Petri mengusap air matanya yang sempat terjatuh dengan cepat. “Sekarang kau boleh panggil aku kakak.”Ucapan Petri berhasil membuat Leary kembali tertegun, mata indahnya mengerjap beberapa kali semakin dibuat terkejut hingga membuat Leary tidak tahu harus menjawab apa.Tangan Leary sedikit gemetar, dia terlihat gugup dan kebingungan karena tiba-tiba Petri begitu baik kepadanya. Tidak ada sorot mata kebencian, dia juga berbicara lembut kepadanya.Leary bertanya-tanya, mengapa Petri menjadi begitu baik kepadanya? Leary tidak terbiasa menerima kebaikan yang begitu besar dari orang-orang yang dulu membencinya.Pikiran Leary berkelana, teringat pertemuan pertama mereka dulu. Masih teringat jelas dalam kepala Leary mengenai ucapan Petri di masa lalu yang begitu membekas.“Aku dengar dari paman Andrew jika mulai sekarang kau akan tinggal di sini. Aku ingin, mulai sekarang dan selamanya, jangan mengajakku berbicara, jangan memanggilku kakak karena aku bukan kakakmu bukan juga keluargamu, adi
Leary terperangah tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejut sekaligus terpukaunya melihat toko game yang baru pertama kali dia lihat. Begitu banyak jenis mainan yang tersedia, selama ini Leary hanya melihatnya di photo majalah yang terbuang dan kini akhirnya dia memiliki kesempatan untuk melihat semuanya. Noah menjelaskan banyak hal kepada Leary yang baru pertama kali melihat ini. Noah anak yang baik, begitu dia tahu Leary beteman dengan Ferez, dia juga memperlakukan Leary seperti seorang teman.Leary di ajak mencoba bermain dan di ajarkan, sementara Ferez menghilang entah kemana sejak Leary mulai mencoba permaianan.Noah tampak senang bisa mengajarkan Leary karena Leary banyak tersenyum dan menunjukan banyak kebahagiaan meski itu hal yang kecil.Begitu berbeda ketika bermain dengan Ferez, Ferez jarang berekspresi, Noah merasa seperti bermain dengan sebongkah batu, namun sekalinya bertanding, Noah selalu dibuat kesal karena kalah.Semua kesenangan yang di ajarkan Noah adalah peng
“Kenapa Kakak terus menghindariku? Sejak kemarin Kakak terus menghindariku,” ucap Ellis seraya berlari mengerjar Petri yang kini berjalan cepat di depannya.“Biarkan aku sendiri Ellis,” jawab Petri terdengar dingin.“Tapi mengapa?” jerit Ellis marah.Anak-anak yang berkeliaran di sekitar mereka sontak melihat ke arah mereka, tidak seperti biasanya kakak beradik yang akur itu kini bertengkar.Petri berbalik, melihat ke sekitar dan melihat semua orang dengan dingin, menyiratkan sebuah peringatan agar mereka tidak perlu ikut campur, meski hanya sekadar ingin tahu. Pandangan Petri teralihkan pada Ellis yang kini mulai menangis seperti biasanya, Ellis terisak terlihat kesal dan tidak terima karena Petri terus menerus mengacuhkannya sejak kejadian pesta di malam itu.Ellis tidak tahu apa yang harus dia lakukan kedepannya jika Darrel berubah semakin dingin kepadanya dan Petri tidak lagi peduli kepadanya.“Kenapa Kakak berubah? Kenapa sekarang membenciku?” tanya Ellis menangis. “Aku sudah m
Di malam hari, kesibukan orang-orang mulai sedikit terhenti. Mereka berhenti beraktivitas dalam mempersiapkan pesta ulang tahu Ellis yang akan berlangsung besok malam.Andrew menarik para pekerja untuk kembali ke dapur dan beristirahat karena keluarga McCwin sedang berkabung, tidak boleh ada keributan yang berlebihan.Malam yang masih awal membuat Leary berkeliaran di sekitar taman mencari-cari bunga daun semanggi untuk dia gambar dan menghiasi surat yang ingin dia berikan kepada Ferez.Leary merangkak di atas rerumputan, melihat-lihat tumbuhan di keremangan cahaya, dia tidak berani mengambil satupun bunga-bunga indah yang ada di taman karena dia sudah mendengar kabar dari tukang kebun bahwa Darrel sangat sayang dengan tamannya. Leary baru berani mengambil daun semanggi karena itu adalah tumbuhan liar tidak di urus.Dua tangkai daun semanggi Leary dapatkan, Leary kembali berdiri dan menggenggamnya dengan hati-hati. Belum sempat Leary melangkah untuk pergi, tanpa sengaja dia melihat Da
“Aku punya hadiah untuk Ferez,” jawab Leary dengan senyuman lebarnya. Dengan terburu-buru Leary mengambil segulung kertas dari bawah meja dan memberikannya kepada Ferez. Ferez menerimanya dengan ragu, reaksi pertama Ferez saat melihat selembaran kertas itu adalah jijik sekaligus geli. Kertas itu di hiasi coretan pensil warna-warni yang acak-acakan, tulisan Leary yang buruk membuat Ferez harus mengeja setiap kata.“Ini hadiahnya?” tanya Ferez setengah tertawa meledek.“Ferez tidak suka?”“Dibandingkan dengan hadiah, ini terlihat seperti kertas.”Bibir Leary mengerut mendengarkan ejekan Ferez.“Bisa kau jelaskan ini apa?” suara Ferez berubah sedikit lembut.Leary langsung naik ke atas meja dan duduk di sisi Ferez, gadis kecil itu menunjuk coretan seperti cacing yang berdiri. “Ini Ferez, ini aku.” Jelas Leary, jari mungilnya langsung berpindah menunjukan pada gambar bulat-bulat di ujung kertas yang berwarna hijau. “Ini pohon ajaib.”“Pohon ajaib?”Leary mengangguk, dia segera merongoh d
“Ferez” Ellis memanggil.Ferez mengangkat wajahnya, melihat keberadaan Ellis yang kini berdiri di hadapannya tersenyum terlihat ramah. Ellis merongoh sesuatu di balik saku seragamnya dan memberikan amplop undangan ulang tahunnya kepada Ferez.“Nanti malam aku ulang tahun. Aku mengundang semua teman sekelas kakakku, ku harap kau juga datang.”Ferez mengambil surat undangan itu dan tersenyum. “Terima kasih.”Wajah Ellis bersemu malu, anak itu mengangguk cepat. “Sampai bertemu malam nanti,” ucap Ellis sebelum pergi lagi dengan terburu-buru karena takut Petri melihatnya.Kertas undangan berada di tangan Ferez, Ferez tidak membacanya, dia tidak begitu peduli dengan apa yang sudah Ellis berikan kepadanya meski nanti malam mungkin Ferez akan datang. Tapi bukan untuk menemui Ellis, melainkan Leary dan merayakan ulang tahunnya.“Kau dapat juga? Mau datang?”Ferez kembali mengangkat wajahnya, melihat Noah yang kini menghampirinya menggenggam sebuah kertas undangan sama dari Ellis.Ferez mengang
“Kau harus melewati tiga blok tempat di sini, tokonya ada di dekat stasiun kereta. Tanyakan lagi tempatnya di mana jika sudah dekat terminal,” kata Chaning.“Ke mana arah terminal?”Chaning kembali melihat gedung hotel incaran misinya, pria itu tersadar jika tempat yang Leary tuju dekat dengan tempat tempatnya menjalankan misi. Chaning bisa mengambil kesempatan ini dengan pergi bersama Leary karena kawasan di dekat gedung itu kini sedang di tutup.Chaning segera memasukan teropong kecilnya ke dalam saku dalam Coatnya.“Ayo, aku antar.”Leary mengerjap kaget, di detik selanjutnya anak itu melompat kegirangan karena Chaning akan membantunya. “Anda ingin berjalan-jalan dengan saya?” Chaning mendengus geli mendengarnya. “Siapa juga yang ingin jalan-jalan dengan setan kecil sepertimu, aku pergi karena tujuan kita sama. Ikut aku” Chaning melangkah lebar, pergi di ikuti Leary yang perlu berlari agar tidak ketinggalan.***Leary berlarian mengejar langkah Chaning yang berjalan di depannya, p
“Tunjukan semua koleksi pakaian terbaik toko ini.”Pria yang bernama Ashaf itu tersenyum dengan anggukan. “Silahkan ikut saya.”Leary menahan pakaian Chaning ketika pria itu hendak pergi. “Chaning, saya benar tidak apa-apa.”“Kau terlalu sering berkata tidak apa-apa. Jangan berpikir aku melakukan ini karena aku peduli, aku hanya malu berdampingan dengan anak yang berpenampilan seperti gelandangan,” jawab Chaning terdengar kasar, namun tersirat jelas di matanya jika sesungguhnya dia memang peduli dengan Leary.Leary sempat tediam untuk mencerna kata-kata Chaning, tidak berapa lama gadis kecil kecil itu akhirnya menyetujuai pekataan Chaning dan mereka segera pergi mengikuti langkah Ashaf.Pupil mata Leary melebar berbinar mengagumi segala hal yang ada di dalam toko itu. Leary terperangah, melihat untuk pertama kalinya pakaian-pakaian cantik yang berjajaran dengan semua aksesoris hingga sepatu.“Tuan, pakaian seperti apa yang Anda butuhkan untuknya?” tanya Ashaf.Perhatian Chaning tertuj