“Tu-tuan Muda?” Diego yang memegangi bahunya yang terus mengeluarkan darah, menatap terkejut mobil yang baru tiba itu. Tidak hanya dirinya, tetapi dari pihak musuh juga demikian. Tidak salah lagi, mobil yang tiba-tiba datang dan menabrak beberapa orang yang berada di dekat mobil Leticia adalah mobil Tytan. Diego merasa bisa sedikit tenang, meski yang datang hanyalah bosnya seorang. Namun, di sisi lain, ia menjadi khawatir karena identitas Tytan tidak boleh terungkap. Sementara incaran mereka adalah Tytan. “Kau!” Seseorang yang berdiri di samping bosnya, pria yang tadi baru saja datang dan menyerahkan sebuah informasi, berteriak kencang. Ia tanpa pikir panjang berlari mendekat pada Tytan yang baru saja keluar dari mobil. Semua orang secara alami bergeming di tempat mereka masing-masing, menyaksikan bagaimana pria tersebut mendapat pukulan telak dari Tytan di rahangnya. Hal itu menyebabkan dia jatuh tersungkur dalam sekali hajar, tetapi tetap tidak menjatuhkan semangatnya yang berkoba
“Orang-orang tersebut sudah kami bereskan semua, Tuan Muda. Kami tidak bisa memastikan identitasnya sekarang karena tidak ada yang selamat, tetapi kami akan tetap menyelidikinya.” Ketika Tytan dengan setia menunggu Leticia sadar, Gaspar tiba. Dia masuk ke dalam ruang rawat inap Leticia dan melaporkan hasil pekerjaannya. Bisa Tytan rasakan bagaimana tatapan pria itu di belakang punggungnya. Saat ini ia menunggui Leticia sambil memegang tangannya selalu. Dengan wajah yang penuh harap bercampur kecemasan yang kentara. Bawahan setianya itu tidak akan terlalu bodoh untuk tidak menyadari perbedaan jelas tersebut. Namun, Tytan tidak peduli lagi dengan pendapat atau tentangan Gaspar. Ia sudah menyadari bagaimana perasaannya pada Leticia. Semua kekhawatiran akan masa depan atau masalah merembet yang selalu dipikirkan mengenai hubungannya dengan Leticia, ia kesampingkan lebih dulu. Sekarang Tytan hanya menginginkan kesembuhan Leticia. "Pastikan untuk segera mengetahuinya lalu jangan sampai in
“Kenapa? Apa yang kau rasakan? Apapun katakan padaku.” Dalam hitungan detik, sisi menyeramkan itu lenyap dan berganti dengan kekhawatiran. Tytan menangkap tangan Leticia dan kembali digenggamnya. “Aku sudah baik-baik saja,” jawab Leticia menenangkan. “Aku hanya ingin kau menggenggam tanganku terus.” “Tetapi sepertinya kau memiliki banyak pekerjaan untuk dikerjakan,” lanjutnya setelah melirik sekilas meja yang tak jauh dari ranjang gadis itu. Tiba-tiba genggaman tangan mereka mengerat. Suhunya menjadi semakin hangat, apalagi telapak tangan Leticia menyentuh pipi Tytan. Perbuatannya membuat pipi Leticia secara alami tersipu malu. Ia yakin wajahnya yang pucat menampakkan dengan jelas bagaimana rona merah tersebut menghiasi. “Kau adalah prioritasku, Leticia.” Seperti biasa, walau nada bicaranya yang khas dingin, tetapi selalu berhasil membuat Leticia melayang dengan perut yang dipenuhi kupu-kupu. Ia menjadi sedikit penasaran, apakah Tytan pernah berkencan sebelumnya meskipun dengan sik
Satu minggu kemudian Perawatan Leticia menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Semua disebabkan oleh kondisi mentalnya yang tidak bagus sehingga menurunkan kondisi fisiknya. Sejak pembicaraan terakhir dengan Tytan, wanita itu menangis dan bersedih. Ditambah dengan penyakit sebelumnya yang belum sembuh, memperparah kesulitan pemulihannya. Semua juga memperparah rasa bersalah Tytan yang tidak bisa melakukan apapun. Dugaannya tepat, daripada membencinya, Leticia tampak lebih ketakutan. Setiap kali Tytan berniat mendekatinya, gadis itu akan selalu memintanya keluar dengan dingin, tanpa sedikitpun melihatnya. "Julius, lakukan tugasmu dengan baik." Hanya Julius yang menjadi harapan lain bagi Tytan, sementara Diego masih beristirahat. "Baik, Tuan Muda," jawabnya tegas. Pria itu menunduk lantas masuk ke dalam ruangan Leticia dimana gadis itu tengah membereskan pakaiannya. Genap 10 hari ia di rumah sakit, kini dokter telah memperbolehkannya pulang. Jadi, Tytan dan yang lainnya tidak lagi
“Sebagai teman sekaligus bawahan Anda, saya hanya bisa meminta maaf karena tidak mengatakan apapun pada Anda.” Ingin rasanya Leticia marah ketika situasi seperti ini datang seperti di dalam bayangannya, layaknya ia meluapkan amarah pada Tytan hari itu. Namun, ia tidak bisa terlalu menyalahkan Diego sebab posisi yang tidak membuat dirinya bisa mengatakan hal tersebut. “Aku mengerti,” sahut Leticia singkat setelah helaan napas berat keluar dari mulutnya. “Terima kasih karena Anda sudah memahami saya,” jawab Diego lagi yang tersenyum seolah senang dengan pengampunan yang ia berikan. Leticia tidak lagi memikirkan hal tersebut, ia beralih meneliti bagaimana penampilan Diego. Terlebih luka terparah yang dialami bahu kirinya. Tampaknya luka yang diderita oleh Diego dan miliknya jauh lebih parah pria itu, tetapi dia bahkan keluar lebih cepat. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau tampaknya masih belum benar-benar boleh keluar, tetapi sudah ada di rumah sekarang.” Dengan pertanyaan tersebut,
“Walaupun kau belum terbiasa, makanlah sedikit demi sedikit dengan diselingi lemon agar tidak mual.” Suara Tytan membawa pikiran Leticia kembali ke meja makan. Setelah mengingat kembali pembicaraan dengan Diego, Leticia tidak bisa mengangkat wajahnya untuk sekedar menatap Tytan. Ia pun tidak bisa memastikan bagaimana perasaannya yang telah mencapai tahap apa. Apa benar ia telah mencintai pria ini hingga tidak bisa menolak semua yang telah dilakukan olehnya? Tidak, Leticia tanpa sadar menggelengkan kepalanya bersama penyangkalan tersebut terlintas. Ia yang terlalu lembut tidak akan tega menolak Tytan yang telah bekerja keras untuknya. Karena itulah dirinya tetap berakhir di sini. “Leticia?” panggil Tytan yang menyebabkan gadis itu tersentak. “Kenapa tidak makan?” tanyanya. Leticia mulai menyentuh alat makannya untuk menyendok sup di mangkuknya. “Aku akan makan,” jawabnya singkat. Leticia tidak mengatakan apapun lagi selain fokus pada makanannya. Ia bahkan tidak memikirkan apa yan
“Aku tidak peduli lagi dengan keluargaku, aku tidak peduli jika bisnis keluargaku hancur tanpa bantuanmu akibat imbas dari keputusan ini. Dan jika kau benar-benar mencintaiku, kau tidak akan peduli dengan kerugianmu. Jadi, kabulkan perminataanku, Tytan.” Leticia sudah tidak peduli jika keputusan ini adalah keputusan yang egois, tetapi sudah terlalu banyak ia berkorban untuk hal yang sama sekali tidak menguntungkannya. Bahkan hingga mati dengan menyedihkan tanpa seorang pun. “Ti-tidak!” Tytan menggeleng kuat. Ia dengan tegas sekali lagi menolak. Tentu saja Tytan menolak keras permintaan perpisahan tersebut karena hanya inilah hubungan yang mengikat mereka. “Kenapa? Kau tidak ingin merugi? Atau kau tidak benar-benar mencintaiku?” tantang Leticia semakin mendorong Tytan. Sekali lagi Tytan menggelengkan kepalanya kuat. Ia bahkan tidak memikirkan untung rugi atau apapun itu. “Bukan begitu, Leticia.” Selain karena tidak ingin satu-satunya hubungan ia dan Leticia terputus, yang menjad
“Aku membencimu karena Leticia.” Begitulah kira-kira kalimat yang secara tidak langsung dikatakan oleh Tytan. Fakta bahwa Tytan yang telah membencinya sudah cukup menyakitkan dan membuat nyali Sofia menciut. Namun, karena ini semua disebabkan oleh Leticia yang membuat Sofia justru semakin membenci kakak tirinya itu. Tidak ada satupun alasan yang membuat ia tidak membenci Leticia. Sejak dahulu, sejak mereka bahkan masih kanak-kanak. Meski ia sudah merebut apa yang semua kakak tirinya miliki. Leticia selalu memiliki apa yang diinginkan olehnya, bahkan kini termasuk seorang suami tampan, kaya raya, dan juga mencintainya. Hal itu melukai harga dirinya. Ia tidak ingin kalah darinya dan akan merebut satu-satunya pria yang dimilikinya ini. Seorang Castellano terlalu baik untuk diberikan pada Leticia. Itulah kenapa Sofia tidak menyerah. “Tuan Castellano, saya memiliki sesuatu untuk dikatakan.” Sofia lagi-lagi mencegah Tytan yang kembali hendak meninggalkannya. Ekspresi wajah itu, Sofia t