“Jika kau sudah sembuh, kau akan tinggal denganku, paman Liebert dan ayah, maksudku paman baikmu. Cepatlah sembuh, nanti kau akan pergi ke sekolah denganku, kau tidak perlu lagi pulang ke rumah itu,” jelas Ferez dengan cepat seakan memahami apa yang sebenarnya Leary pikirkan.Pupil mata Leary melebar, ucapan Ferez terdengar seperti secercah harapan untuk Leary yang kini tengah tersesat dalam kegelapan. Namun, apakah boleh dia kembali berharap terhadap sesuatu? Bagaimana jika harapan itu selalu berakhir menyedihkan seperti sebelumnya?Bolehkah Leary berharap kepada seseorang selain Tuhan?Ketidak percayaan yang terpancar di mata Leary membuat Ferez segera bangkit. Ferez tidak ingin Leary semakin larut dalam pikiran bahwa dirinya tidak berharga. Ferez tidak suka jika Leary berubah hanya karena sekelompok sampah yang tidak berguna.“Kami temanmu, teman saling mengandalkan dan menjaga, kami tidak akan meninggalkanmu. Kau harus percaya padaku karena aku tidak tidak pernah berbohong padamu,
Sebuah kebetulan ketika Ellis masuk, Darrel terlihat tengah terjaga, namun anehnya Ellis berhenti memutar roda seketika begitu melihat tatapan dingin dan asing Darrel begitu melihat kedatangannya.Darrel terlihat berbeda dan membuat Ellis merasakan perasaan yang tidak baik dari sosok ayahnya itu.Ellis mematung bingung dan mencoba untuk tersenyum juga bersikap tenang meski pikirannya bertanya-tanya, apakah saat ini Darrel marah kepadanya akibat kekacauan sore tadi? Ataukah memang perasaan Darrel saja yang saat ini sedang buruk? “Ayah, bagaimana kabar Ayah?” tanya Ellis.Darrel tidak menjawab, pria itu masih menatap dingin Ellis. Sebutan panggilan Ayah dari mulut Ellis langsung terasa asing untuk Darrel dengar. Darrel sampai merasa tidak sudi menatap wajah Ellis karena anak itu langsung mengingatkan Darrel pada dosa terbesar dalam hidupnya. Yaitu, membiarkan Wony masuk ke dalam rumah tangganya.Keberadaan Ellis di sisinya menjadi sebuah bukti betapa bodohnya Darrel McCwin karena dia s
Waktu sudah menunjukan pukul tiga dini hari, cuaca terasa sangat dingin.Dalam gelapnya malam yang kian pekat, Darrel tidak bisa menutup matanya sedetikpun, pria itu terhanyut dalam kesedihan yang semakin dia rasakan, semuanya semakin menyiksa hingga membuat hatinya seperti tengah remuk.Darrel tersiksa..Ketika dia mencoba tidur, sebuah mimpi buruk datang mengingatkan dosa yang telah dia perbuat, ketika da membuka mata, sebuah bayangan kejahatan yang dia lakukan terus menghantuinya.Darrel sangat frustasi, marah kepada dirinya sendiri, kecewa kepada dirinya sendiri.Darrel membuang napasnya dengan sesak, pria itu mengusap dadanya dengan lemah merasakan hatinya yang kini terasa begitu sakit terus terbayang wajah menderita Leary dan tatapannya yang penuh dengan keputus asaan.Entah sudah berapa ratus kali Darrel menghela napasnya yang sesak.Entah apa yang harus dia lakukan dalam kehidupannya di masa depan nanti setelah kejadian ini.Leary yang telah dia sia-siakan dan Olivia yang tela
“Kau tahu, semakin aku melihatmu, aku semakin tahu bahwa aku lebih baik darimu,” ucap Chaning dengan serius.“Pria kotor sepertimu tidak berhak membicarakan kebaikan dengan siapapun Chaning,” jawab Darrel marah. Darrel mengakui kesalahan dan kekeliruannya, dia sudah berbuat jahat, namun Chaning Benvolio jauh lebih jahat dari siapapun.Setiap saat, setiap waktu, tangan dan langkahnya selalu dipenuhi oleh darah. “Tidak tahu diri itu gratis Darrel, namun kau tidak bisa memborongnya untuk dirimu sendiri,” jawab Chaning dengan tenang. “Apa kau pikir anak itu mau kembali ke rumah yang seperti neraka itu? Sekuat apapun kau berusaha menahannya, Leary akan tetap pergi seperti Olivia, namun anak itu akan berakhir berbeda karena tempat pelariannya adalah aku.”Kali ini Darrel tidak menjawab, pria itu memang tidak bisa banyak menyangkal bahwa kemungkinan besar Leary akan meninggalkan kediamannya mengingat betapa menyedihkannya Leary bersujud di bawah kakinya, memohon hanya untuk bisa pulang ke d
Dokter mengatakan jika saluran pernapasan Leary terganggu dan mungkin akan berlangsung dalam waktu lama dalam penyembuhan, lebih fatalnya lagi, mungkin akan berlangsung seumur hidupnya meski suatu saat nanti dia pulih.Kondisi ini membuat Chaning dan Liebert khawatir, mereka takut Leary harus melewati operasi jika kondisi paru-parunya menjadi semakin buruk. Kedua pria itu harus kembali berdiskusi dengan bersama beberapa dokter, dan dokter menyarankan mereka untuk lebih tenang karena kini Leary juga berada dalam masa trauma.Leary membutuhkan kasih sayang dan kepercayaan bahwa kini dia aman.Trauma yang dialami Leary membuat gadis kecil itu gemetar hebat dan menangis ketakutan hanya dengan menerima sentuhan orang asing. Bungkamnya Leary pun menjadi kendala beberapa dokter karena mereka tidak bisa mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh anak itu.Kini, Leary duduk setengah terbaring di ranjangnya memperhatikan Liebert yang datang ke dalam ruangan mendorong sebuah meja berisi bebera
“Aku sangat sayang dengan Olivia. Dia adalah kakak yang baik, dia sudah seperti seorang ibu untukku. Ketika aku tahu Olivia pergi kabur, aku sangat marah dan sedih, aku mencarinya keberbagai tempat bersama Chaning, kami mencarinya hingga saat ini. Aku sangat sedih begitu tahu bahwa Olivia sudah meninggal, aku juga sangat marah ketika tahu kau terluka seperti ini. Aku marah karena datang terlambat dan tidak bisa menjagamu dengan baik hingga membuatmu hidup dalam kesulitan. Aku sangat menyesal, maafkan aku Leary, aku datang terlambat.”Pupil mata Leary melebar, anak itu terlihat terkejut karena ternyata Liebert tidak membencinya. Liebert tidak seperti Darrel yang langsung membencinya begitu tahu Leary anaknya.Leary bertanya-tanya, apakah ini sebuah keajaiban? Apakah ini hanya mimpi?Liebert mencoba meraih tangan Leary dan menggenggamnya, ketidak percayaan di mata Leary membuat Liebert harus lebih banyak meyakinkan anak itu. “Leary, aku sangat berterima kasih padamu karena kau sudah hi
Satu minggu telah berlalu sejak kejadian mengerikan di kediaman keluarga McCwin. Keadaan Leary masih sama, dia masih tidak bisa berbicara, namun tubuhnya terlihat mulai pulih meski tulang rusuknya yang patah masih harus menjadi perhatian khusus.Jimmy dan Andrew sudah datang menemui Leary secara khusus. Ferez dan Noah datang setiap hari menemui Leary, menemani anak itu agar tidak kesepian selama ketika Chaning dan Liebert harus pergi mengurus pekerjaan.Sementara itu, Darrel yang masih dirawat di rumah sakit, beberapa kali keluar ruangan ditemani oleh perawat dan terkadang pergi sendirian.Keadaan pria itu terlihat kacau dan menyedihkan, dia kehilangan banyak berat badannya hingga menyisakan banyak cekungan tajam di pipinya. Darrel memutuhkan obat penenang karena sepanjang malam pria itu tidak bisa tidur.Beberapa kali Darrel memohon untuk bisa bertemu dengan Leary, sayangnya Chaning maupun Liebert, mereka benar-benar menjauhkan Darrel meski kini mereka masih di rawat di rumah sakit y
Leary terduduk di kursi rodanya dengan sebuah pakaian yang tebal, gadis kecil itu tidak berhenti memandangi Liebert yang sejak tadi menyisir rambutnya, membantu mengenakan pakaian tebal hingga membantu mempersiapkan kepergian mereka karena pulang dari rumah sakit.Suara ketukan di pintu terdengar, tidak terduga Petri berdiri di ambang pintu. Ini untuk pertama kalinya Petri keluar usai kejadian itu, kini konisi Petri sudah mulai stabil berkat bantuan dokter. Petri berdiri tertunduk terlihat ragu untuk menatap.“Apa aku dibolehkan masuk?” Tanya Petri terdengar pelan nyaris tidak terdengar.Liebert sempat terdiam, pria itu lebih dulu melihat reaksi Leary. Jika Leary ketakutan, maka Liebert akan menolak.Melihat Leary yang terlihat tenang, Liebert akhirnya segera berdiri. “Masuklah,” jawab Liebert memberi izin.Petri mencoba memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan menatap Liebert, orang sudah menembak kaki ayahnya dengan kejam. Namun entah mengapa, tidak ada kebencian di dalam ha