LauraKarena anak-anak Fia dan Tama ada di rumah besar itu karena pesta pengungkapan jenis kelamin kemarin, Anna dengan gembita bermain bersama mereka di taman setelah sarapan. Aku bisa melihatnya dari balkon ruangan tempatku berada di lantai teratas rumah itu. Putriku begitu bahagia sehingga melihatnya bahagia membuatku bahagia juga.“Dia tumbuh dengan sangat cepat, ya?” kata ibu mertuaku seraya dia dan aku duduk di sofa di balkon kamarku.Aku tertawa dan mengangguk. “Sebentar lagi, dia tidak akan muat di pelukanku lagi,” komentarku, masih menatapnya dengan tatapan seorang ibu yang bangga melihat perkembangan putrinya.“Iya,” komentar Jason juga. Dia ada di sana bersama aku dan ibunya. “Praremaja akan segera tiba dan masih banyak yang harus kita tangani.” Komentarnya membuat kami tertawa.“Aku percaya kamu mampu menangani hal itu seperti semua orang tua lainnya,” komentar Rosa. Dia lalu meletakkan tangannya di perutku. “Jika kalian terus bersama, kalian bisa menghadapi apa pun.”
Laura“Pengungkapanmu indah dan bermanfaat, Rosa. Sangat penting bagiku dan Jason. Memang benar bahwa sekarang kami akan menjalani hubungan kami dengan lebih dalam dibandingkan sebelumnya setelah mengetahui apa yang baru saja kamu katakan pada kami,” kataku padanya, menunjukkan bahwa aku sangat senang mengetahui bahwa Jason dan aku memiliki ikatan ini selama cukup lama sekarang.Maksudku, mengetahui bahwa Jason dan aku sudah dekat bahkan sebelum kami bertemu di kampus membuat kisah kami memiliki lebih banyak makna dan membuatku makin mencintainya. Itu begitu mendalam untuk berpikir bahwa dia dan aku sudah mengenal satu sama lain bahkan sebelum aku menyadari segala sesuatunya sebagaimana adanya.“Namun, aku juga ingin tahu tentang masa-masa ini, mengingat bahwa kamu adalah salah satu dari sedikit orang yang tersisa yang merupakan bagian dari kehidupan Vivian dan tidak merencanakan hal buruk padanya atau semacamnya. Ini membuatku memercayaimu dan ingin tahu lebih banyak tentang sepert
LauraRosa efisien dengan perjalanannya ke Bekasi, tidak membutuhkan berhari-hari untuk kembali. Ketika dia belum kembali, aku mengikuti perawatan Vivian dengan teliti. Para psikiaternya melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Mereka merawatnya dan melakukan terapi dengannya, jadi aku membawa ibuku ke taman dan mengawasinya selagi dia bermain bersama Anna. Dia menyukai Anna, mungkin karena, ketika memandang gadis itu, dia teringat akan putrinya yang telah dia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu.“Berhati-hatilah supaya kamu tidak melukai leher dia, sayang,” ujarku memperingati Anna untuk bertindak dengan lebih hati-hati lagi ketika dia sedang memasangkan kalung mutiara merah mudanya di leher Vivian. Dia bilang itu adalah hadiah darinya untuk ibuku dan itu adalah tindakan yang manis. Aku sedang tersenyum sambil menonton mereka berdua berinteraksi dengan satu sama lain.“Baiklah, Mama,” jawab Anna sambil tersenyum dan melakukannya dengan lebih hati-hati.“Baiklah, Mama,” tiru Vivian,
Laura“Jadi, dia hanya ketakutan?” tanya Jason dengan retoris begitu aku memberitahunya apa yang telah terjadi siang itu.Aku mengangkat bahu pelan. “Awalnya, dia hanya salah mengira kalau Anna itu aku, tapi kemudian dia menyadari bahwa gadis itu tidak memiliki semua sifat anaknya yang dia ingat dari masa lalu.”“Namun, bagaimana bisa? Bukannya dia demensia? Bukankah ingatannya sepenuhnya terlupakan?” tanyanya, terlihat jengkel. Aku tidak bisa menghakiminya karena merasa kesal. Anna memiliki beberapa lebam di lengannya—Vivian telah mencengkeram lengan Anna dengan begitu erat saat dia kumat. Sebagai ayah dari gadis itu, dia tidak suka mengetahui bahwa aku telah menempatkannya dalam bahaya.Aku menghela napas pasrah. “Dia memiliki beberapa ingatan masa lalunya, Jason. Atau mungkin, dia masih terjebak dalam ingatan masa lalunya. Terkadang, dia memanggil Ernest atau anak-anaknya, jadi dia pun mengira kalau Anna adalah aku karena ketika mereka memisahkan aku darinya, aku hampir seumuran
LauraKetika ibu mertuaku kembali dari Bekasi ke rumah besar kami di Jakarta Selatan, dia membawakan album foto yang sangat dia ingin tunjukkan padaku, membuktikan bahwa apa yang dia katakan tentang kami yang sudah bertemu itu benar.“Lihat aku di sini?” tanyanya seraya dia menunjuk foto yang diambil lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Dia dan aku sedang duduk di sofa dan album foto yang tebal itu diletakkan di pahaku seraya aku membukanya dan menikmati foto-foto lama itu. “Itu adalah hari ketika Satria dan aku sedang merayakan 10 tahun pernikahan kami. Itu adalah pesta yang menyenangkan yang kami habiskan bersama teman-teman dekat. Orang tuamu juga ada di sana.”Dia menunjuk pasangan muda yang sedang berdiri di sampingnya dan ayahnya Jason. Pasangan itu sedang berpegangan tangan dan tersenyum pada kamera.“Aww … mereka terlihat sangat menggemaskan,” kataku dengan gembira seraya aku memandang orang tuaku. Mereka benar-benar terlihat seperti dua orang yang sangat mencintai satu sa
JasonLaura sedang bersama ibuku dan Vivian seraya mereka dengan lembut menunjukkan pada Vivian foto-foto lamanya di dalam album yang telah ibuku bawa dari Bekasi untuk membantu pemulihannya. Vivian masih tidak dapat menghubungkan foto-foto yang sedang dia lihat sekarang dengan masa lalunya. Kondisinya masih kacau. Itu akan membutuhkan waktu lebih lama, tapi dengan sedikit kesabaran, kita akan sampai di sana.Aku meninggalkan mereka melihat-lihat foto itu dan berbincang bersama. Ibuku menceritakan Laura tentang masa lalu, tentang saat-saat ketika dia dan orang tuaku yang tersayang berteman dan tinggal bersama, membuat Laura mendapatkan pengalaman yang menarik.Sementara itu, aku pergi ke taman di luar, tempat ayahku sedang duduk dalam diam dan merokok cerutu. Beberapa saat yang lalu, ibuku telah membawaku memojok dan memberitahuku bahwa ayahku telah setuju untuk menceraikannya, sesuatu yang tidak pernah dia mau lakukan dalam waktu yang lama—bertahun-tahun, malah.Kenyataan bahwa di
Jason“Itukah mengapa kamu ingin bercerai dengan ibuku? Apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan Joshua dan menikah lagi? Kamu tidak akan mengatakan padaku bahwa kamu sudah bersiap-siap untuk menikah, ‘kan?” Aku berkata seperti itu pada ayahku hanya sebagai candaan, tapi dia tahu aku menganggapnya dengan serius.“Sejujurnya, aku bukan pria yang ideal untuk dinikahi. Para wanita seharusnya mengetahui hal itu,” komentarnya sambil terkekeh, hanya untuk menyembunyikan konflik apa pun. “Kalau ibumu, meskipun aku mencintai dia, aku tidak dapat membuatnya bahagia.”“Apakah kamu mengatakan bahwa setelah hampir 40 tahun, kamu memutuskan untuk memberikan ibuku perceraian karena kamu akhirnya menyadari bahwa kamu tidak dapat membuatnya bahagia? Aku benar-benar berpikir kamu hanya menikah dengannya karena kamu ingin memanfaatkan nama baik keluarganya untuk membuat kariermu di pasar saham,” jelasku. Lagi pula, posisiku bukanlah sebuah misteri. Aku selalu mengatakan dengan jelas pada
JasonLaura mendatangi tempat ayahku dan aku sedang duduk dengan nampan berisi es kopi. Ada senyuman yang cantik di wajahnya saat dia berjalan ke arah kami, seakan-akan kami mendapatkan kedamaian di tengah-tengah segala hal.“Kurasa kalian mungkin butuh minuman dingin,” ujarnya sambil tersenyum, menghampiri kami dengan nampan di tangannya.Aku mengusap wajahku untuk mengelap air mata dan aku tertawa padanya. “Kamu memang pengertian, cintaku,” kataku padanya, bangkit berdiri untuk membantunya membawa nampan. Perutnya terlihat besar dan dia mulai lebih lelah dibandingkan biasanya. Dalam beberapa bulan lagi, bayi-bayi kami akan lahir di dunia.“Dia adalah wanita terbaik yang bisa kamu temukan, putraku,” komentar ayahku juga sambil terkekeh.“Wah, jadi aku mendapatkan pujian? Terima kasih banyak, Satria.” Dia tersenyum dan kemudian duduk di sampingku, membiarkan aku mengambil tangannya dengan penuh kasih dan mencium pipinya.“Astaga, kalian adalah pasangan yang indah. Tolong jangan p
Laura“Bayi-bayinya lahir dengan sehat seperti yang diduga. Perjalanan kita yang panjang berakhir hari ini,” kata Dokter Joanna, memberi selamat pada Jason dan aku yang menghadiri kelahiran mereka.“Kami juga berterima kasih padamu, Joanna, karena telah banyak membantu,” ujar Jason. Dia memelukku dari belakang selagi dia dan aku memandang bayi-bayi kami, sekarang sudah bersih dan diselimuti dengan baik, tertidur di tempat tidur mereka seperti dua malaikat kecil.“Sama-sama, saya hanya melakukan pekerjaan saya,” jawab wanita itu sambil tersenyum.“Mereka mirip sekali,” komentarku, masih terkagum oleh penampilan mereka. Mereka adalah bayi yang baru lahir, tapi aku sudah dapat melihat betapa miripnya mereka dengan satu sama lain.“Yah, kemungkinan besar mereka membawa genom yang sama karena mereka kembar identik,” jelas sang dokter, membuat Jason dan aku mengangguk setuju. “Sekarang, kita hanya perlu mengetahui siapa yang akan menjadi Daniel dan siapa yang akan menjadi Stefan,” katan
Laura“Pembukaannya sudah memungkinkan untuk proses persalinan,” kata Dr. Joanna, “dan dalam beberapa menit kita bisa memulainya. Apakah Anda sudah siap, Mama?” Dia tersenyum padaku dengan penuh harapan.Aku balas tersenyum. “Iya, aku sudah siap. Aku menantikannya, malah. Aku hanya berharap Jason bisa tetap waras untuk menyaksikan momen ini,” kataku sambil memandang Jason yang berada di sampingku dengan sebuah kamera, merekam momen itu. Aku telah memberikannya ide untuk merekamnya karena dengan begitu, dia bisa fokus pada hal lain selain kehilangan akalnya.Dr. Joanna dan aku tertawa ketika kami melihat ekspresi yang Jason buat. “Aku akan ada di sini, sangat waras, dengan mata yang terbuka lebar untuk melihat bagaimana keseluruhan prosesnya berjalan. Percayalah aku, sayang,” katanya sambil menggenggam tanganku.Aku tidak perlu melahirkan di rumah sakit atau sebuah klinik karena itu hanya akan membuatku lebih tidak nyaman, jadi aku lebih memilih untuk melakukannya di rumah, di ruang
LauraHari-hari berlalu dan hal-hal terjadi secara bertahap. Ibuku mulai menunjukkan kemajuan dan perlahan mendapatkan kewarasannya kembali. Ada hari-hari ketika dia akan terbangun dan mengingat hal-hal dari masa lalunya, tapi di hari selanjutnya dia akan merasa kebingungan lagi. Jadi, dia terus-menerus berjuang untuk pulih dari kegilaannya dan tidak memahami dunia saat ini yang sedang dia jalankan, sebab apa yang dia ketahui sebagai kebenarannya sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.Hari ini, dia sudah merupakan wanita paruh baya dan putrinya sudah merupakan wanita dewasa. Jadi, setelah hambatan mental yang dia miliki selama ini, kami harus memiliki kesabaran dan kegigihan yang besar dalam pemulihannya karena itu terjadi hari demi hari.Jason telah kembali berkomunikasi dengan ayahnya dengan lebih natural. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan semua rasa sakit yang dia terima dari ayahnya dan sekarang menjalankan kehidupan yang baru, pengalaman baru tanpa dendam, hanya menjadi
JasonLaura mendatangi tempat ayahku dan aku sedang duduk dengan nampan berisi es kopi. Ada senyuman yang cantik di wajahnya saat dia berjalan ke arah kami, seakan-akan kami mendapatkan kedamaian di tengah-tengah segala hal.“Kurasa kalian mungkin butuh minuman dingin,” ujarnya sambil tersenyum, menghampiri kami dengan nampan di tangannya.Aku mengusap wajahku untuk mengelap air mata dan aku tertawa padanya. “Kamu memang pengertian, cintaku,” kataku padanya, bangkit berdiri untuk membantunya membawa nampan. Perutnya terlihat besar dan dia mulai lebih lelah dibandingkan biasanya. Dalam beberapa bulan lagi, bayi-bayi kami akan lahir di dunia.“Dia adalah wanita terbaik yang bisa kamu temukan, putraku,” komentar ayahku juga sambil terkekeh.“Wah, jadi aku mendapatkan pujian? Terima kasih banyak, Satria.” Dia tersenyum dan kemudian duduk di sampingku, membiarkan aku mengambil tangannya dengan penuh kasih dan mencium pipinya.“Astaga, kalian adalah pasangan yang indah. Tolong jangan p
Jason“Itukah mengapa kamu ingin bercerai dengan ibuku? Apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama dengan Joshua dan menikah lagi? Kamu tidak akan mengatakan padaku bahwa kamu sudah bersiap-siap untuk menikah, ‘kan?” Aku berkata seperti itu pada ayahku hanya sebagai candaan, tapi dia tahu aku menganggapnya dengan serius.“Sejujurnya, aku bukan pria yang ideal untuk dinikahi. Para wanita seharusnya mengetahui hal itu,” komentarnya sambil terkekeh, hanya untuk menyembunyikan konflik apa pun. “Kalau ibumu, meskipun aku mencintai dia, aku tidak dapat membuatnya bahagia.”“Apakah kamu mengatakan bahwa setelah hampir 40 tahun, kamu memutuskan untuk memberikan ibuku perceraian karena kamu akhirnya menyadari bahwa kamu tidak dapat membuatnya bahagia? Aku benar-benar berpikir kamu hanya menikah dengannya karena kamu ingin memanfaatkan nama baik keluarganya untuk membuat kariermu di pasar saham,” jelasku. Lagi pula, posisiku bukanlah sebuah misteri. Aku selalu mengatakan dengan jelas pada
JasonLaura sedang bersama ibuku dan Vivian seraya mereka dengan lembut menunjukkan pada Vivian foto-foto lamanya di dalam album yang telah ibuku bawa dari Bekasi untuk membantu pemulihannya. Vivian masih tidak dapat menghubungkan foto-foto yang sedang dia lihat sekarang dengan masa lalunya. Kondisinya masih kacau. Itu akan membutuhkan waktu lebih lama, tapi dengan sedikit kesabaran, kita akan sampai di sana.Aku meninggalkan mereka melihat-lihat foto itu dan berbincang bersama. Ibuku menceritakan Laura tentang masa lalu, tentang saat-saat ketika dia dan orang tuaku yang tersayang berteman dan tinggal bersama, membuat Laura mendapatkan pengalaman yang menarik.Sementara itu, aku pergi ke taman di luar, tempat ayahku sedang duduk dalam diam dan merokok cerutu. Beberapa saat yang lalu, ibuku telah membawaku memojok dan memberitahuku bahwa ayahku telah setuju untuk menceraikannya, sesuatu yang tidak pernah dia mau lakukan dalam waktu yang lama—bertahun-tahun, malah.Kenyataan bahwa di
LauraKetika ibu mertuaku kembali dari Bekasi ke rumah besar kami di Jakarta Selatan, dia membawakan album foto yang sangat dia ingin tunjukkan padaku, membuktikan bahwa apa yang dia katakan tentang kami yang sudah bertemu itu benar.“Lihat aku di sini?” tanyanya seraya dia menunjuk foto yang diambil lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Dia dan aku sedang duduk di sofa dan album foto yang tebal itu diletakkan di pahaku seraya aku membukanya dan menikmati foto-foto lama itu. “Itu adalah hari ketika Satria dan aku sedang merayakan 10 tahun pernikahan kami. Itu adalah pesta yang menyenangkan yang kami habiskan bersama teman-teman dekat. Orang tuamu juga ada di sana.”Dia menunjuk pasangan muda yang sedang berdiri di sampingnya dan ayahnya Jason. Pasangan itu sedang berpegangan tangan dan tersenyum pada kamera.“Aww … mereka terlihat sangat menggemaskan,” kataku dengan gembira seraya aku memandang orang tuaku. Mereka benar-benar terlihat seperti dua orang yang sangat mencintai satu sa
Laura“Jadi, dia hanya ketakutan?” tanya Jason dengan retoris begitu aku memberitahunya apa yang telah terjadi siang itu.Aku mengangkat bahu pelan. “Awalnya, dia hanya salah mengira kalau Anna itu aku, tapi kemudian dia menyadari bahwa gadis itu tidak memiliki semua sifat anaknya yang dia ingat dari masa lalu.”“Namun, bagaimana bisa? Bukannya dia demensia? Bukankah ingatannya sepenuhnya terlupakan?” tanyanya, terlihat jengkel. Aku tidak bisa menghakiminya karena merasa kesal. Anna memiliki beberapa lebam di lengannya—Vivian telah mencengkeram lengan Anna dengan begitu erat saat dia kumat. Sebagai ayah dari gadis itu, dia tidak suka mengetahui bahwa aku telah menempatkannya dalam bahaya.Aku menghela napas pasrah. “Dia memiliki beberapa ingatan masa lalunya, Jason. Atau mungkin, dia masih terjebak dalam ingatan masa lalunya. Terkadang, dia memanggil Ernest atau anak-anaknya, jadi dia pun mengira kalau Anna adalah aku karena ketika mereka memisahkan aku darinya, aku hampir seumuran
LauraRosa efisien dengan perjalanannya ke Bekasi, tidak membutuhkan berhari-hari untuk kembali. Ketika dia belum kembali, aku mengikuti perawatan Vivian dengan teliti. Para psikiaternya melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Mereka merawatnya dan melakukan terapi dengannya, jadi aku membawa ibuku ke taman dan mengawasinya selagi dia bermain bersama Anna. Dia menyukai Anna, mungkin karena, ketika memandang gadis itu, dia teringat akan putrinya yang telah dia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu.“Berhati-hatilah supaya kamu tidak melukai leher dia, sayang,” ujarku memperingati Anna untuk bertindak dengan lebih hati-hati lagi ketika dia sedang memasangkan kalung mutiara merah mudanya di leher Vivian. Dia bilang itu adalah hadiah darinya untuk ibuku dan itu adalah tindakan yang manis. Aku sedang tersenyum sambil menonton mereka berdua berinteraksi dengan satu sama lain.“Baiklah, Mama,” jawab Anna sambil tersenyum dan melakukannya dengan lebih hati-hati.“Baiklah, Mama,” tiru Vivian,