Share

293. Kamu?

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2025-01-21 11:44:45

Di belahan bumi lain, Rina duduk di sudut sebuah kafe, laptop terbuka di depannya. Jarinya sibuk mengetik, menyelesaikan proyek terbaru yang memberinya penghasilan cukup besar.

Tidak mudah bagi Rina untuk bangkit, kasus yang sempat membelitnya membuatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan. Tetapi karena tekad dan skil yang dia miliki akhirnya dia mendapatkan pekerjaan secara remote dari luar negeri.

Meski kehidupannya mulai pulih, ada kehampaan yang tak bisa ia abaikan. Hidup sendirian di kota asing membuat setiap detik terasa lebih sunyi.

Ia mengambil jeda sejenak, menyeruput kopi yang mulai dingin. Rina membuka media sosial, berharap ada kabar yang bisa menghangatkan hatinya. Tak disangka, sebuah postingan dari akun salah satu kenalan lamanya muncul di linimasa.

Foto pernikahan Nadya dan Rangga terpampang jelas. Nadya terlihat anggun dalam balutan gaun putih, sementara Rangga tampak gagah dalam jas formal. Di samping mereka, Sean dan Lila berdiri dengan senyum lebar, mendampingi kedua
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
siapakah itu
goodnovel comment avatar
Faidah Waidah
siapa ya apakah ryan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   294. Antara Benci dan Iba

    Rina berdiri terpaku, masih gemetar akibat kejadian tadi. Namun, gemetar itu berubah menjadi rasa campur aduk ketika pria berambut gondrong di hadapannya menyebutkan namanya dengan lembut.“Rina, ini benar-benar kamu?”Rina memandang wajah pria itu dengan saksama, dan sebuah nama terlintas di pikirannya. Ryan. Mantan atasannya di Mahendra Securitas, sosok yang dulu begitu ia hormati sebelum akhirnya menjadi sumber malapetaka dalam hidupnya.“Kamu?” ujar Rina dengan suara bergetar, setengah tidak percaya.Ryan tersenyum kaku, matanya dipenuhi rasa bersalah. “Iya, ini aku.”Ryan mengalihkan pandangannya, dia sedang mencari tempat yang lebih nyaman untuk berbicara berdua, selama Rina menenangkan dirinya.“Kita bisa duduk di sana sebentar.” Ryan menunjuk ke sebuah halte. “Kau bisa menenangkan dirimu dulu sebelum pulang.”Sebelum melangkah, terdengar suara notifikasi pesan dari ponsel Rina. Ternyata sopir taksi online membatalkan pesanannya. Mungkin karena dia tadi sempat menghubungi berul

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   295. Merasa Tidak Pantas

    Motor matic Ryan berhenti perlahan di depan sebuah tempat kos mewah berlantai tiga. Rina segera turun, merapikan jaketnya, lalu menatap Ryan. Sebelum ia sempat mengucapkan terima kasih, Ryan berbicara lebih dulu.“Sudah malam, cepat masuk! Aku tidak akan pergi sebelum kamu menghubungiku kalau kamu sudah sampai di kamar dengan selamat," ucap Ryan serius.Rina mengerutkan dahi, merasa sedikit tidak percaya dengan perhatian yang diberikan pria itu. Dia tahu Ryan dulu tidak pernah bersikap seperti ini.“Apa perlu segitunya?” gumamnya, setengah bercanda, tapi Ryan hanya membalas dengan tatapan mantap.“Perlu,” jawab Ryan singkat sambil menggerakkan dagunya seolah menyuruh Rina segera pergi.Rina mendesah kecil, kemudian tanpa banyak bicara lagi, ia melangkah masuk ke dalam tempat kosnya. Kakinya bergegas menaiki tangga, tapi pikirannya masih memikirkan sikap Ryan. Ia tidak tahu harus merasa jengkel atau terharu.Setelah tiba di kamar, Rina meletakkan tasnya dan berjalan ke arah jendela. Di

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   296. Di Tengah Kesibukan

    Sean membuka pintu rumah dengan langkah berat, wajahnya terlihat lelah. Hari-hari ini terasa sangat panjang sejak Rangga memutuskan cuti untuk bulan madu. Semua pekerjaan menumpuk di pundaknya, memaksanya pulang larut hampir setiap malam.Di ruang tamu, Lila duduk di sofa dengan buku di tangan, mencoba mengusir kantuk sambil menunggu suaminya. Begitu mendengar suara pintu, ia langsung menoleh dan tersenyum lembut.“Kamu belum tidur?” tanya Sean sambil melepas jasnya dengan gerakan lamban.“Belum,” jawab Lila. “Aku mau pastikan kamu makan malam dan istirahat dulu.” Lila merasa tidak tenang jika Sean belum tiba di rumah.Sean tersenyum tipis. “Kamu harusnya tidur saja. Jangan terlalu memikirkan aku,” katanya, mendekat dan mengecup kening Lila dengan lembut. “Seharusnya kamu istirahat, bagaimana kalau nanti malam Brili bangun, dan kamu belum sempat tidur?”“Aku bisa menyusuinya sambil tiduran,” jawab Lila sekenanya.Sean tersenyum jahil. “Bagaimana kalau malam ini papanya juga minta disu

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   297. Di Kantor Sean

    Lila turun dari lift dengan langkah tenang, mendorong kereta bayi Brilian, tampak bayi itu asik bermain sendiri di di sana. Satu tangannya mendorong kereta bayi Brilian, sementara yang satunya membawa Tas berisi makan siang untuk Sean.Begitu tiba di lobi kantor Sean, resepsionis muda dengan senyum ramah segera menyambutnya.“Selamat siang, Ibu Lila. Pak Sean sudah memberi tahu kami bahwa Ibu akan datang. Mari, saya antar ke ruangannya,” kata resepsionis itu sambil menganggukkan kepala.“Terima kasih,” jawab Lila lembut, membalas keramahan perempuan itu.Resepsionis itu mengambil alih stroller karena melihat Lila yang tampak kerepotan. Lalu mereka berjalan menuju ruangan Sean.Ketika tiba di depan pintu, resepsionis itu memberi tahu, “Maaf, Ibu, Pak Sean sedang ada rapat. Tapi sepertinya tidak akan lama. Ibu bisa menunggu di dalam.”Lila mengangguk. “Tidak apa-apa, terima kasih sudah mengantar.”Sebelum resepsionis itu pergi, Lila menyodorkan sebungkus makanan ringan dari tasnya. “Ini

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   298. Mbak Lila Bahagia?

    “Nanti pulang malam lagi?” tanya Lila sambil merapikan pakaiannya.Sean langsung memeluk Lila dari belakang dan melabuhkan kecupan di leher jenjang istrinya. “Pengennya pulang lebih awal, bisa main bareng Brilian lebih lama, dan malamnya bisa memberi nafkah mamanya sepuasnya.”Lila tertawa renyah mendengar ucapan Sean. Lalu dia membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan sang suami.“Kalau main buru-buru, pusingnya saja yang sembuh, kangennya belum.” Sean semakin mengeratkan pelukannya. Ucapan Sean terdengar seperti anak manja yang sedang mengadu kepada ibunya.“Aku akan sabar menunggumu di rumah.” Lila melabuhkan kecupan lembut di bibir Sean.“Mau lebih lama lagi,” ucap Sean dengan suara yang terdengar serak.Sean seperti tidak rela melepas bibir Lila. Tetapi saat dia kembali ingin mencium istrinya, terdengar suara ketukan pintu.Sean menghembuskan napas kasar, lalu melangkah melangkah ke kursinya dengan santai, tetapi sorot matanya memperhatikan pintu yang baru saja diketuk."Masu

    Last Updated : 2025-01-22
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   299. Di Balik Topeng Delisa

    Di sela makan siang di salah satu restoran favorit Delisa, Lila mulai bercerita tentang perjalanan pernikahannya dengan Sean. Delisa, yang awalnya asyik menikmati makanannya, menatap kakaknya dengan penuh perhatian."Pernikahan itu nggak selalu mulus, Lis," Lila memulai. "Aku dan Sean juga pernah melewati masa-masa sulit. Kau pasti sudah dengar dari bapak dan ibu, kalau kami bahkan sempat terpisah karena perceraian."Delisa mengangkat alis, sedikit terkejut. "Tapi sekarang kalian baik-baik saja, kan, Mbak?"Lila tersenyum tipis, matanya terlihat sendu. "Iya, sekarang kami sedang berusaha memperbaiki semuanya. Tapi itu nggak mudah. Ada ego kami yang merasa yang merasa paling benar, masalah dengan orang-orang di sekitar yang mungkin memiliki kepentingan lain."Delisa mengangguk pelan, mencoba memahami. "Apa yang bikin kalian memutuskan untuk kembali bersama?""Brilian," jawab Lila tanpa ragu sambil melirik putranya yang tidur pulas di stroller. “Saat Sean mengetahui aku hamil dia langs

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   300. Antara Tanggung Jawab dan Luka Lama

    Sekar memasuki rumah Sean dengan senyum hangat yang langsung disambut oleh Lila. Di ruang keluarga, Sekar menemukan cucunya, Brilian, yang sedang bermain di bouncer.Wajah Sekar terlihat berseri-seri saat dia mendekati Brilian, mengangkatnya, dan mencium pipinya dengan penuh kasih. "Cucu nenek makin ganteng saja," ujarnya lembut sambil menggendong Brilian.Tak lama kemudian, Sean pulang. Dia menyapa ibunya dengan pelukan hangat. "Mama kelihatan bahagia sekali hari ini," kata Sean. Namun, Sekar hanya tersenyum dan berbisik pelan di telinganya, "Ada yang ingin Mama bicarakan nanti."Setelah makan malam bersama, Sekar mengajak Lila dan Sean berbicara di ruang kerja. Kebetulan, Brilian sudah tertidur lelap di kamar. Suasana mendadak menjadi serius, membuat Sean dan Lila saling bertukar pandang dengan penuh tanya.Sekar memulai pembicaraan dengan nada lembut, tetapi jelas ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya."Lila, Mama ingin tahu bagaimana kesehatanmu sekarang. Kamu terlihat lebi

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   301. Setelah Bulan Madu

    Pagi itu, Rangga memasuki kantor untuk pertama kalinya setelah libur bulan madu. Rambutnya masih basah seolah sengaja tidak dikeringkan sepenuhnya, dan wajahnya memancarkan kebahagiaan. Begitu dia melangkah ke ruangan utama, para karyawan serempak mengucapkan selamat dengan senyum dan sapaan riang."Selamat ya, Pak Rangga!" seru salah satu karyawan perempuan dengan antusias."Terima kasih," balas Rangga ramah sambil mengangguk."Kapan kabar bahagianya, Pak?" goda karyawan itu, memancing tawa kecil di sekitarnya.Rangga hanya tersenyum lebar. "Doakan saja, secepatnya," jawabnya, membuat suasana semakin ceria.Setelah menyalami beberapa karyawan, Rangga menuju ruang kerja Sean dengan langkah santai. Saat membuka pintu, dia masuk dengan senyum lebar sambil mengibaskan rambut basahnya, sengaja membuat beberapa tetes air melayang di udara.Sean yang sedang bekerja buru-buru menutup laptopnya. "Hei! Jangan sampai airnya bikin korsleting di sini," ujar Sean setengah kesal, setengah bercanda.

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   320. Bucin Paripurna

    Sean membuka pintu kamar hotel dengan santai, bathrobe putih membalut tubuhnya, rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Dengan senyum hangat, dia menerima trolley yang berisi makan siang mereka dari petugas room service."Terima kasih," ucap Sean sebelum menutup pintu kembali.Lila masih berbaring di atas ranjang, matanya terpejam sejenak, menikmati kenyamanan kasur empuk setelah pergulatan panas yang cukup melelahkan. Kesibukan membuat mereka harus pintar-pintar mencari waktu untuk bisa menjaga keharmonisan rumah tangga.Saat Sean menghampiri dengan meja makan yang telah disiapkan, Lila perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Ada rasa kecewa saat melihat istrinya mulai mengenakan jubah tidur, karena sebenarnya Sean ingin makan sambil menatap tubuh indah istrinya.Sean harus menekan ego dan imajinasi liarnya tersebut, karena baginya kenyamanan Lila lebih penting."Ayo makan," kata Sean sambil menuangkan segelas air putih untuk Lila. Setelah mendapat pelayanan yang sangat memua

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   319. Pasrah

    Lila berpikir cepat. Dia tidak ingin membuat Sean menunggu lama di hotel, tetapi juga tahu jika menolak permintaan Delisa begitu saja. Adiknya itu pasti akan mengadu pada Ibu mereka, jika keinginannya tidak terpenuhi. Ujung-ujungnya, Lila akan menerima ceramah panjang lebar yang menyakitkan hati dari sang ibu."Sebagai mbak, kamu itu harusnya lebih sayang sama adikmu!" Inayah pasti akan berkata begitu. "Dulu kita sama-sama hidup susah, setelah hidup enak kenapa sekarang lupa pada adikmu?" "Delisa itu adikmu, Lila. Kalau bukan kamu yang memperhatikannya, siapa lagi?" Kalimat-kalimat yang sebenarnya menyakitkan bagi Lila, seolah-olah selama ini dia tidak pernah peduli pada adiknya. Seolah-olah semua yang sudah dia lakukan tidak ada artinya.Lila menarik napas panjang, menahan kesal yang mulai menguasai pikirannya. Dia tidak ingin berdebat dengan Inayah lagi. Lila berusaha berpikir cepat agar bisa menemukan solusi lain.Tanpa ragu, Lila mengeluarkan ponselnya dan segera memesan makana

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   318. Makan Siang di Hotel Bintang Lima

    Ryan menunduk, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh rendah restoran. "Ibuku seorang penderita skizofrenia."Rina terkejut. Matanya membulat, menatap Ryan yang kini tampak begitu rapuh di hadapannya. Ia tidak menyangka, di balik sikapnya yang selalu tenang dan terkendali, Ryan menyimpan luka sedalam ini.Rina bertanya dalam hati, apakah ini yang membuatnya selalu terlihat murung?Ryan menghela napas, menatap ke arah lain. "Aku sadar, menikah denganku tidak akan mudah, Rina. Aku tidak bisa menjanjikan hidup yang sempurna. Aku tidak bisa menjanjikan segalanya akan baik-baik saja. Tapi ..." Ia menatap Rina, dalam dan tulus. "Aku bisa menjanjikan ketulusan."Rina masih diam, hatinya berkecamuk. Ia tidak pernah membayangkan beban yang harus ditanggung Ryan. Ia tahu, memiliki anggota keluarga dengan gangguan mental bukanlah sesuatu yang mudah. Ada tanggung jawab, ada pengorbanan, ada kesedihan yang mungkin tidak bisa dimengerti orang lain.Tanpa sadar, Rina meraih tangan Ryan. Ia menggenggam

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   317. Kenyataan Pahit yang Lain

    Ryan menatap bayangannya di cermin, menyisir rambutnya dengan perlahan. Wajahnya tampak tenang, tapi pikirannya tidak. Rina masih memenuhi benaknya.Sejak perpisahan mereka, ia berusaha mengalihkan perhatian dengan pekerjaan dan kesibukan lainnya, tetapi bayangan gadis itu selalu muncul, terutama di saat-saat seperti ini, saat ia sendiri, berdiri di depan cermin, menghadapi dirinya sendiri.Dengan helaan napas panjang, Ryan meraih ponselnya dari meja. Jemarinya ragu sejenak sebelum akhirnya mengetik pesan."Rina, bisakah kita bertemu? Mungkin untuk yang terakhir kali."Ia menatap layar, mempertimbangkan apakah ini keputusan yang tepat. Namun sebelum bisa berubah pikiran, ia menekan tombol kirim.Detik-detik berlalu terasa lambat. Ia menunggu dalam diam, berharap, tapi juga takut akan jawaban yang mungkin ia terima. Lalu, ponselnya bergetar."Baiklah, di mana?"Ryan merasakan dadanya sedikit lega, meski di baliknya ada kegelisahan. Ia segera mengetik balasan."Bagaimana kalau di Restor

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   316. Jawaban yang tak Kunjung Datang

    Setelah makan malam, mereka duduk santai di ruang keluarga. Sekar duduk di sofa dengan nyaman, sementara Lila menyandarkan kepalanya di bahu Sean yang duduk di sampingnya. Brilian sudah tertidur pulas di kamarnya, membuat malam terasa lebih tenang.Sekar menyesap teh hangatnya, lalu melirik ke arah Sean. “Sean, apartemen kamu di Regal Hight itu sampai sekarang masih kosong, ya?” tanya Sekar santai.Sean menoleh ke ibunya, lalu mengangkat bahu. “Iya, Ma. Kenapa?”Sekar menatapnya dengan tajam. “Apa rencanamu dengan apartemen itu?”Sean menghela napas, melirik sekilas ke arah Lila yang tampak mendengarkan obrolan mereka dengan tenang. “Belum ada rencana, Ma,” jawab Sean akhirnya.Sekar langsung bersuara dengan nada tegas, “Kalau begitu lebih baik disewakan saja. Daripada dibiarkan kosong, hanya menghabiskan biaya perawatan.”Sean kembali melirik Lila, kali ini lebih lama. Sebenarnya, dia punya rencana sendiri untuk apartemen itu. Sesekali, dia ingin mengajak istrinya ke sana, menghabisk

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   315. Kena Marah Semua

    Setelah kelahiran Brilian, ada rasa kurang nyaman saat mereka menikmati kebersamaan. Beberapa kali Brilian terbangun di saat yang tidak tepat, hingga membuat Sean dan Lila terpaksa menyelesaikan dengan cepat, bahkan pernah akhirnya tidak dilanjutkan.Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Sean dan Lila menikmati kesempatan yang diberikan oleh Sekar. Terasa seperti bulan madu saat menikmati kebersamaan penuh gairah tanpa ada gangguan.Tidak harus terburu-buru untuk saling memberikan kenikmatan. Bahkan Sean tidak perlu membekap mulut Lila agar suara desah dan jeritannya membangun Brilian.Setelah berburu kenikmatan bersama dalam berbagai gaya diiringi dengan erangan dan desahan, akhirnya Sean dan Lila bisa mencapai puncak bersama. Sean melabuhkan kecupan lembut di bibir Lila sebelum menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Lila dan memeluknya dengan erat. Sementara itu Lila berusaha menormalkan kembali deru napasnya yang tidak beraturan.“Apa motif mama melakukan ini semua?” Lirih suara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   314. Hadiah dari Sekar

    Sean mendekati mamanya dengan hati-hati. Ia tahu Sekar tidak suka ditentang, tetapi ia juga tidak bisa diam melihat istrinya terluka.Dengan nada lembut berharap tidak menyinggung perasaan sang mama, Sean melontarkan pertanyaan, “Ma, kenapa Lila menangis? Apa ada sesuatu yang terjadi?”Sekar menoleh ke arah Sean, dia terlihat santai sambil tetap bermain dengan Brilian.“Ah, cuma masalah kecil, Sean. Aku hanya bilang ingin tidur dengan Brilian malam ini. Sepertinya Lila tidak terima.”Sean menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya. “Ma, aku tahu Mama sangat menyayangi Brili. Tapi Lila sudah seharian di kantor. Dia hanya ingin memeluk anaknya malam ini. Tidak bisakah Mama memberikan waktu untuk Lila dan Brili bersama? Besok, Mama bisa bermain sepuasnya dengan Brili saat kami bekerja.”Sekar menatap tajam ke arah Sean, matanya seolah ingin menembus akal sehat putra semata wayangnya.“Mama tidak ingin mengajakmu hitung-hitungan. Mama tidak pernah meminta imbalan untuk merawat Brili,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   313. Memonopoli Cucu

    Inayah memijit pelipisnya dengan kesal setelah mendengar keluh kesah Delisa melalui telepon. Kata demi kata yang terlontar dari bibir putri bungsunya masih terngiang-ngiang di telinganya."Bu, Mbak Lila sekarang sombong. Dia nggak peduli lagi sama aku setelah jadi bos. Apa dia lupa kalau aku adiknya?" Nada bicara Delisa terdengar penuh keluhan, membuat hati Inayah ingin segera bertindak.Yang ada dalam benak Inayah, saudara itu harus selalu rukun dan saling menolong. Tidak ada salahnya Lila yang sudah memiliki kehidupan yang baik menolong adiknya yang sedang merintis karir.Tanpa berpikir panjang, Inayah meraih ponselnya dan bersiap menghubungi Lila. Namun, sebelum ia sempat menekan nomor, Waluya menghentikannya."Tunggu dulu, Bu. Jangan bertindak gegabah. Masalah Lila dan Lisa kali ini tentang pekerjaan, bukan urusan keluarga," ucap Waluya dengan tenang."Tapi, Pak, masa Lila begitu sama Lisa? Mereka kan saudara! Lila harusnya lebih perhatian sama adiknya," sahut Inayah dengan nada t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   312. Sikap Lila di Hadapan Delisa

    Setelah acara pengumuman berakhir, suasana di Mahendra Securitas mulai kembali tenang. Sekar terlihat tenang tetapi penuh perhatian ketika menggendong Brilian yang tertidur pulas di pelukannya.Langkahnya mantap menuju mobil, sementara Lila berjalan di sampingnya dengan raut wajah yang terlihat berat melepas kepergian putranya. Untuk pertama kalinya dia akan terpisah dalam waktu yang lama dengan putranya.Sekar tersenyum lembut, menatap menantunya dengan penuh pengertian. “Lila, Brilian akan baik-baik saja. Aku akan merawatnya dengan baik, seperti dulu waktu merawat Sean. Kamu fokus saja pada tugasmu di sini. Percayalah, ini juga untuk kebaikan Brilian.”Meskipun hatinya masih ragu, Lila akhirnya mengangguk. Dia tahu Sekar memiliki pengalaman dan kasih sayang yang luar biasa. Saat Sekar bersiap memasuki mobil bersama Brilian, Lila dan Sean mendekat untuk memberikan kecupan perpisahan kepada putra kecil mereka.Lila mencium kening Brilian dengan lembut, air mata hampir jatuh dari sudut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status