“Nona, Anda terlihat sangat begitu senang,” komentar Burka sedikit menggoda, sejak Leary masuk ke dalam rumah beberapa hari yang lalu, ini untuk pertama kalinya Burka melihat Leary tersenyum begitu lebar, wajah cantiknya dengan kulit seperti porselen itu kini bersemu bahagia. “Aku memang sedang sangat senang Burka, sekarang tuan Darrel mengizinkanku memanggilnya ayah, sepertinya tuan Darrel sedikit menyukaiku,” cerita Leary dengan menggebu penuh dengan kebahagiaan. Burka yang semula tersenyum langsung merenung penuh penilaian, Burka tidak mengerti jika ternyata hal sekecil dan sesederhana ini begitu membuat Leary sangat bahagia. Betapa polos dan sederhananya Leary *** Ferez duduk di bangku kayu dengan sebuah buku di tangannya, angin sejuk dan suara dedaunan yang bergerak di sekitarnya membuat Ferez merasa tenang. Membaca buku ternyata lebih baik daripada harus menghabiskan waktunya dengan orang-orang aneh di sekitarnya. Beberapa hari menjalani kehidupan di sekolah barunya membua
“Bonekaku robek!” Leary mengerjap bingung karena dia ingat betul tidak merobeknya apalagi boneka mahal Ellis mustahil mudah robek karena terbuat dari bahan bagus. “Tadi saya mengambil dengan hati-hati, tidak merobeknya, saya berani bersumpah,” jawab Leary mulai panik. “Itu boneka baru yang dibeli satu minggu lalu, tidak mungkin robek jika kau mengambilnya hati-hati, tadi boneka itu baik-baik saja,” ucap Ellis lagi terdengar memojokan. “Ada apa ini?” suara Petri terdengar, dia datang karena mendengarkan teriakan dan tangisan Ellis. Melihat kedatangan Petri, Ellis langsung tertunduk dan kembali menunjukan boneka yang masih di pegang oleh Leary. “Leary merobek bonekaku,” ungkap Ellis dengan tatapan terintimidasi seakan dia takut dengan Leary. Wajah Leary memucat, gadis kecil itu terpaku kaget karena Ellis menuduhnya begitu saja, padahal Leary hanya berniat membantu Ellis agar berhenti menangis. Pandangan Petri langsung tertuju pada boneka yang Leary pegang, boneka itu basah dan ro
Waktu jam makan makan malam sudah tiba, Leary sudah keluar, namun anak itu terlihat bimbang dan takut untuk bergabung makan malam bersama. Meski Leary tidak merasa salah atas kejadian tadi siang, namun dia tidak dapat menyembunyikan rasa takutnya dari Petri yang dengan begitu mudahnya menamparnya. Seumur hidup untuk pertama kalinya Leary mendapatkan tamparan, bahkan bibi Willis yang selama ini sering Leary anggap jahat, tidak pernah sekalipun dia memukul dan mencubit Leary. Dengan bimbang Leary berjalan melewati lorong, tempat kamar Leary berada sangat jauh dan memiliki bangunan yang berbeda dari kamar Petri maupun Ellis. Meski mereka tinggal di satu tanah dan perumahan, nyatanya Leary tinggal di bangunan terpisah, lebih tepatnya tinggal di belakang rumah utama yang di tempati Darrel, Ellis dan juga Petri. Leary melihat ke sekitar dan menyadari bahwa para pekerja tidak terlihat, begitu pula dengan Burka yang sudah pergi dan akan kembali besok. Begitu sudah berada di depan pintu ru
Menghabiskan satu roti isi membuat Leary merasa sangat puas, ketidak ada’anya para pelayan dan pekerja lainnya membuat Leary merasa bebas berlari berkeliaran di sekitar rumah yang luas, memperhatikan setiap bunga dan tanaman lainnya yang tumbuh terawat terlihat indah di bawah cahaya lampu-lampu taman yang menyala. Dengan langkah lebar Leary berlari melewati jalanan setapak yang terlihat sudah cukup lama tidak terpakai. Jalanan setapak itu akhirnya mengantarkan Leary pada ujung sisi halaman rumah. Kepala Leary mendongkak, melihat pagar rumput yang berdiri menjulang, sementara di sisinya ada pintu pagar kayu yang sudah tua. Rasa penasaran membuat Leary memutuskan menarik pintu kayu itu. Leary tercekat kaget, matanya terbelalak, seketika Leary menutup mulutnya. Bola mata Leary berbinar melihat sungai Thames yang langsung terlihat dan hanya terhalang satu rumah. Rupanya, belakang rumah keluarga McCwin lansung berhadapan dengan sungai Thames. Leary menelan salivanya dengan kesulitan,
Napas Leary tersenggal-senggal karena takut, kakinya terus bergerak berlari hingga membuat dia tidak sadar bahwa satu sepatunya terlepas. Dari kejauhan Leary melihat seseorang yang berjalan kearanya, semakin Leary bergerak cepat berlari, dapat Leary lihat orang itu masih muda sepertinya. Begitu sudah berada di jangkauannya, refleks Leary langsung menangkap tangan anak pria itu dan menariknya dengan keras. Ferez tersentak kaget karena seorang gadis kecil tiba-tiba saja menarik tangannya dan mengajaknya berlari. Anehya Ferez ikut berlari karena genggaman kuat Leary di tangannya terus menariknya. Leary melihat ke belakang, pandangannya bertemu dengan Ferez yang kebingungan dengan tindakannya. “Jangan ke sana, di sana ada orang-orang jahat, ayo berlari, nanti mereka melukaimu,” ajak Leary hampir dengan teriakan. “Tunggu dulu, tapi ak,” Ferez tidak dapat melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba Leary mendorongnya ke sudut tembok dan memeluknya dengan erat, tubuh kecil rapuhnya gemetar h
Leary berlari dengan cepat melewati taman rumah dan masuk ke wilayah perumahan, malam sudah sangat larut, dia harus segera sampai sebelum seseorang menyadari bahwa dia sudah pergi berkeliaran keluar. Baru saja Leary berpikir demikian, kini langkah Leary terhenti seketika, tubuhnya sedikit terhuyung ke sisi karena berpas-pasan dengan Petri yang baru keluar perpustakaan untuk mengambil buku pelajarannya. Dalam satu langkah Leary langsung mundur menjaga jarak, anak itu tertunduk tidak berani bertatapan dengan Petri yang kini memperhatikan penampilan Leary yang acak-acakan dan satu kakinya tidak mengenakan sepatu. Wajah Leary merah sembab terlihat sudah habis menangis, napasnya tersenggal-senggal karena banyak berlari. Melihat penampilan Leary yang acak-acakan, Petri bertanya-tanya dalam benaknya. Apakah anak itu menangis karena kejadian tadi siang? “Kemana sepatumu?” tanya Petri dengan dingin. Kaki mungil Leary yang sedikit kotor dan terluka itu bergerak bersembunyi di belakang kak
Leary pergi memberanikan diri untuk keluar lagi karena dia harus mencari sepatunya yang semalam hilang, sepatu itu dibeli Burka. Leary tidak ingin membuat Burka marah dan kecewa apalagi jika Burka tahu bahwa Leary sudah pergi keluar, selama ini Burka adalah seseorang yang paling baik kepada Leary, karena itu Leary tidak boleh membuat Burka bersikap berbeda kapadanya karena kenakalan yang sudah dia perbuat. Leary sudah mengintip lubang selokan yang dia lihat, dia juga membuka satu persatu tempat sampah yang di lihatnya meski sebagian tempat sampah itu sudah kosong di tarik petugas. Sepatunya sama sekali tidak dia temukan. Leary berlari menyebrang jalan dengan rasa lelahnya, anak itu memutuskan duduk di sisi pagar memperhatikan keramaian di depannya. Kebingungan terlukis jelas di matanya, Leary sungguh tidak tahu apa yang dia harus katakan kepada Burka jika sepatunya benar-benar tidak di temukan. Semua yang Leary lakukan, kebingungan yang di rasakannya, semua itu tidak lepas dari per
Siang telah datang, Burka dan para pekerja lainnya sudah datang, begitu pula dengan Leary yang sudah kembali sejak setengah jam yang lalu sebelum orang-orang kembali. “Nona, bagaimana keadaan Anda?” Tanya Burka yang kini merapikan pakaian Leary dan menyusunnya di lemari. “Baik,” jawab Leary dengan senyuman lebar. “Syukurlah jika Anda baik-baik saja.” Burka segera menutup pintu lemari, dan melihat ke sekitar. “Burka, aku ingin ke perpustakaan, apa Burka bisa menemaniku ke sana? Aku takut ada yang marah jika nanti masuk sendirian.” “Dengan senang hati, Nona.” Leary melompat turun dari ranjang, “Ada buku yang harus aku kembalikan.” “Ayo Nona.” Burka menuntun pergi Leary pergi menuju perpustakaan. Suasana kediaman keluarga McCwin terasa tetap sama meski kini ada anggota baru yang bergabung, sebelumnya Burka sempat melayani Petri hingga Ellis sebelum dia melayani Leary. Burka merasakan perbedaan besar sifat Leary dan Ellis saat dia tangani, keduanya memiliki sifat yang sangat bert