Ferez beranjak begitu melihat piring Leary sudah bersih tanpa sisa. “Aku mengambil tasku dulu.”Kepergian Ferez kini menyisakan Chaning dan Leary yang sudah selesai makan.Leary melompat turun dari kursinya dan membawa piring kotor.“Kau mau ke mana?” tanya Chaning yang segera berhenti sarapan karena tingkah Leary yang terus menyita perhatiannya.Leary berdiri di sisi Chaning, anak itu mengangkat wajahnya dan menatap Chaning dengan serius. “Saya akan mencucinya.”“Tidak perlu,” Chaning merebut piring kotor di tangan Leary dan menyimpan kembali di meja. “Aku tidak mempekerjakan anak di bawah umur.”Leary mematung kaget, gadis kecil itu berdiri dalam kecanggungan, sorot matanya yang dalam tidak berhenti menatap Chaning.Kening Chaning mengerut samar terlihat risih karena Leary terus menatapnya seperti seekor anak anjing yang baru diberi makan. “Berhenti menatapku seperti itu,” peringat Chaning terdengar jengkel.“Kenapa Chaning sangat baik kepada saya?” tanya Leary pelan.“Aku tidak per
Leary menyimpan dengan baik uang pemberian Chaning di dalam koper, menggabungkannya dengan alat tulis dan sepatu pemberian Ferez. Ada senyuman yang terlukis di bibir mungil anak itu, kini Leary memiliki banyak harta yang harus di jaga.Leary akan berusaha belajar lebih giat lagi dan mengingat di mana tempatnya tinggal dulu agar bisa kembali ke desa.Leary mengambil sepotong pakaian miliki Olivia, Leary memeluk dan mengendusnya, bau parfume dan tubuhnya mulai memudar dan membuat Leary semakin rindu rumahnya.“Aku rindu ibu, tidak apa-apa jika kini aku tidak bersama ibu lagi, tapi datanglah ke mimpiku lebih sering,” bisik Leary penuh harap. Mata Leary terpejam, “Bulan ini aku ulang tahun, aku akan tumbuh lebih tinggi, aku tidak akan banyak mengeluh lagi karena ingin membeli kue. Aku akan lebih giat lagi belajar agar paman baik, Ferez, Burka, Jimmy, paman Liebert dan Andrew tidak kecewa padaku, aku juga tidak akan nakal lagi.”Tangan mungil Leary meremas lebih kuat pakaian Olivia, bebera
Suasana kelas kembali terdengar berisik ketika jam istirahat sudah tiba. Petri duduk sendirian dan terlihat merenung memperhatikan langit cerah melalui jendela, Petri tidak banyak berbicara sejak tadi pagi, pikirannya tidak berhenti berkelana memikirkan sesuatu.Satu persatu anak sekolah keluar kelas menikmati waktu istirahat mereka dengan bermain.“Pergilah lebih dulu, ada yang harus aku urus,” pinta Ferez pada Noah yang baru saja akan angkat bicara dan mengajaknya pergi.Noah melirik Petri yang duduk di samping sejajar dengan mejanya, lalu kembali melihat Ferez kembali. Tubuh Noah langsung membungkuk, Noah berbisik, “Kau tidak sedang memiliki masalah kan? Kau jangan membuat masalah, jika kita dikeluarkan dari sekolah ini, nanti kita tidak diterima di seluruh sekolah London,” peringat Noah memberitahu.“Aku tidak memiliki masalah. Jadi pergilah,” jawab Ferez.Noah sempat terdiam dan menatap tidak percaya, namun dia tidak memiliki alasan yang kuat agar bisa melihat apa yang sebenarnya
“Apa maksud Anda?” tanya Andrew kebingungan.“Saya pelayan di rumah ini, seorang pelayan tidak perlu di layani. Mulai sekarang saya akan bekerja dengan keras, saya akan membersihkan perpustakaan seperti yang Burka lakukan, membantu mengangkat jemuran. Saya akan berusaha.”Andrew terpaku, melihat Leary yang melompat turun dari ranjangnya dan merapikan pakaian ibunya yang kini sudah kusut. “Nona, Anda itu Nona besar di rumah ini, And_” Andrew tidak dapat melanjutkan ucapannya begitu melihat Leary berbalik dan berdiri di hadapanya.“Bukan Andrew. Tuan Darrel sudah memberitahu semuanya jika saya pelayan di sini. Anda tidak perlu melakukan apapun untuk saya, beri saja saya makan jika saya sudah bekerja.”Rasa sesak memenuhi dada Andrew, pria itu sampai membuang napasnya dengan kasar dan mengepalkan tangannya diam-diam di selimuti amarah yang begitu besar setelah mendengar semuanya.Ternyata, rumor pesta yang terjadi kemarin malam itu benar, semua orang membicarakan anak pelayan yang di ba
Leary memeluk tas itu dengan erat, tanpa berpikir panjang gadis kecil itu berlari pergi keluar. Beruntung Leary sudah sering berkeliaran dan bermain dengan Ferez, setidaknya dia tahu arah mall yang di sebutkan oleh Vika.Langkah kaki Leary bergerak cepat dengan terburu-buru, Leary tidak ingin dia terlambat datang dan membuat Petri gagal ikut lomba. Leary ingin menjadi seseorang yang berguna dan berhenti mendengarkan sindiran-sindiran seperti Vika yang terus mengatainya hanya menumpang hidup di dalam keluarga McCwin.Leary pergi menyusuri jalan, beberapa orang dewasa yang berpas-pasan dengannya tidak luput dari perhatian Leary, anak itu bertanya kepada mereka ke mana arah menuju sekolah yang di sebutkan oleh Vika.Wajah Leary terlihat mulai merah kelelahan karena terlalu banyak berlari, rambut peraknya yang panjang mulai kusut karena tersapu angin.Tanpa sengaja Leary tersandung oleh kakinya sendiri, namun tas dalam pelukannya tidak lepas dari perlindungannya. Dengan cepat Leary kembal
Petri mengusap air matanya yang sempat terjatuh dengan cepat. “Sekarang kau boleh panggil aku kakak.”Ucapan Petri berhasil membuat Leary kembali tertegun, mata indahnya mengerjap beberapa kali semakin dibuat terkejut hingga membuat Leary tidak tahu harus menjawab apa.Tangan Leary sedikit gemetar, dia terlihat gugup dan kebingungan karena tiba-tiba Petri begitu baik kepadanya. Tidak ada sorot mata kebencian, dia juga berbicara lembut kepadanya.Leary bertanya-tanya, mengapa Petri menjadi begitu baik kepadanya? Leary tidak terbiasa menerima kebaikan yang begitu besar dari orang-orang yang dulu membencinya.Pikiran Leary berkelana, teringat pertemuan pertama mereka dulu. Masih teringat jelas dalam kepala Leary mengenai ucapan Petri di masa lalu yang begitu membekas.“Aku dengar dari paman Andrew jika mulai sekarang kau akan tinggal di sini. Aku ingin, mulai sekarang dan selamanya, jangan mengajakku berbicara, jangan memanggilku kakak karena aku bukan kakakmu bukan juga keluargamu, adi
Leary terperangah tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejut sekaligus terpukaunya melihat toko game yang baru pertama kali dia lihat. Begitu banyak jenis mainan yang tersedia, selama ini Leary hanya melihatnya di photo majalah yang terbuang dan kini akhirnya dia memiliki kesempatan untuk melihat semuanya. Noah menjelaskan banyak hal kepada Leary yang baru pertama kali melihat ini. Noah anak yang baik, begitu dia tahu Leary beteman dengan Ferez, dia juga memperlakukan Leary seperti seorang teman.Leary di ajak mencoba bermain dan di ajarkan, sementara Ferez menghilang entah kemana sejak Leary mulai mencoba permaianan.Noah tampak senang bisa mengajarkan Leary karena Leary banyak tersenyum dan menunjukan banyak kebahagiaan meski itu hal yang kecil.Begitu berbeda ketika bermain dengan Ferez, Ferez jarang berekspresi, Noah merasa seperti bermain dengan sebongkah batu, namun sekalinya bertanding, Noah selalu dibuat kesal karena kalah.Semua kesenangan yang di ajarkan Noah adalah peng
“Kenapa Kakak terus menghindariku? Sejak kemarin Kakak terus menghindariku,” ucap Ellis seraya berlari mengerjar Petri yang kini berjalan cepat di depannya.“Biarkan aku sendiri Ellis,” jawab Petri terdengar dingin.“Tapi mengapa?” jerit Ellis marah.Anak-anak yang berkeliaran di sekitar mereka sontak melihat ke arah mereka, tidak seperti biasanya kakak beradik yang akur itu kini bertengkar.Petri berbalik, melihat ke sekitar dan melihat semua orang dengan dingin, menyiratkan sebuah peringatan agar mereka tidak perlu ikut campur, meski hanya sekadar ingin tahu. Pandangan Petri teralihkan pada Ellis yang kini mulai menangis seperti biasanya, Ellis terisak terlihat kesal dan tidak terima karena Petri terus menerus mengacuhkannya sejak kejadian pesta di malam itu.Ellis tidak tahu apa yang harus dia lakukan kedepannya jika Darrel berubah semakin dingin kepadanya dan Petri tidak lagi peduli kepadanya.“Kenapa Kakak berubah? Kenapa sekarang membenciku?” tanya Ellis menangis. “Aku sudah m