Share

183. Ancaman Serius

Author: Henny Djayadi
last update Huling Na-update: 2024-12-08 12:48:57

Langkah Nadya terasa berat saat dia memasuki rumah sakit. Aroma antiseptik menyengat memenuhi hidungnya, dan suasana sepi malam menambah kegelisahannya.

Di ujung lorong, Nadya melihat Sean berdiri, berbicara dengan dokter. Tampak beberapa pria tegap dengan wajah serius dan waspada di sekitar Sean. Seolah menunjukkan jika ada situasi genting selain kondisi Rangga yang sampai saat ini belum dia ketahui.

Nadya memberanikan diri mendekat. Meskipun dengan tubuh gemetar, dia harus tahu kondisi Rangga saat ini.

Sean menoleh saat melihat ke arah Nadya. Untuk pertama kalinya, sahabat Lila itu melihat sisi berbeda dari pria yang selama ini dia anggap dingin dan kasar. Wajah Sean tampak penuh kekhawatiran, tetapi dia masih menyempatkan diri untuk menyambutnya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Ini sudah malam,” ucap Sean sambil menghembuskan napas kasar. Baginya kedatangan Nadya adalah masalah baru malam ini.

“Bagaimana keadaan Rangga?” Tanpa terasa air mata Nadia menetes. “Tadi dia masih baik-baik
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   184. Ikatan Darah yang Rusak

    Rangga perlahan membuka matanya. Cahaya lampu rumah sakit yang menyilaukan membuatnya mengerjap beberapa kali. Kepalanya terasa berat, dan tubuhnya seperti tak bertenaga. Ia mendengar suara seseorang memanggil namanya.“Rangga, kamu sudah sadar?” Sean berdiri di samping tempat tidur, ekspresi wajahnya campuran antara lega dan cemas.Rangga mencoba menggerakkan kepalanya, menatap Sean. “Mobilnya ... mobilnya, Mas.” Suara Rangga lemah, hampir seperti bisikan.Sean tersenyum kecil, menepuk bahu Rangga dengan lembut. “Mobil nggak usah kamu pikirin. Semua sudah dicover asuransi. Yang penting sekarang kamu selamat.”Rangga mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi kepalanya berdenyut saat ia memaksakan diri untuk berpikir. “Aku ... aku nggak ngerti. Mobil itu … mepet terus, Mas.”Sean mengangkat tangan, memberi isyarat agar Rangga tidak memaksakan diri. “Nanti kita bicarakan. Fokus saja buat sembuh dulu. Kamu perlu istirahat.”Sebelum Rangga bisa berkata lebih banyak, pintu kamar rumah sak

    Huling Na-update : 2024-12-08
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   185. Pertemuan Rahasia

    Di tengah kekhawatirannya terhadap Rangga dan kesibukan Sean yang terlihat semakin berat, Lila membuka ponselnya untuk mengalihkan pikiran. Betapa terkejutnya dia saat melihat pemberitahuan dari platform video yang menunjukkan peningkatan signifikan pada jumlah penonton dan komentar di video-videonya.Setelah ditelusuri, ternyata kabar pernikahan Miranda dengan seorang pengusaha muda, anak seorang jenderal polisi aktif, sedang menjadi sorotan di media sosial. Nama Lila pun ikut terseret dalam berbagai diskusi netizen.Miranda cantik sih, tapi Lila lebih elegan. Terlihat banget siapa yang punya inner beauty.Gila, Lila tuh kayak dewi, nggak perlu nikah sama anak pejabat juga tetap menang kelasnya.Namun, tak semua komentar mendukungnya. Ada juga yang membandingkan Lila secara sinis:Ya wajar Miranda move on cepat, siapa juga yang tahan sama cowok kayak Sean. Miranda sekarang menang banyak!Miranda benar-benar spek bidadari, lepas dari Sean langsung dapat pengusaha kaya lainnya. Ga tau,

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   186. Miranda Lagi

    Sean tidak membuang waktu. Dia mendekati meja dengan tatapan tajam, lalu mengeluarkan sebuah map tebal dari dalam jasnya. Tanpa berkata apa-apa, dia melemparkan map itu ke atas meja.Suara berkas-berkas yang mengenai meja menggema di ruang yang sunyi itu, membuat pria di hadapannya tersentak.“Lihat sendiri,” kata Sean dengan nada rendah, tetapi sarat dengan ancaman.Pria itu membuka map dengan tangan sedikit gemetar. Di dalamnya terdapat dokumen hasil penyelidikan Selo Ardi, foto mobil Sean yang ringsek tak berbentuk, foto-foto dari rekaman CCTV, plat nomor mobil, hingga aliran dana yang berasal dari rekening putranya. Membuat wajah pria itu berubah pucat seketika.Sean menatap Andika dengan tajam, kemarahannya terlihat jelas meskipun suaranya tetap terkendali. Ia mencondongkan tubuh ke depan, tangan mengepal di atas meja."Selama ini aku sudah cukup sabar," ucap Sean tegas. "Ryan sudah berkali-kali membuat masalah, tapi aku selalu menutup mata. Aku pikir kau, sebagai ayah, akan mamp

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   187. Kau Cemburu?

    Lila berdiri mematung di dekat tempat tidur, matanya masih terpaku pada ponsel Sean yang tergeletak di meja. Kata-kata ‘tempat biasa’ terus terngiang-ngiang di kepalanya. Seolah menunjukkan jika selama ini Sean masih menjalin hubungan dengan Miranda, dan mereka masih sering bertemu di belakangnya. Pikiran Lila penuh dengan kecurigaan yang sulit ditepis, kecurigaan yang menyesakkan dada. Sean keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Dia mengusap rambutnya yang masih basah sambil tersenyum kecil pada Lila, tidak menyadari perubahan sikap istrinya. “Kangen Baby,” ucap Sean sambil memeluk Lila dari belakang. Bukan menyambut, tetapi Lila justru berusaha melepaskan belitan tangan Sean. Lila memutar tubuhnya, lalu sejenak mereka saling beradu pandang. “Ada apa?” tanya Sean kala melihat ekspresi dingin Lila. Lila tidak langsung menjawab. Dia menghela napas dalam-dalam seolah ingin menenangkan diri, lalu berkata dengan nada ketus, “Ada pesan dari Miranda.” Sean terdiam

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   188. Kesungguhan Hati Sean

    Kabar pernikahan Miranda sangat mengejutkan bagi Sean. Rasa cemburu dan kehilangan coba Sean singkirkan jauh-jauh, toh dia sudah lebih dahulu meninggalkan kekasihnya itu, dan memutuskan untuk menjaga komitmen dalam pernikahannya dengan Lila.Sean terdiam sejenak untuk menenangkan dirinya, karena bagaimana pun juga tidak mudah bagi Sean untuk melupakan Miranda begitu saja. Sean menyunggingkan senyum, mencoba menutupi kemulut di hatinya.“Bukankah seharusnya kabar pernikahan Miranda adalah kabar yang baik untuk kita?” tanya Sean dengan nada datar, “Bukankah itu artinya hubunganku dengan Miranda bener-benar sudah berakhir?”Lila tidak menjawab, dia hanya menatap wajah suaminya dengan saksama, mencoba mencari gurat kesedihatan dan sakitnya patah hati di sana.“Aku tahu kau sedang terluka,” ucap Lila dengan sorot mata tajam tertuju ke Sean.Sean menggelengkan kepala, menyanggah ucapan istrinya. “Itu tidak penting ….” Sean terdiam sejenak, balas menatap mata Lila.“La, Aku serius dengan per

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   189. Nadya dan Rangga

    Nadya membeku di tempat, hatinya seperti dihantam ombak besar saat melihat mata Rangga terbuka. Bibirnya bergerak pelan, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar bukan ilusi.“Kamu ... kamu benar-benar sadar?” Nadya bertanya dengan suara hampir berbisik. Air mata yang semula mengalir kini membanjir tanpa henti. Ada kelegaan, ada haru yang tak bisa ia sembunyikan.Rangga mengangguk lemah, senyum tipis tetap menghiasi wajahnya meskipun rasa sakit masih terasa di sekujur tubuhnya. "Aku sudah bangun, Mbak," jawabnya, suaranya serak dan pelan.Nadya segera meraih tombol panggil perawat yang tergantung di sisi tempat tidur. "Aku harus memanggil dokter. Mereka harus segera memeriksa keadaanmu,” ucap Nadya terburu-buru, tangannya gemetar di atas tombol itu.Namun, Rangga menggerakkan jarinya yang lemah, menggenggam tangan Nadya dengan usaha yang luar biasa.“Tidak perlu, Mbak. Perawat pasti datang saat waktunya mengganti infus atau memberi obat,” ucapnya pelan tapi penuh keyakinan.Nad

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   190. Dipaksa Menikah

    “Saya bisa jelaskan semuanya, ini tidak seperti yang ….”“Siapa dia, Rangga?” tanya Sekar memotong kalimat Rangga, suaranya tegas namun terkontrol. Sekar masuk dengan langkah tegas, wajahnya penuh otoritas.Nadya merasakan tubuhnya membeku dia tidak mengenali perempuan yang baru memasuki ruang perawatan Rangga. Nadya merasa seperti seorang anak kecil yang tertangkap basah sedang melakukan tindakan nakal. Wanita itu menatap mereka berdua dengan sorot mata tajam yang membuat Nadya semakin terpojok.Sementara Rangga mencoba duduk lebih tegak meski rasa sakit kembali menjalari tubuhnya.“Bu ...” Rangga berusaha menjelaskan, tetapi Sekar mengangkat tangan, memberi isyarat untuk diam.“Kalau saja kamu tidak dalam keadaan seperti ini, Rangga, sudah pasti aku akan menghukummu. Beraninya kamu mempermainkan anak gadis orang seperti ini!” Nada Sekar penuh ketegasan, matanya kini beralih ke Nadya. “Dan kamu, siapa namamu? Apa yang kamu lakukan di sini?”Nadya menggigit bibir, mencoba mencari kata

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   191. Keinginan yang Sulit Terwujud

    Rasa bersalah menuntun Andika mendatangi rumah sakit. Mungkin dia tidak akan pernah meminta maaf secara langsung, tetapi setidaknya dia harus memastikan jika Rangga dalam keadaan baik-baik saja. Namun, ketika ia semakin dekat, matanya menangkap beberapa pria bertubuh tegap berdiri di depan pintu ruangan Rangga. Wajah-wajah mereka tampak dingin dan tak bersahabat. Mereka bukan sekadar penjaga biasa, Andika tahu mereka adalah orang-orang yang profesional, yang sudah pasti mendapat mendapat instruksi dan petunjuk siapa saja yang boleh melihat keadaan Rangga. Langkah Andika terhenti. Ia menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan atau berbalik pergi. Hatinya ingin masuk, tapi pikirannya berkata sebaliknya. Andika berdiri diam, menatap pintu itu dengan perasaan campur aduk. Ia menggenggam tangannya erat, mencoba menenangkan debaran di dadanya. Rasa tenang itu tidak kunjung di dapat oleh Andika. Ketika ia tengah bergelut dengan pikirannya sendiri, indra pengelihatannya menangkap b

    Huling Na-update : 2024-12-11

Pinakabagong kabanata

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   464. Janji tak Terucap

    Sean melepas dasinya dengan satu tarikan kasar. Rumah besar itu terasa begitu sepi.Tidak ada suara Sekar yang biasanya sibuk memberi perintah. Tidak ada tawa Prabu yang sering menggoda Brilian. Bahkan Brilian sendiri tak terdengar, padahal biasanya selalu berlari-lari dengan ocehan tak ada habisnya.Setelah mencuci tangan, Sean melangkah menuju kamar bayi, membuka pintu perlahan.Di dalam, Lila sedang menggendong Berlian yang masih mengenakan baju tidur, sementara Bintang terbaring di boks bayi, menggeliat pelan. Wajah Lila tampak lelah, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap ada saat menenangkan putri kecil mereka.Sean bersandar di ambang pintu, matanya melembut. "Kenapa sendirian?"Lila menoleh, sedikit terkejut, lalu tersenyum tipis. "Mama dan Papa mengantar Renasya ke rumah sakit. Brilian ikut, nanti pulangnya langsung ke rumah Om Prabu. Mereka akan menginap kurang lebih satu minggu di sana sampai Paksi berangkat ke London."Sean mengangguk pelan, beberapa hari yang lalu P

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   463. Masa Tua yang Bahagia

    Di perjalanan pulang, Sekar sesekali melirik ke arah Renasya yang tertidur di pangkuannya. Wajah mungil itu tampak lelah, sesekali bergumam dalam tidurnya, mungkin memanggil ibunya. Prabu yang menyetir pun sesekali melirik ke kaca spion, memastikan keadaan mereka baik-baik saja."Kasihan anak ini, tidak ada yang asuh karena mamanya harus di" gumam Sekar pelan, mengusap rambut Renasya dengan lembut."Kita jaga dia baik-baik sampai ibunya pulang," sahut Prabu, suaranya tenang tetapi tegas.Sesampainya di rumah, Sekar langsung memanggil Bi Siti. "Bi, tolong mandikan Renasya dulu, ya. Pakaiannya ada di kamar tamu yang dulu dia pakai waktu menginap di sini."Bi Siti mengangguk. Dengan penuh kesabaran, ia membimbing Renasya yang masih setengah sadar karena mengantuk. Anak itu berjalan dengan langkah gontai, menggenggam tangan Bi Siti erat-erat.Sekar dan Prabu menghembuskan napas lega. "Semoga besok Rina sudah bisa dibawa pulang," kata Sekar pelan, lebih kepada dirinya sendiri.“Ya, tapi Re

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   462. Ada Apa dengan Rina

    Ryan duduk di kursi tunggu ruang UGD, masih mengenakan kaus rumahan dan celana training. Melihat keadaan istrinya yang tidak sadarkan diri, ayah satu anak itu mengambil pakaian sedapatnya dari lemari.Napas Ryan tersengal, dadanya naik turun cepat. Di pelukannya, Renasya meringkuk, masih mengenakan piyama tidurnya, kepalanya bersandar di bahu Ryan dengan wajah bingung dan takut."Ayah, Bunda kenapa?" Suara kecil putrinya bergetar.Ryan mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan anaknya meski dirinya sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa."Bunda sakit, Nak. Kita doain Bunda, ya?" Suara Ryan terdengar serak, matanya terus terpaku pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.Tadi pagi, setelah menemukan Rina tidak sadarkan diri, Ryan nyaris kehilangan akal. Ia menggendong istrinya keluar kamar, berlari ke garasi, dan tanpa berpikir panjang, memasukkan Rina ke mobil.Renasya, yang terbangun karena suara ayahnya berteriak, ikut dibawa serta dalam keadaan setengah mengantuk.P

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status