Keluargamu bukan KeluargakuPart 16POV KaniaTidak mungkin juga Mas Noval menabung uang itu. Karena jika Mas Noval punya tabungan. Dia tidak mungkin menggadaikan rumah untuk biaya resepsi Siska. Terlalu banyak rahasia antara kita Mas. Aku tidak tau apakah baru-baru ini kamu berbohong atau sudah sejak lama. Aku harus menyelidiki semua ini."Kania, kamu oke?" tanya Bang Reno sambil melambaikan tangannya di depan wajahku. Aku tersentak kaget dengan ulah Bang Reno barusan. Ternyata aku terlalu lama melamun tentang Mas Noval. Aku hanya tidak menyangka jika dia terlalu tega padaku. Aku kira selama ini rumah tangga kami baik-baik saja. Ternyata aku salah, terlalu banyak kebohongan yang tercipta di dalamnya."Ah, aku baik-baik aja, Bang. Aku hanya tidak menyangka kalau Mas Noval tega membohongiku," jawabku tergagap. Aku memperbaiki posisi duduk. Hati ini sungguh sangat perih sekarang. Aku tidak bisa membayangkan jika ternyata nanti Mas Noval memiliki wanita lain."Jadi apa yang bisa aku bant
Keluargamu bukan KeluargakuPart 17POV Kania"Aduh, Mas. Berdarah ini," ucap perempuan itu dengan suara manja. Dadaku bergemuruh hebat saat tau jika suara itu berasal dari dalam kamarku.Jantungku berdegup kencang saat membayangkan apa yang terjadi di dalam sana. Tidak mungkin itu suara Siska, apalagi suara Ibu. Jelas-jelas perempuan itu memanggil Mas Noval dengan sebutan Mas. Aku harus tenang. Aku tidak boleh gegabah, dengan cepat aku mengambil ponsel. Mungkin ini bisa menjadi bukti perselingkuhan Mas Noval.Aku berjalan pelan menuju kamar kami. Sebelum sampai di depan kamar dan membuka pintu, aku terlebih dahulu mengatur emosi yang mulai memuncak. Aku harus bisa mengontrol diri, jangan sampai aku terlihat bodoh di mata mereka.Pintu kamar yang sedikit terbuka membuatku susah untuk melihat apa yang terjadi di dalam sana. Aku terus berjalan pelan menuju pintu."Kamu hati-hati makanya, Mas." Wanita itu kembali bersuara. Tidak terdengar suara Mas Noval, dia hanya bersuara seperti orang
Keluargamu bukan KeluargakuPart 18POV Kania"Kamu dari mana aja?" tanya Mas Noval yang tiba-tiba sudah ada di belakangku. Aku yang tadinya sedang membersihkan darah yang berceceran di lantai kamar. Sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba."Aku dari rumah Mama," jawabku lirih sambil terus mengepel lantai. Tidak lupa aku gunakan pewangi lantai agar tidak bau amis. Aku sangat tidak suka dengan darah. Apalagi baunya yang sangat amis. Padahal hanya darah dari luka kaki, tapi aku sudah mual duluan."Bohong, kamu bohong kan. Aku tadi telpon Mama. Katanya kamu nggak ada di sana," sanggah Mas Noval yang membuatku mengehentikan aktivitas mengepel lantai. Namun sedetik kemudian aku kembali melanjutkan pekerjaan.Mas Noval masih menatapku lekat. Dapat kulihat dengan ujung mata kalau saat ini Mas Noval sedang marah. Terbukti dengan tangannya yang mengepal erat. Aku lupa jika Mas Noval bisa saja mengubungi Mama. Jikapun aku menyuruh Mama untuk berbohong tadi. Itu sama saja dengan aku
Keluargamu bukan KeluargakuPart 19POV NovalCahaya matahari sangat menyengat sehingga membuat keringatku bercucuran. Pagi ini terpaksa aku berangkat kerja tanpa sarapan. Kania tidak memasak untukku pagi ini, alasannya dia sudah telat berangkat ke kantor. Padahal sudah berulang kali aku katakan, jangan lagi bekerja saat sudah menikah denganku. Tapi dia sama sekali tidak mengindahkan peringatanku itu.Terpaksa aku harus sarapan nasi uduk di warung dekat kantor. Untung saja masih ada, karena mengingat ini sudah jam masuk kantor. Aku sudah menyuruh Winda untuk mengurus semuanya. Dia memang sekretaris yang bisa aku andalkan kapan saja."Tumben sarapan di sini, Pak Noval?" Sapa Buk Ijah, yang punya warung. Dia memang mengenalku. Karena setiap jam makan siang aku selalu makan di warungnya. Walaupun ada kantin kantor, aku lebih memilih makan di sini. Selain harganya yang murah, juga rasa makanannya sama seperti makanan rumahan."Iya nih, Buk Ijah. Istri saya nggak sempat masak," jawabku sam
Keluargamu bukan KeluargakuPart 20POV NovalRapat hari ini terasa sangat lama bagiku. Berkali-kali aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Jam hadiah dari Kania tiga bulan yang lalu, saat aku ulang tahun. Pak Reno berkali-kali menanyakan berkas yang sudah aku tanda tangani. Karena menurut dia ada beberapa nominal harga yang tidak sesuai dengan data yang sudah aku berikan pada dia. Namun berkat Winda, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku menatap Kania dengan tajam, namun dia tampak lebih santai dariku. Apa dia pikir akan tetap bisa bekerja besok. Aku akan melarang keras dia untuk kembali berkerja. Lihat saja nanti jika sudah sampai ke rumah. Jangan dia pikir bisa seenaknya dekat-dekat dengan laki-laki lain.Rasa cemburu rupanya sudah membuatku menjadi semakin marah. Apalagi ketika melihat Kania duduk di samping laki-laki itu. Awas saja jika dia berani macam-macam. Karena sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Kania begitu saja."Baik, Pak Reno. Terimakasih atas kerja
Keluargamu bukan KeluargakuPart 21Pov Noval"Ini maksudnya apa ya, Pak?" tanyaku dengan suara gagap pada Pak Reno. Jujur saja, hatiku sekarang semakin tidak karuan. Aku bertanya dengan nada hati-hati. Aku tidak ingin menambah masalah lagi."Saya sengaja tidak mentransfer gaji kamu lewat rekening. Karena ini masih pertengahan bulan. Ini gaji selama setengah bulan kamu menjabat sebagai manajer bagian pemasaran. Setelah ini jabatan kamu saya turunkan menjadi kepala gudang. Jadi kamu tidak harus lagi masuk ke kantor. Kamu tinggal ke gudang saja untuk mengecek semuanya. Dan juga….""Tunggu tunggu tunggu… jadi ini maksudnya gimana ya? Saya masih bingung," sanggahku cepat. Darahku rasanya mengalir dengan suhu yang tinggi. Panas. Kepalaku juga terasa sangat berat mendengar penuturan Pak Reno barusan. Apa ini mimpi, atau ini hanyalah sebuah kejutan."Jangan memperumit keadaan Pak Noval. Jabatan Anda diturunkan, dan ini adalah gaji setengah bulan Anda bekerja sebagai manajer pemasaran," jelas
Keluargamu bukan KeluargakuPart 22Pov Noval"Dulu mungkin aku mengalah. Karena aku berpikir Kania sudah menemukan laki-laki yang tepat. Tapi nyatanya, dia malah memungut sampah seperti kamu."Deg!Nyatanya Reno sungguh-sungguh ingin merebut Kania dariku. Dadaku bergemuruh hebat di dalam sini. Aku tidak menyangka jika Reno akan senekat ini. Padahal sebelumnya dia sangat pendiam dan irit bicara. Dia juga bersikap wajar ketika aku bersikap manis pada Kania dulu.Artinya Reno sekarang akan semakin nekat. Aku akan mempunyai saingan. Tidak, aku tidak boleh bersikap gegabah sekarang. Aku tidak rela jika Kania harus dimiliki oleh siapapun. Aku benar-benar tidak rela. Kania itu milikku dan hanya akan menjadi milikku."Seharusnya Anda tau malu. Kania masih sah menjadi istri saya. Di mana harga diri yang selama ini Anda jaga?" tanyaku meremehkan. Tidak lupa aku tersenyum sinis, agar harga dirinya semakin jatuh merosot ke bawah."Rasanya saya tidak harus malu mengadapi laki-laki seperti kamu. S
Keluargamu bukan KeluargakuPart 23Pov Noval"Kamu jangan perhitungan sama Adikmu sendiri, Noval. Nanti rejeki mu sempit," bentak Ibu yang membuatku langsung terdiam."Iya, Bu. Nanti Noval transfer," balasku dengan sedikit jengkel. Setelah itu aku langsung mematikan sambungan telepon. Ponselnya aku lempar ke kursi samping, rasanya ingin sekali bertemu dengan Kania. Tapi ini masih jam makan siang, dia pasti masih di kantor. Lebih baik aku ke rumah Ibu saja. Sekalian aku mau minta solusi dari semua masalah yang aku hadapi sekarang.Aku segera memutar balikkan mobil dan melajukan dengan kecepatan tinggi. Rasanya kepalaku hampir pecah memikirkan semua masalah yang menimpa. Aku juga tidak bisa menolak permintaan Ibu dan Siska. Bagaimanapun aku adalah anak laki-laki satu-satunya di saja. Mereka hanya bisa menggantungkan harapannya padaku.Jikapun ada Mas Seno, tetap saja tidak bisa diharapkan sama sekali. Karena hidupnya saja masih miskin dan melarat. Jangankan untuk memberikan untuk Ibu d
Keluargamu bukan KeluargakuPart 50 POV Kania"Kania, kamu baca berita hari ini nggak?" tanya Bang Ruli ketika kami sedang sarapan. Aku menggeleng pelan menjawab pertanyaan Bang Ruli barusan. Karena memang aku tidak menonton Televisi dan juga tidak membaca koran pagi ini."Memangnya berita apa, Ruli?" tanya Mama penasaran."Iya nih. Jangan jahil tapi ya. Beritanya harus yang serius dan juga up to date!" seruku menatap Bang Ruli tajam. Karena aku sudah kapok dikerjain terus sama Bang Ruli. Apalagi dia pernah bohong tentang Bang Reno yang sudah menikah.Bang Ruli dan yang lainnya ikut tertawa karena bisa melihat aku seperti trauma dengan berita yang diberi sama Bang Ruli. Begitu juga istrinya, dia lah yang paling tau bagaimana jahilnya suami tercintanya itu. Kata Kakak ipar, dia mencintai Bang Ruli karena dia humoris. Tapi menurutku, dia jahil."Iya, dijamin dah berita ini up to date!" jawab Bang Ruli sambil tersenyum lebar. Aku terus menyuapkan nasi ke dalam mulut. Sudah lama sekali a
Keluargamu bukan KeluargakuPart 49POV NovalAku meringis kesakitan ketika tendangan kaki Ilham mengenai perutku. Jeritan Vivi tidak ditanggapi oleh Ilham. Dengan beringas Ilham mengambil tongkat bisbol yang ada di dinding kamarnya. Aku menelan ludah yang terasa pahit, sepahit nasibku hari ini."Mas, jangan, Mas. Sadar!" teriak Vivi memegangi Ilham yang sedang dikuasai amarah."Diam. Karena aku lagi sadar, makanya aku melakukan ini. Oh atau kamu msu ikut bergabung dengan laki-laki itu?" tanya Ilham sambil menyeringai lebar. Dia sangat menyeramkan. Lebih menyeramkan daripada setan yang pernah aku jumpai dalam mimpi.Perlahan Vivi melepaskan cengkraman tangannya dari Ilham. Sial, rupanya dia tidak mau membelaku."Tunggu. Kamu jangan salah paham. Aku baru saja sampai ke sini. Yang menikmati tubuh istri kamu bukan aku. Tapi dua laki-laki tadi, kamu pasti jumpa sama kedua laki-laki tadi di luar bukan? Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan Dino kapan aku sampai ke sini. Jangan berti
Keluargamu bukan KeluargakuPart 48POV Kania"Huft…." Aku membuang nafas panjang ketika sudah berjalan di bandara. Tidak terasa nyatanya aku sudah pergi selama tiga tahun dari Indonesia. Bukan waktu yang sebentar memang, namun itu bisa memulihkan hatiku yang pernah patah. Jiwa yang pernah layu dan juga raga yang sangat lelah.Aku memutuskan untuk mengambil kesempatan melanjutkan pendidikanku di Swedia. Tempat dimana aku membuka lembaran baru dalam hidupku. Aku meninggalkan semuanya di sini, kenangan, impian dan harapan. Dan kini aku sudah kembali. Semoga hidupku menjadi lebih baik sekarang."Kaniaaa…." Terdengar suara teriakan Mama dan Papa yang sedang menunggu kedatanganku. Mereka bersorak senang dengan binar bahagia terpancar dari wajah tuanya. Mereka sampai membawa spanduk kecil dengan tulisan 'We Miss You Kania. Welcome back.' Aku sampai terpingkal melihat wajah kesal Bang Ruli yang berdiri mematung di samping Mama dan Papa memegang spanduk kecil itu."Mama… Papa… Kania kangen ba
Keluargamu bukan KeluargakuPart 47POV NovalHari ini tepat tiga tahun aku berpisah dari Kania. Hubungan yang selama ini aku jaga mati-matian, tapi harus kandas di tengah jalan. Aku sebenarnya tidak pernah membayangkan akan berpisah dari Kania. Hanya saja takdir membuatnya pergi dariku. Aku masih menatap foto pernikahan kami yang sampai saat ini masih terpajang di kamar. Ibu sebenarnya sudah menyuruhku untuk membuang saja foto itu. Tapi aku terlanjur jatuh ke dalam cintanya Kania.Dia wanita yang sangat cantik. Jika kalian menyuruhku untuk menggambarkan bagaimana rupa Kania. Kalian bisa bayangkan saja tubuhnya semampai dengan hidung mancung tapi kecil. Kulitnya putih cerah dan sangat bersih. Bibirnya yang merah alami, membuatnya semakin menawan. Tidak ada yang bisa menandingi Kaniaku, termasuk Vivi. Dia itu menawan, gadis ceria, tegas.Hanya saja entah kenapa dulu aku sampai tergoda olehnya. Dengan alasan anak, dia selalu menggodaku dan meminta uang dari setengah gajiku. Tentu saja s
Keluargamu bukan KeluargakuPart 46POV Kania"Kania Azzahra. Kenapa kamu meninggalkan saya?" tanyanya yang membuat dadaku kembali merasa nyeri."Itu sudah berlalu. Dan tidak penting untuk saya jawab," balasku pelan sambil menunduk ke bawah."Tapi bagi saya itu penting. Sangat penting, tolong jawab. Dan buat saya untuk membenci kamu!" teriaknya yang membuatku tergugu.Rasanya ingin sekali aku menjawab sambil berteriak, kalau aku terpaksa.Elkan Rayasa, dia adalah laki-laki pertama yang pernah singgah di hatiku dulu. Empat tahun yang lalu aku dan dia pernah menjadi sepasang kekasih. Dimana semua teman-temanku sangat iri dengan hubungan kami yang selalu hangat. Tidak pernah ada pertengkaran diantara kami. Jika pun ada, akulah yang akan sedikit marah dan setelag dia membujuk kami akan baik kembali.Elkan adalah Abang letingku di kampus. Kami bertemu dan akrab setelah acara sambutan mahasiswa baru. Kami sama-sama mengambil mata kuliah bisnis. Makanya kami saling mendukung satu sama lain.
Keluargamu bukan KeluargakuPart 45POV Kania"Ya nggak papa. Kan Kania aja nggak keberatan kok," balas Bang Reno santai. Aku menepuk jidat."Dia cuma sekretaris," balas Pak Bara kesal."Yaudah kalau gitu, kamu pindah ke meja Abang aja yuk," ajak Bang Reno sambil tersenyum ke arahku."Berani kamu ninggalin saya?" tanya Pak Bara lagi padaku. Ya Tuhan, anugerahkan hamba jurus menghilang.Belum juga aku menjawab tawaran dari Bang Reno, tiba-tiba saja ada yang datang menyapa kami."Selamat malam, Pak Bara. Senang sekali rasanya bisa bertemu di sini malam ini," sapa seseorang yang sangat aku kenal. Untuk mengalihkan pandangan, akhirnya aku memilih untuk meminum jus yang di sediakan di atas meja."Selamat malam, Pak Elkan. Saya juga sangat senang sekali bisa ikut tender yang Anda adakan malam ini," balas Pak Bara sok ramah. Wajah dingin itu tidak henti-hentinya memancarkan senyum."Wah, ada Pak Reno juga. Selamat malam Pak Reno, semoga suka ya sama jamuan makan malamnya. Ini salah satu menu
Keluargamu bukan KeluargakuPart 44POV KaniaSetelah melakukan perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di hotel yang sudah aku booking jauh-jauh hari. Aku sengaja menyewa hotel di sini karena di hotel itu tempat kami melakukan pertemuan nanti.Belum lagi hotel ini adalah salah satu hotel terbaik di sini. Pak Bara yang menyuruhku untuk memesan hotel yang viewnya langsung menghadap ke arah laut. Dia juga sengaja menyuruhku untuk membooking kamar yang mempunyai balkon. Banyak sekali memang permintaannya."Kamar kita bersebelahan ya, Pak. Nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ketuk pintu," ucapku pada Pak Bara saat kami sudah sampai di depan kamar."Iya, kapan pertemuan pertama kita?" tanya Pak Bara padaku."Nanti malam jam tujuh, Pak. Ada beberapa dokumen yang harus bapak pelajari. Karena pertemuan kita kali ini sedikit susah," balasku yang membuat kening Pak Bara berkerut.Para pelayan hotel terus melakukan tugasnya, yaitu memasukan koperku dan Pak Bara. Aku memilih masuk ke
Keluargamu bukan KeluargakuPart 43Malam ini Kania sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bali besok. Dia mempersiapkan semua baju dan juha beberapa alat kosmetik yang dia rasa perlu dibawanya. Tidak lupa juga dia menyiapkan beberapa baju kerja untuk ke sana. Karena kata Pak Bara mungkin mereka akan menginap selama tiga hari di sana."Gak sekalian bawa koper aja?" Suara Ruli yang tiba-tiba masuk. Kania sempat terlonjak kaget dengan kehadiran Ruli yang tiba-tiba. Dia merutuki diri karena lupa menutup pintu tadi."Di sana bakalan lama, Bang. Tiga hari, jadi aku nggak mungkin lah bawa baju dua pasang," jawab Kania santai. Dia tidak terpengaruh dengan sindiran Abangnya itu.Ruli melangkah lebih dalam ke kamar Kania. Dia memilih duduk di sisi ranjang yang berwarna kuning. Warna kesukaan di empunya."Bagaimana dengan Reno?" tanya Ruli yang membuat Kania menghentikan aktivitasnya. Dia terdiam beberapa detik, tangan yang semula ingin memasukkan baju ke dalam tas terhenti."Memangnya kenapa denga
Keluargamu bukan KeluargakuPart 42Hai semuanya Untuk memudahkan aku menceritakan semuanya secara keseluruhan.Aku berniat untuk mengganti dari POV 1 ke POV Author.Selamat membaca dan terimakasih sudah setia membaca ceritaku.Cerita ini akan aku gratiskan sampai tamat.Namun mungkin setelah tamat, aku akan memasang koin🙏POV Author"Jadi itu makanan dari Pak Reno?" tanya Bara pada Kania dengan tatapan tajam. Kania menelan ludah dengan susah payah. Pasalnya dia tidak menyangka jika sikap atasannya akan berlebihan seperti ini."I-iya, Pak. Dan ini adalah makanan kesukaan saya," jawab Kania sambil terus menatap makanan yang ada di dalam boks putih. Ingin sekali dia langsung melahapnya, hanya saja tatapan mata Bara semakin membuatnya bergidik ngeri."Itu artinya Pak Reno membohongi saya," gumam Bara hampir tak terdengar."Mungkin Bang Reno salah dengar. Dia pikir mungkin Bapak menanyakan makanan yang tidak saya suka," jawab Kania sembarang. Bara yang mendengar itu kembali melihat Kani