“Bagaimana bisa Anda bisa bicara setenang ini padahal puteri Anda menghilang sendirian di tengah malam seperti ini? Saya tahu Anda tidak menyayangi nona Leary, namun cara Anda bersikap, benar-benar sangat begitu konyol dan biadab,” teriak Burka marah.Pupil mata Darrel begetar mendengar hinaan dan teriakan Burka, orang-orang yang berada di sekitar sampai mendekat dan terlihat khawatir dengan kemarahan Burka.“Kau tidak sepantasnya berbicara seenaknya tentangku,” peringat Darrel dengan suara napas yang mulai terdengar kasar.“Saya tidak bicara sembarangan, namun Anda yang memang tidak pantas diperlakukan dengan baik.”Tangan Darrel mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. “Kemasi barang-barangmu, mulai malam ini kau di pecat,” ucap Darrel tidak terduga.“Dengan senang hati saya akan keluar dari rumah kotor ini,” jawab Burka tidak kalah kasar. Burka menunjuk wajah Darrel dengan mata bergetar bercucuran air mata. “Saya harap, di suatu hari nanti, nona Leary akan meninggalkan rumah ini,
“Kau memiliki ibu Leary, di sini ibu tidak akan pernah meninggalkanmu,” jawab Olivia menghibur.“Ibu janji?”Olivia tidak menjawab, samar pandangan Leary mengabur, wajah Olivia yang menatap lembut dirinya dengan penuh kesedihan mulai berubah menjadi setumpuk bunga-bunga di pemakanaman.Leary terpaku berdiri dalam kedinginan bersama bibi Willis, namun kehadiran bibi Willis menghilang dengan cepat meninggalkan dirinya.Kekosongan yang ada di depan mata Leary berubah menjadi sosok Darrel yang berdiri di hadapannya, menatap dingin dan penuh amarah seakan Leary sudah membuat sebuah dosa besar.Tubuh Leary gemetar ketakutan, anak itu melihat ke sekelilingnya dengan bingung karena tidak ada siapapun di sisinya selain kegelapan yang pekat.“Ayah..” panggil Leary dengan suara yang serak.Darrel tidak menyahut.“Anda ayah saya kan?” tanya Leary terbata.Darrel tetap membungkam, sorot matanya kian tajam dan terlihat dipenuhi kebencian yang menyiratkan ia tidak mau berdekatan dengan Leary dan tida
Cukup lama Leary dan Ferez terdiam, secara perlahan Leary akhirnya kembali mendapatkan ketenangannya lagi.“Kenapa kau kebingungan untuk pulang?” tanya Ferez pelan. Ferez tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia juga tidak tahu mengapa Leary bisa dibawa oleh ayahnya karena Chaning tidak menjelaskan apapun.Leary mundur sedikit menjaga jarak, Leary mengangkat wajahnya untuk menatap Ferez, wajah mungil itu terlihat masih merah dan basah oleh air mata. “Aku haus,” bisik Leary serak.“Tunggu sebentar,” Ferez kembali turun dari ranjang dan pergi keluar kamar tamu. Ferez memutuskan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air mineral dan sepiring kue yang mungkin bisa Leary makan.“Kenapa kau masih terjaga di tengah malam seperti ini?” suara Chaning terdengar di arah pintu. Ferez berbalik, melihat Chaning yang membawa gelas kopi yang sudah kosong. “Leary butuh minum.”Kening Chaning mengeryit, “Kenapa kau di kamar anak perempuan semalam ini?”“Memangnya kenapa? Kita berteman.”Chaning m
“Kenapa Kakak marah padaku? Aku salah apa?”“Salahmu? Kau suka berbohong dan tidak tahu berterima kasih,” jawab Petri sebelum pergi meninggalkan Ellis yang kini menangis lebih keras.Petri pergi keluar rumah dan mengabaikan tangisan Ellis yang kini terdengar. Petri berdiri di teras melihat kepergian Darrel yang sudah masuk ke dalam mobil.Mata Petri terasa panas, dengan cepat dia mengusap air matanya yang sempat terjatuh lagi.Tidak ada yang tahu seberapa terlukanya hati Petri saat ini, tidak ada yang tahu seberapa rapuhnya hati Petri sesungguhnya. Dia berusaha bersikap dingin dan tegar karena dia adalah anak laki-laki.Petri McCwin, meski dia dilimpahi banyak uang, namun dia tetap anak yang kesepian dan tidak bisa banyak mengungkapkan perasaannya karena terlalu terbiasa dengan memendamnya.Ketika ibunya pergi, Petri baru berusia lima tahun, betapa berat untuknya menerima kenyataan bahwa ibunya pergi begitu saja meninggalkannya. Di setiap malam Petri selalu menangis merindukan ibunya
“Tidurlah, ini sudah sangat malam,” titah Ferez.Leary mengusap permukaan selimut yang menutupi kakinya, pandangannya mengedar mulai sadar bahwa kini dia berada di tempat yang bagus. Leary merasa seperti sedang berada dalam istana.Dulu, dia sempat berpikir bahwa kamar yang diberikan oleh Darrel adalah kamar terbaik yang dimiliki Leary meski semuanya sudah usang dan kekurangan pencahayaan. Namun kamar ini jauh lebih bagus dan mewah dari kamarnya yang ada di rumah keluarga McCwin.Leary merasa takjub, kulitnya terasa nyaman karena seprai dan selimut yang tebal juga sangat lembut. Leary bergerak ke belakang dan membaringkan diri untuk bersiap-siap tidur lagi. Perhatian Leary tidak lepas dari Ferez yang kini masih duduk di sisinya.“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Ferez.Leary kembali bangun dan duduk dengan tegak. “Bulan ini aku ulang tahun, apa boleh aku meminta sesuatu pada Ferez?”Ferez langsung bersedekap di dada. “Kau semakin banyak menuntut ya.”“Aku tidak akan memaksa Fe
Dama duduk di sisi bak mandi tengah membantu membilas rambut Leary.Dama tersenyum samar, wanita itu tidak bersuara, sorot matanya yang lembut dan keibuan itu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari sosok Leary yang kini tengah duduk membelakanginya.Setelah empat tahun bekerja, ini untuk pertama kalinya Dama melihat keluarga Benvolio membawa seorang perempuan.Semalam, ketika Dama melihat Leary, wanita itu sempat berpikir bahwa dia adalah anak Liebert karena warna rambut dan garis wajah mereka yang sama. Namun ketika Dama melihat kondisi tubuh Leary yang begitu kurus kering, dan sorot mata yang menunjukan banyak kesedihan, Dama mulai berpikir bahwa dia bukan anak Liebert.Liebert sangat menyukai anak-anak, mustahil dia menelantarkan puterinya sendiri.Dama menurunkan pandangannya, melihat tulang Leary yang tercetak di sepanjang punggungnya. Dama penasaran, apakah anak ini mengalami kekurangan gizi? Mengapa dia begitu kurus dan lemah? “Nona, jika saya kasar, katakanlah, saya akan
Ferez beranjak begitu melihat piring Leary sudah bersih tanpa sisa. “Aku mengambil tasku dulu.”Kepergian Ferez kini menyisakan Chaning dan Leary yang sudah selesai makan.Leary melompat turun dari kursinya dan membawa piring kotor.“Kau mau ke mana?” tanya Chaning yang segera berhenti sarapan karena tingkah Leary yang terus menyita perhatiannya.Leary berdiri di sisi Chaning, anak itu mengangkat wajahnya dan menatap Chaning dengan serius. “Saya akan mencucinya.”“Tidak perlu,” Chaning merebut piring kotor di tangan Leary dan menyimpan kembali di meja. “Aku tidak mempekerjakan anak di bawah umur.”Leary mematung kaget, gadis kecil itu berdiri dalam kecanggungan, sorot matanya yang dalam tidak berhenti menatap Chaning.Kening Chaning mengerut samar terlihat risih karena Leary terus menatapnya seperti seekor anak anjing yang baru diberi makan. “Berhenti menatapku seperti itu,” peringat Chaning terdengar jengkel.“Kenapa Chaning sangat baik kepada saya?” tanya Leary pelan.“Aku tidak per
Leary menyimpan dengan baik uang pemberian Chaning di dalam koper, menggabungkannya dengan alat tulis dan sepatu pemberian Ferez. Ada senyuman yang terlukis di bibir mungil anak itu, kini Leary memiliki banyak harta yang harus di jaga.Leary akan berusaha belajar lebih giat lagi dan mengingat di mana tempatnya tinggal dulu agar bisa kembali ke desa.Leary mengambil sepotong pakaian miliki Olivia, Leary memeluk dan mengendusnya, bau parfume dan tubuhnya mulai memudar dan membuat Leary semakin rindu rumahnya.“Aku rindu ibu, tidak apa-apa jika kini aku tidak bersama ibu lagi, tapi datanglah ke mimpiku lebih sering,” bisik Leary penuh harap. Mata Leary terpejam, “Bulan ini aku ulang tahun, aku akan tumbuh lebih tinggi, aku tidak akan banyak mengeluh lagi karena ingin membeli kue. Aku akan lebih giat lagi belajar agar paman baik, Ferez, Burka, Jimmy, paman Liebert dan Andrew tidak kecewa padaku, aku juga tidak akan nakal lagi.”Tangan mungil Leary meremas lebih kuat pakaian Olivia, bebera
Langit terlihat memerah, dalam waktu beberapa menit lagi akan benar-benar tenggelam. Leary duduk di rerumputan melihat banyaknya daun semanggi yang tumbuh subur.Gadis kecil itu terlihat merenung teringat Petri yang pernah dia beri daun semanggi.Petri, entah mengapa Leary ingin lebih dekat dengannya dan terus memikirkannya. Leary gelisah melihat Petri yang terlihat bersedih.“Apa yang kau lakukan di sini? Masuklah,” titah Chaning yang datang menyusul, sekilas pria itu melihat jauh keberadaan Ferez yang masih menunggangi kudanya di pacuan.Wajah Leary terangkat, menatap lekat Chaning yang kini disinari sinar matahari sore. Pria itu terlihat kuat, indah dan hangat, sehangat matahari sore.Leary tidak bersuara, namun anak itu terus menatap Chaning dalam diam, Leary bergumul dalam pikirannya mencoba untuk merangkai sesuatu untuk diungkapkan.“Kenapa?” tanya Chaning yang menyadari sesuatu.Leary segera berdiri. “Paman, apa boleh saya berteman baik dengan Petri?” tanya Leary terdengar seper
Ferez berjalan sendirian keluar dari kantin sekolah, beberapa saat yang lalu dia sempat pergi ke kelas Leary untuk memastikan keadaannya karena ingin tahu keadaannya. Ferez tidak menemukan keberadaannya, dia sempat berpikir Leary pergi ke kantin sekolah, namun ternyata Leary juga tidak ada.Cukup jauh Ferez melangkah akhirnya dia sampai di taman sekolah, tidak membutuhkan waktu lama untuknya mencari Leary karena kini perhatiannya langsung tertuju pada gadis kecil itu yang kini tersenyum melambaikan tangannya pada Petri yang beranjak pergi meninggalkannya.Ferez juga melihat Duke yang kini tengah berdiri di bawah pohon, Ferez tidak habis pikir dengan keputusan ayahnya yang mengirim Duke dibandingkan pengawal lainnya. Padahal Duke memiliki fisik yang mencolok dibandingkan dengan Romero.Tanpa pikir panjang Ferez segera pergi menghampiri Leary.“Ferez,” sapa Leary dengan senyuman lebar terlihat senang.“Bagaimana kelas pertamamu?” tanya Ferez seraya duduk, namun tatapannya yang tajam it
“Apa boleh saya duduk di sini?” tanya Leary memberanikan diri.Sekali lagi Petri menarik napasnya dalam-dalam, dan berkata, “Duduklah.”Leary memutuskan untuk duduk di samping Petri, sementara Duke berdiri menunggu di bawah pohon sambil berbicara dengan seorang anak laki-laki yang meminta tolong kepadanya karena bolanya menyangkut di dahan pohon.Leary dan Petri duduk berdampingan, keduanya terlihat terjebak dalam kecanggungan meski hatinya saling memiliki rasa penasaran dan bertanya-tanya ingin tahu kabar masing-masing.Petri melirik Leary yang kini membuka bekal makanannya di atas pangkuannya. “Kau mulai sekolah hari ini?”Leary mengangguk dengan senyuman.“Bagaimana perasaanmu?” tanya Petri lagi.“Luar biasa, saya sangat senang.”Petri ikut tersenyum meski jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa sedikit iri karena tidak bisa pergi bersama ke sekolah dengan adiknya, malahan kini mereka berdua tampak seperti dua orang asing yang sedang mengobrol.Leary mengambil roti isi yang dibuat o
Noah menopang dagunya memperhatikan gurunya tengah berbicara di depan, perhatiannya sempat teralihkan pada Petri yang tengah membaca buku. Sejak kejadian hari itu, Petri menjadi jarang sekolah, dia harus menanggung banyak tanggung jawab dan lebih mementingkan untuk belajar khusus bisnis dibandingkan dengan sekolah umum untuk anak-anak seusianya.Keadaan Darrel tidak kunjung membaik dan dia terus mendapatkan perhatian khusus, bisa dikatakan mungkin kini keadaan jauh lebih buruk. Beruntung Adelle sering datang membantu Petri dikala dia kesulitan. Kini kediaman keluarga McCwin sudah kosong tidak berpenghuni, Petri lebih memilih tinggal bersama Andrew yang sampai saat ini masih setia kepadanya meski sudah mengundurkan diri.Karena kejadian di hari itu, Petri sempat tidak sekolah selama satu bulan, dia harus mendapatkan banyak bimbingan agar bisa melewati masa traumanya.Kini, Petri yang cerdas dan selalu kompetitif dalam belajar sudah berubah, dia lebih banyak diam dan menyendiri, menja
Chaning dan Liebert duduk dalam ketegangan, kehadiran kedua pria itu membuat seseorang guru yang mengurus administrasi pendaftaran sekolah sempat dibuat diam dan tersenyum canggung.Hari kemarin seseorang bertubuh tinggi besar dangan wajah bertato yang datang memberikan semua berkas keperluan, dan kini yang datang menjadi wali adalah dua pria bertubuh besar.Chaning dan Liebert berpenampilan rapi, namun aura mematikan mereka tetap saja tidak bisa dihindarkan. Terlebih, sebelumnya Russel pernah bertemu dengan Chaning yang pernah mendaftarkan Ferez.Nama Benvolio sangat begitu jarang digunakan, dan nama itu dikenal sebagai nama klan besar keluarga mafia.“Kita pernah bertemu sebelumnya, Anda orang tuanya Ferez?” ucap Russel berbasa-basi, padahal sebelumnya dia sudah dihubungi secara khusus oleh petinggi sekolah bahwa akan ada tamu penting yang akan medaftar anaknya sekolah.Chaning mengangguk samar.Russel berdeham pelan sambil menyeka keringat dingin di keningnya. “Jadi, anak atas nama
“Aku paman kandungnya, aku akan menjadi walinya,” Liebert angkat bicara ditengah-tengah sarapan pagi yang akan dimulai.Pagi ini Chaning dan Liebert tengah berdiskusi mengenai sekolah pertama Leary, nampaknya diskusi itu sedikit terganggu karena Chaning dan Liebert sama-sama ingin menjadi wali Leary.Chaning menengok seketika, pria itu mendorong piring makanan untuk Ferez. “Apa kau sudah lupa? Sekarang aku menjadi ayah angkatnya secara sah, secara garis besar aku lebih berhak menjadi walinya.”Kening Liebert mengerut samar, pria itu tampak tidak setuju dengan apa yang telah Chaning katakan kepadanya. “Ayah angkat di atas kertas, Leary masih memanggilmu paman.”“Memangnya kenapa? Saat kecil, Ferez juga memanggilku Chaning dibandingkan dengan sebutan ayah. Lagi pula, Leary lebih dekat denganku.”Liebert tersenyum miring, pria langsung bersedekap sombong. “Oh ya? Jika kalian sangat dekat, apa kau tahu keahilannya?”“Apa maksudmu? Aku lebih tahu tentang dia dibandingkan denganmu,” debat C
Empat bulan kemudian..Leary terbaring dalam kegelisahan, gadis kecil itu terlihat beberapa kali melihat baju seragam sekolahnya yang digantung di depan lemari. Besok adalah hari pertama dia akan sekolah, Leary sangat gugup dan berdebar hebat tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi besok.Keadaan Leary sudah pulih sejak tiga bulan yang lalu, namun karena dia masih kesulitan berbicara dan takut dengan orang asing, butuh waktu lama untuknya bisa pulih seperti sekarang.Kini, Leary telah kembali menjadi anak yang penuh semangat dan selalu ceria. Sejak tinggal di rumah Chaning, secara perlahan Leary mendapatkan lebih banyak keberaniannya berkat dorongan semua orang.Chaning maupun Liebert, mereka berdua memang tidak begitu bisa bersikap manis dan lembut seperti orang lain. Namun, mereka berdua mampu memberikan banyak kenyamanan dan rasa aman untuk Leary, mereka berdua selalu menumbuhkan rasa percaya diri Leary agar dia berhenti berpikiran buruk lagi dengan orang-orang yang ada di se
Desa Bibury, tempat yang telah Leary tinggalkan, tempat kenangan terakhir Olivia hidup, kini berada di depan mata. Leary berdiri terpaku, berdiri di tengah-tengah rumah kecil sederhana dan kumuh. Pandangannya mengedar melihat ke penjuru tempat, merasakan kembali kenangan indah dirinya bersama ibunya dulu.Leary mengusap dadanya, merasakan sesuatu perasaan yang kosong kini terasa kembali penuh hanya dengan membayangkan wajah Olivia, mencium sisa-sisa aromanya yang masih tertinggal.Di tempat ini, Leary melewati masa indah terakhirnya bersama ibunya. Leary melangkah pelan dalam tuntunan Chaning, mendekati sebuah tungku perapian. Di tempat itu, Olivia menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan Leary. Leary masih ingat, dia memeluk tubuh Olivia yang semula hangat berubah dingin, Leary yang sudah berjanji untuk menjadi anak yang kuat menahan air matanya hingga hembusan napas terakhir Olivia, hingga detak jantung terakhirnya, Leary menangis tanpa suara agar Olivia tidak mendengarnya.
Leary terduduk di kursi rodanya dengan sebuah pakaian yang tebal, gadis kecil itu tidak berhenti memandangi Liebert yang sejak tadi menyisir rambutnya, membantu mengenakan pakaian tebal hingga membantu mempersiapkan kepergian mereka karena pulang dari rumah sakit.Suara ketukan di pintu terdengar, tidak terduga Petri berdiri di ambang pintu. Ini untuk pertama kalinya Petri keluar usai kejadian itu, kini konisi Petri sudah mulai stabil berkat bantuan dokter. Petri berdiri tertunduk terlihat ragu untuk menatap.“Apa aku dibolehkan masuk?” Tanya Petri terdengar pelan nyaris tidak terdengar.Liebert sempat terdiam, pria itu lebih dulu melihat reaksi Leary. Jika Leary ketakutan, maka Liebert akan menolak.Melihat Leary yang terlihat tenang, Liebert akhirnya segera berdiri. “Masuklah,” jawab Liebert memberi izin.Petri mencoba memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan menatap Liebert, orang sudah menembak kaki ayahnya dengan kejam. Namun entah mengapa, tidak ada kebencian di dalam ha