keluargaku lagi dan berbincang dengan lepas. Aku menyukai dia berada di dekatku karena aku merasa lebih berada dalam kendali dan stabil. Ditambah, aku membutuhkan stabilitas karena ayahku muncul pada makan malam Natal itu.“Jangan marah pada Rosa karena telah mengundang ayahmu, dia hanya ingin seluruh keluarganya berkumpul lagi,” kata Laura ketika aku menyadari bahwa Satria telah tiba.Laura takut bahwa sesuatu yang tidak dapat diperbaiki akan terjadi jika emosinya terlalu memanas, tapi Laura keliru karena Satra bukanlah bagian dari keluarga.Sekarang, aku menatap orang itu ketika dia dengan santai berinteraksi dengan semua orang dan bahkan berbincang dengan Anna, sesuatu yang kubenci karena aku tidak ingin dia berinteraksi dengan anakku sedikit pun.“Kumohon, Jason. Jangan melakukan hal gila apa pun. I
JasonAku berdiri di balkon rumah besar itu di samping taman sambil merokok untuk mencoba menyegarkan pikiranku. Aku bukan orang yang gemar merokok, tapi aku sangat marah sampai merasa bahwa ini adalah pilihan terbaik yang aku miliki sekarang. Bertemu dengan ayahku dengan mendadak memengaruhiku dengan cara yang tidak kusangka.Aku heran bagaimana Satria masih berani berpikir bahwa dia benar walaupun dia amat sangat salah, tapi aku tidak bisa tidak berpikir bahwa dia ada benarnya. Lagi pula, aku berakhir berubah menjadi sepertinya ketika aku meninggalkan Laura demi Kinan, seorang wanita yang tidak pernah mencintaiku sama sekali. Kenyataannya, aku sangat berharap aku tidak melakukan hal itu dulu. Jika aku bisa memutar balik waktu, aku akan melakukannya supaya aku tidak menghancurkan hati Laura seperti ketika aku menghancurkan hatinya di hari ketika aku memintanya untuk bercerai.Aku merasa begitu melankolis dalam pikiranku sendiri sampai aku tidak menyadari Laura dan Anna yang sedang m
LauraJason benar ketika dia mengatakan bahwa tidak akan ada hal menarik di Bogor bagiku dan anakku pada Malam Tahun Baru. Maksudku, aku tidak ingin menghabiskan Malam Tahun Baru sendirian menonton kembang api dengan hiruk pikuk di mana-mana sementara aku berada di jendela rumah dengan anakku di pelukanku.Begitulah caraku biasanya menghabiskan Malam Tahun Baru selama lima tahun terakhir, sendirian dengan anakku sambil menonton pertunjukan kembang api sementara semua orang merayakannya bersama keluarga dan teman mereka. Sementara itu, aku tidak memiliki siapa pun untuk menontonnya bersama selain anakku, jadi aku berakhir merasa sedih, yang membuatku menangis alih-alih tersenyum karena tahun baru yang akan segera datang.Namun, sekarang Jason telah mengundangku untuk menghabiskan Malam Tahun Baru dengannya dan keluarganya, aku tidak bisa menolak undangan itu, karena itu menjadi kesempatan bagiku untuk tidak menangis karena merasa sedih dan merasa sendirian. Jadi, aku tersenyum seraya
Sebagai contoh, aku memakan waktu lama mencoba memilih sepatu yang mana akan cocok dengan pakaian yang akan dia kenakan hari ini dan aku mulai merasa tertekan karena Anna tidak berhenti menangis. Jason melihat itu dan masih sibuk dengan ponselnya.Mungkin aku tidak seharusnya menyalahkannya. Lagi pula, dia seperti Richard. Dia tidak tahu bagaimana caranya mengasuh seorang anak dan dia mungkin akan memanggil seorang pengasuh untuk melakukan pekerjaan ini. Itu membuatku bertanya-tanya apakah dia benar-benar siap untuk menjadi seorang ayah. Katanya dia mencintaiku dan Anna, tapi apakah dia siap untuk kembali menjadi seorang suami dan seorang ayah, yang merupakan hal yang penting?“Bukan hanya kamu yang merindukan Richard, sayang,” gumamku. Aku memutuskan untuk memilih salah satu sepatu dan langsung mempersiapkan anakku.*****“Kenapa dia menangis tadi pagi?” tanya Jason setelah beberapa lama, mungkin karena penasaran atau karena dia menyadari bahwa aku sedang marah padanya seharian.
Laura“Aku berjanji aku akan menjadi pria yang lebih baik untukmu dan Anna. Aku berjanji akan memberikan yang lebih untuk kalian berdua karena kalian adalah segalanya bagiku. Aku tahu ini akan membutuhkan beberapa lama dan terkadang kesombonganku dan kelebihanku akan ingin mengambil alih cinta yang kumiliki untuk kalian berdua, tapi aku berjanji akan berusaha sekuat tenagaku untuk tidak membiarkan itu terjadi. Dengan begitu, kamu akan terus bangga padaku,” katanya, masih memegang tanganku dan menatapku dengan dalam.Aku mengangguk dan menghela nafas. “Kenyataan bahwa kamu menunjukkan keinginanmu untuk berubah sudah berarti bagiku,” kataku padanya dan dia membawa tanganku ke bibirnya dan mencium punggung tanganku.“Apakah kamu masih ingat hal yang paling kamu suka dulu adalah menciumku?” tanyanya tersenyum nakal, masih menatap tanganku.“Ketika kamu bilang aku jelek dan tidak menarik dan satu-satunya hal yang baik dariku adalah tanganku karena mereka membuatkan makanan enak untukmu?”
LauraJadi di sisa hari itu, akhirnya Jason dan aku mulai makin akrab dengan satu sama lain. Rasanya sangat puas melihat caranya berusaha keras untuk menyenangkan aku. Dia membuatkan aku kopi, membukakan pintu mobil untukku, dan selalu bersikap baik padaku. Yang membuatku makin senang adalah dia mulai membantuku merawat Anna dengan cara yang membuat anakku tidak mengingat Richard lagi, walaupun dia jelas-jelas masih menyukainya.Hari-hari sebelum Malam Tahun Baru sangat menyenangkan karena Jason membawaku dan Anna ke tempat yang indah dan menyenangkan dan ketiga dari kami terjaga sampai larut seperti sebuah keluarga yang sangat bahagia. Aku tidak bisa mengelak betapa aku menyukai momen-momen itu bersamanya. Kami masih berada di rumah besar Santoso di Bekasi.Hari ini adalah Malam Tahun Baru. Aku bangun cukup pagi dan hendak mengambil sesuatu untuk memberi makan anakku yang kelaparan ketika aku melihat pemandangan yang tidak kuduga di hadapanku, yaitu Satria yang menyelinap keluar dar
LauraHari-hari setelah hari raya itu sangat menenangkan dan nyaman bagiku. Kami masih di Bekasi karena Jason memintaku untuk tinggal sedikit lebih lama dan menikmati rasanya awal tahun baru bersamanya yang terasa luar biasa.Memaafkannya dan menerimanya kembali membuatku merasa beban besar telah terangkat dari pundakku dan sekarang aku seringan bulu, merasa lega dan bahagia. Sekarang, aku bisa memperbolehkan diriku sendiri untuk membayangkan kehidupan menyenangkan bersama pria yang aku cintai dan anakku tersayang, jadi hari-hari itu terasa menyenangkan.Hari ini, kami memutuskan untuk piknik di halaman rumah besar Santoso, tepat di sebelah danau. Nenek Kania sedang terduduk di kursi santainya dengan tongkat di tangannya sambil perlahan-lahan mengayun di kursi santainya dan tidur siang. Rosa sedang duduk di selimut piknik di samping kami, memainkan gim anak-anak yang mencocokkan pakaian di tabletnya. Anna sedang bermain di ayunan di dekat sana, dibantu oleh seorang pelayan yang sanga
JasonSekrup pada botol sampanye mengeluarkan bunyi “pluk” dan kemudian sampanyenya terbuka, membuat tangan Tama sepenuhnya tertutupi oleh busa.“Hore! Itu dia, kawan,” serunya seraya dia mulai menuangkan minumannya ke gelas kami.“Sempurna,” komentarku sambil tertawa.“Luar biasa! Jangan minum terlalu banyak, oke? Kamu tidak boleh mabuk sebelum diperbolehkan. Kamu tidak mau menerima ‘tidak’ sebagai jawaban di altar hanya karena kamu mabuk, ‘kan?” katanya, membuatku dan teman-temanku tertawa.“Jangan membawa sial!” bantahku. Teman-temanku dan aku berada di ruangan privat di gedung perayaan pernikahanku. Kami sedang merayakannya sebelum perayaannya dimulai. Kami bersulang dan minum-minum sambil mereka memelukku dan memberiku selamat.“Aku tidak membawa sial, berhentilah menjadi orang b*rengsek. Laura tidak akan pernah menolakmu. Kamu tahu apa yang kubicarakan, ‘kan?” kata Tama sambil menepuk pundakku. “Wanita itu tergila-gila olehmu!”“Hmpf,” gerutuku setuju. “Aku tahu itu,” jawa
Tiga tahun kemudianLauraAku sedang memandang diriku sendiri di cermin saat aku selesai menambahkan sesuatu pada riasan wajahku, beberapa sentuhan diriku sendiri yang kami selalu berakhir lakukan bahkan setelah penata rias profesional melakukan pekerjaannya di wajah kami.Hari ini adalah hari yang sangat spesial. Itu adalah hari yang mana Jason dan aku akan menikah untuk kedua kalinya. Iya, butuh bertahun-tahun sejak kami kembali menjadi pasangan agar pernikahannya terjadi lagi. Pada awalnya, aku tidak terburu-buru untuk menikahi Jason karena pernikahan kami pada pendeta hanya dilakukan untuk mengonfirmasi cinta kami. Pernikahan kami yang sebenarnya terjadi setiap hari ketika aku terbangun di sampingnya dan kami memiliki pertukaran rasa hormat dan kedekatan pada satu sama lain setiap harinya.Jason telah banyak mengejutkanku selama beberapa tahun belakangan. Dia telah meningkat banyak dari sudut pandangku. Selama bertahun-tahun kami bersama setelah menjadi pasangan lagi, dia telah
Laura“Itu adalah masalahmu, Laura. Kamu berpikir aku bukan orang yang lebih baik, tapi aku tidak masalah dengan diriku yang saat ini, oke? Aku sangat bahagia dengan kehidupan yang kujalani dan keputusan-keputusan yang kubuat,” katanya, ingin bersikap kurang ajar.Apakah dia bahagia dengan keputusan yang dia buat yang membawanya ke dalam penjara?“Kalau begitu, bolehkah aku memberi tahu polisi kalau kamu mengirimkan Lukman untuk membunuh Graham di penjara? Dengan begitu, hukumanmu akan jauh lebih parah dan kamu akan menghabiskan sebagian besar hidupmu di penjara. Kalau begitu, apakah kamu masih bisa mengatakan bahwa kamu senang dengan keputusan yang kamu buat?” tanyaku padanya, melihatnya membelalakkan mata dengan terkejut.“Apa? Apa yang kamu bicarakan?” Dia terlihat terkejut saat dia mengatakan kata-kata itu.“Kamu tahu betul apa yang kubicarakan, Suzy. Jangan berpura-pura bodoh,” jawabku padanya dengan tanpa ampun hari ini. “Kamu menyewa Lukman untuk menyingkirkan Graham ketika
LauraSuzy mengenakan pakaian oranye ketika dia menerima kunjunganku di penjara. Dia terlihat berbeda, dengan beberapa lebam di wajahnya, seakan-akan dia terlibat pertengkaran, sesuatu yang tidak kuragukan karena dia adalah orang yang agresif dan sulit untuk ditangani. Wajar saja dia terus-menerus terlibat dalam pertengkaran dengan orang-orang di satu sel yang sama dengannya.Dia sedang memandangku dengan rendah. Meskipun dia tampak benar-benar kelelahan dalam seragam penjaranya, dia duduk di hadapanku di balik kaca kedap suara yang memisahkan kami.Dia menggenggam interkomnya dan kemudian berkata, “Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah barangkali kamu datang kemari untuk memamerkan kebahagiaanmu padaku? Betapa bahagia dan kaya rayanya kamu? Kamu pasti menikmati hal itu, ‘kan? Aku ada di dalam tempat sampah ini dan kamu di luar sana menikmati kehidupanmu yang baik.” Dia tertawa cekikikan dengan aneh.Ada begitu banyak kegetiran dalam kata-katanya hingga itu membuatku takut. Sulit u
LauraSore itu, aku meninggalkan anak-anakku dengan ayah mereka dan pergi ke penjara tempat Suzy ditahan. Aku sudah ingin mengunjunginya dari beberapa waktu lalu. Itu adalah sore yang indah, dedaunan di pohon-pohon mulai berubah menjadi cokelat.Sejujurnya, aku merasa senang dengan kehidupan yang kujalani dalam beberapa bulan belakangan. Jason dan aku lebih memahami satu sama lain dan berusaha membuat cinta kami berhasil setiap harinya. Anak-anak kami pun makin bersinar. Si kembar sudah berusia tiga bulan, tumbuh menjadi makin kuat dan sehat. Bisnis berjalan dengan lancar. Ibuku kian pulih dari traumanya setiap hari tanpa banyak hambatan. Ada malam-malam ketika dia terbangun di pagi buta ketakutan, berteriak, dan memanggil-manggil Ernest karena mimpi buruk yang dia miliki membuatnya menerima masa lalu dengan mengerikan dan menakutkan.Di malam-malam seperti itu, aku berlari ke kamarnya untuk memeluknya dan menenangkannya, memberitahunya bahwa semuanya baik-baik saja dan bahwa monste
LauraAku menggenggam tangannya dan dengan lembut mendekat ke tempat tidur bayi. “Tidak apa-apa, Ma. Kamu tidak perlu takut,” ujarku menyemangatinya.Dia tersenyum padaku dan menatap para bayi dengan senyuman manis di wajahnya, tapi kemudian senyumannya hancur dan ekspresi terkejut terpampang di wajahnya. “Ernest?”Dia menatapku. “Kenapa bayi-bayimu terlihat seperti suamiku?” Dia terlihat tertekan dan bingung.Aku mengedipkan mata, terkejut oleh perkataannya. “Apa maksudmu?”“Aku membicarakan bayi-bayimu. Mereka mirip sekali dengan Ernest. Kamu terus mengatakan kalau kamu adalah putriku. Jadi, itu benar?” tanyanya dengan alis yang berkerut.Aku mengusap tangannya berantisipasi. Apakah dia akan mendapatkan kembali ingatannya sekarang? “Vivian?”“Dia sudah mati, ya? Brian berhasil menjauhkan aku darinya, ya?” tanyanya dengan sedih, mengingat bagaimana Brian Tanusaputera telah berdosa padanya.“Ini semua sudah tidak penting lagi, Ma. Yang penting adalah kamu ada di sini bersamaku
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan
Laura“Pembukaannya sudah memungkinkan untuk proses persalinan,” kata Dr. Joanna, “dan dalam beberapa menit kita bisa memulainya. Apakah Anda sudah siap, Mama?” Dia tersenyum padaku dengan penuh harapan.Aku balas tersenyum. “Iya, aku sudah siap. Aku menantikannya, malah. Aku hanya berharap Jason bisa tetap waras untuk menyaksikan momen ini,” kataku sambil memandang Jason yang berada di sampingku dengan sebuah kamera, merekam momen itu. Aku telah memberikannya ide untuk merekamnya karena dengan begitu, dia bisa fokus pada hal lain selain kehilangan akalnya.Dr. Joanna dan aku tertawa ketika kami melihat ekspresi yang Jason buat. “Aku akan ada di sini, sangat waras, dengan mata yang terbuka lebar untuk melihat bagaimana keseluruhan prosesnya berjalan. Percayalah aku, sayang,” katanya sambil menggenggam tanganku.Aku tidak perlu melahirkan di rumah sakit atau sebuah klinik karena itu hanya akan membuatku lebih tidak nyaman, jadi aku lebih memilih untuk melakukannya di rumah, di ruang
LauraHari-hari berlalu dan hal-hal terjadi secara bertahap. Ibuku mulai menunjukkan kemajuan dan perlahan mendapatkan kewarasannya kembali. Ada hari-hari ketika dia akan terbangun dan mengingat hal-hal dari masa lalunya, tapi di hari selanjutnya dia akan merasa kebingungan lagi. Jadi, dia terus-menerus berjuang untuk pulih dari kegilaannya dan tidak memahami dunia saat ini yang sedang dia jalankan, sebab apa yang dia ketahui sebagai kebenarannya sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.Hari ini, dia sudah merupakan wanita paruh baya dan putrinya sudah merupakan wanita dewasa. Jadi, setelah hambatan mental yang dia miliki selama ini, kami harus memiliki kesabaran dan kegigihan yang besar dalam pemulihannya karena itu terjadi hari demi hari.Jason telah kembali berkomunikasi dengan ayahnya dengan lebih natural. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan semua rasa sakit yang dia terima dari ayahnya dan sekarang menjalankan kehidupan yang baru, pengalaman baru tanpa dendam, hanya menjadi