Keluargamu bukan KeluargakuPart 23Pov Noval"Kamu jangan perhitungan sama Adikmu sendiri, Noval. Nanti rejeki mu sempit," bentak Ibu yang membuatku langsung terdiam."Iya, Bu. Nanti Noval transfer," balasku dengan sedikit jengkel. Setelah itu aku langsung mematikan sambungan telepon. Ponselnya aku lempar ke kursi samping, rasanya ingin sekali bertemu dengan Kania. Tapi ini masih jam makan siang, dia pasti masih di kantor. Lebih baik aku ke rumah Ibu saja. Sekalian aku mau minta solusi dari semua masalah yang aku hadapi sekarang.Aku segera memutar balikkan mobil dan melajukan dengan kecepatan tinggi. Rasanya kepalaku hampir pecah memikirkan semua masalah yang menimpa. Aku juga tidak bisa menolak permintaan Ibu dan Siska. Bagaimanapun aku adalah anak laki-laki satu-satunya di saja. Mereka hanya bisa menggantungkan harapannya padaku.Jikapun ada Mas Seno, tetap saja tidak bisa diharapkan sama sekali. Karena hidupnya saja masih miskin dan melarat. Jangankan untuk memberikan untuk Ibu d
Keluargamu bukan KeluargakuPart 24Pov Noval"Noval, bangun. Bangun Noval," teriak Ibu saat aku sedang hampir saja tertidur. Kepalaku rasanya sangat berat, karena dibangunkan ketika hampir saja terlelap Aku membuka mata dengan malas mendengar suara Ibu yang terus memanggilku."Noval, bangun. Cepetan," teriak Ibu lagi sambil menarik-narik tanganku. Dengan terpaksa akhirnya aku bangun dan duduk sambil menguap. Sudah lama sekali rasanya aku tidak pernah lagi tidur siang. Sekarang mumpung ada waktunya, malah dibangunkan oleh Ibu. "Kenapa sih, Bu. Aku belum juga tidur," gerutuku kesal."Kamu lihat dulu ini." Ibu menyodorkan ponselnya padaku. Dengan malas aku menerimanya. Ini pasti Ibu mau menunjukkan barang-barang branded yang harganya selangit. Dan dia pasti minta untuk dibelikan.Aku melihat layar ponsel dengan malas. Ternyata dugaanku salah. Ibu menunjukkan berita entah apa isinya. Aku malas sekali membaca. Karena aku masih sangat ngantuk."Apaan sih, Bu. Berita doang, udah ah aku ma
Keluargamu bukan KeluargakuPart 25Pov NovalApa yang akan Mama Kania bilang. Apakah dia akan menyuruhku untuk menceraikan Kania. Karena entah mengapa firasatku mengatakan. Jika orang tuanya Kania mengetahui sesuatu yang penting tentangku.Setelah berpikir sekitar sepuluh menit, aku akhirnya pergi menemui Kania di rumah orang tuanya. Sepanjang perjalanan aku sibuk berpikir alasan apa yang akan aku kasih kalau Mamanya Kania menanyakan masalah sikap Ibu kemarin itu.Aku sangat tau sifat Mamanya Kania. Sifat mereka sama. Jika sudah terusik dan tidak suka. Maka mereka akan selamanya tidak suka dengan orang itu. Ponselku berbunyi karena ada yang sedang menelpon. Aku memilih menepi untuk menjawab panggilan yang ternyata dari Vivi. Untuk apa dia menelepon. Dengan cepat aku menggeser layar telpon agar panggilan terhubung."Halo, Sayang," ucapku ketika panggilan sudah terhubung."Mas, jangan pergi…." Hening. Tidak ada suara lagi."Halo, kenapa, Vi? Halo…."Aku melihat layar ponsel yang ternya
Keluargamu bukan KeluargakuPart 26Pov Noval"Ada seseorang yang akan menjelaskan, tunggu sebentar lagi dia sudah sampai," jawab Kania santai. Yang membuatku jadi semakin bingung.Sesaat kemudian datang seorang perempuan yang sangat aku kenali. Jantungku seakan berhenti berdetak melihat kehadirannya. Mataku membulat sempurna, sepertinya untuk sesaat aku tidak bisa bernafas dengan baik. Apakah rahasia yang selama ini aku tutupi dengan rapat akan terbongkar hari ini juga. Jujur aku belum siap. Aku belum siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi."Vi-vivi…." Aku sangat gugup ketika melihat siapa yang datang. Bagaimana mungkin Kania mengenal Vivi. Jelas-jelas mereka beda kota. Tubuhku bergetar hebat ketika aku melihat Kania memandangku dengan senyuman sinis. Begitu juga dengan Papa dan Mamanya Kania. Mereka tersenyum seakan meremehkan aku.Entah apa yang terjadi, tiba-tiba tubuhku terasa sulit untuk digerakkan. Lidahku kelu, padahal ingin sekali aku menanyakan dari mana mereka sali
Keluargamu bukan KeluargakuPart 27Pov Kania"Kania, kalau kamu nggak sibuk. Tolong ke rumah Mama ya," ucap Mama di telepon. Saat ini aku memang masih di kantor. Karena masih jam tiga sore, tetapi pekerjaanku sudah selesai semuanya. Hanya tinggal membereskan beberapa berkas untuk meeting besok."Iya, Ma. Nanti pulang kantor Kania langsung pulang ke rumah Mama," balasku. Setelah itu panggilan langsung dimatikan oleh Mama.Sebenarnya aku sudah mengatakan pada Mama tentang aku yang kembali bekerja. Hanya saja aku belum menceritakan masalah yang menimpa rumah tanggaku. Aku takut jika bercerita tentang masalah itu, malah akan menjadi beban pikiran. Karena saat ini Mama pasti sedang capek mengurus Papa sakit. Aku sangat merasa bersalah karena sampai saat ini aku belum bisa membantu lebih.Makanya aku berniat untuk kembali bekerja agar bisa memberikan uang jika Mama dan Papa membutuhkan. Aku segera melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Untuk ke rumah Mama memakan waktu sekitar tiga puluh
Keluargamu bukan KeluargakuPart 28Pov KaniaSetelah Mama menejelaskan semuanya padaku. Akhirnya aku sadar jika perpisahan ini adalah keputusan terbaik yang harus aku ambil. Tidak ada gunanya mempertahankan rumah tangga yang sudah tidak sehat. Yang ada aku semakin stres dan pusing melihat kelakukan Mas Noval dan keluarganya. Belum lagi adiknya yang selalu meminta uang untuk resepsi pernikahannya.Mas Noval juga sudah sangat keterlaluan. Dia bahkan sudah mempunyai anak dari wanita lain. Berdasarkan keterangan dari wanita yang bernama Vivi itu. Mereka bahkan masih bersama sampai sekarang. Pantas saja Mas Noval selalu pergi ke luar kota setiap seminggu sekali. Yang parahnya lagi wanita itu sudah bersuami."Plis Kania. Dengerin penjelasan Mas dulu. Jangan asal minta cerai gini," bujuk Mas Noval seraya ingin memegang tanganku. Namun dengan cepat aku berusaha menepisnya. Tidak sudi rasanya aku dipegang lagi oleh tangan kotor seperti itu."Cukup, Mas. Semuanya udah jelas. Memangnya penjelas
Keluargamu bukan KeluargakuPart 29Pov KaniaSetelag Mas Noval pulang, kami semua masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang keluarga. Termasuk Bang Reno dan wanita yang bernama Vivi. Semuanya diam dan larut dalam pikiran masing-masing. Kami semua menunggu Papa yang masih belum selesai shalat Magrib.Ponselku dari tadi terus bergetar, tapi aku sama sekali tidak berniat untuk mengangkat telpon dari Ibu. Mas Noval pasti sudah mengadu sama Ibu dan keluarganya. Terbukti bukan hanya Ibu yang menghubungiku dari tadi. Siska dan Mas Seno juga menelponku.Karena merasa risih, akhirnya aku memutuskan untuk mematikan ponsel. Biar saja mereka terus capek menghubungiku. Bukankah bagus jika aku akhirnya pisah dengan Mas Noval. Itu artinya sudah hilang satu beban, seperti kata Ibu kemarin.Sudah banyak sekali luka yang ditorehkan oleh Mas Noval dan Ibu. Seandainya dia jujur dari awal mungkin ceritanya akan beda. Aku tidak akan terkejut dengan semua kenyataan pahit ini.Aku juga tidak pernah memba
Keluargamu bukan KeluargakuPart 30Pov Kania"Iya. Kata Ibu tadi siang dia pergi sama calon suaminya untuk foto prewedding. Tapi pas magrib tiba-tiba Siska telpon sambil menangis dan teriak-teriak minta tolong," lanjut Mas Seno lagi. Aku dan Sonya saling pandang, mungkin pikiran kami sama-sama memikirkan hal yang sama. Siska di culik."Terus gimana? Siska ada bilang apa lagi?" tanyaku lagi."Kata Ibu dia cuma teriak-teriak sambil menangis. Minta tolong, sambil bilang kita ditipu, kita ditipu, gitu aja sih," jawab Mas Seno lagi yang membuatku semakin yakin kalau Siska sebenarnya memang ditipu oleh laki-laki itu. Pantas saja dari tadi dia juga berusaha menghubungiku."Terus sekarang Mas Noval di mana?" tanyaku lagi pada Mas Seno dan Sonya."Dia udah pergi ke kantor polisi. Untuk buat laporan," jawab Sonya cepat."Tetap saja tidak bisa. Polisi hanya akan memproses informasi orang hilang setelag dua kali 24 jam," seruku lagi sehingga membuat keadaan semakin tegang.Ibu sama sekali belum
Keluargamu bukan KeluargakuPart 50 POV Kania"Kania, kamu baca berita hari ini nggak?" tanya Bang Ruli ketika kami sedang sarapan. Aku menggeleng pelan menjawab pertanyaan Bang Ruli barusan. Karena memang aku tidak menonton Televisi dan juga tidak membaca koran pagi ini."Memangnya berita apa, Ruli?" tanya Mama penasaran."Iya nih. Jangan jahil tapi ya. Beritanya harus yang serius dan juga up to date!" seruku menatap Bang Ruli tajam. Karena aku sudah kapok dikerjain terus sama Bang Ruli. Apalagi dia pernah bohong tentang Bang Reno yang sudah menikah.Bang Ruli dan yang lainnya ikut tertawa karena bisa melihat aku seperti trauma dengan berita yang diberi sama Bang Ruli. Begitu juga istrinya, dia lah yang paling tau bagaimana jahilnya suami tercintanya itu. Kata Kakak ipar, dia mencintai Bang Ruli karena dia humoris. Tapi menurutku, dia jahil."Iya, dijamin dah berita ini up to date!" jawab Bang Ruli sambil tersenyum lebar. Aku terus menyuapkan nasi ke dalam mulut. Sudah lama sekali a
Keluargamu bukan KeluargakuPart 49POV NovalAku meringis kesakitan ketika tendangan kaki Ilham mengenai perutku. Jeritan Vivi tidak ditanggapi oleh Ilham. Dengan beringas Ilham mengambil tongkat bisbol yang ada di dinding kamarnya. Aku menelan ludah yang terasa pahit, sepahit nasibku hari ini."Mas, jangan, Mas. Sadar!" teriak Vivi memegangi Ilham yang sedang dikuasai amarah."Diam. Karena aku lagi sadar, makanya aku melakukan ini. Oh atau kamu msu ikut bergabung dengan laki-laki itu?" tanya Ilham sambil menyeringai lebar. Dia sangat menyeramkan. Lebih menyeramkan daripada setan yang pernah aku jumpai dalam mimpi.Perlahan Vivi melepaskan cengkraman tangannya dari Ilham. Sial, rupanya dia tidak mau membelaku."Tunggu. Kamu jangan salah paham. Aku baru saja sampai ke sini. Yang menikmati tubuh istri kamu bukan aku. Tapi dua laki-laki tadi, kamu pasti jumpa sama kedua laki-laki tadi di luar bukan? Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan Dino kapan aku sampai ke sini. Jangan berti
Keluargamu bukan KeluargakuPart 48POV Kania"Huft…." Aku membuang nafas panjang ketika sudah berjalan di bandara. Tidak terasa nyatanya aku sudah pergi selama tiga tahun dari Indonesia. Bukan waktu yang sebentar memang, namun itu bisa memulihkan hatiku yang pernah patah. Jiwa yang pernah layu dan juga raga yang sangat lelah.Aku memutuskan untuk mengambil kesempatan melanjutkan pendidikanku di Swedia. Tempat dimana aku membuka lembaran baru dalam hidupku. Aku meninggalkan semuanya di sini, kenangan, impian dan harapan. Dan kini aku sudah kembali. Semoga hidupku menjadi lebih baik sekarang."Kaniaaa…." Terdengar suara teriakan Mama dan Papa yang sedang menunggu kedatanganku. Mereka bersorak senang dengan binar bahagia terpancar dari wajah tuanya. Mereka sampai membawa spanduk kecil dengan tulisan 'We Miss You Kania. Welcome back.' Aku sampai terpingkal melihat wajah kesal Bang Ruli yang berdiri mematung di samping Mama dan Papa memegang spanduk kecil itu."Mama… Papa… Kania kangen ba
Keluargamu bukan KeluargakuPart 47POV NovalHari ini tepat tiga tahun aku berpisah dari Kania. Hubungan yang selama ini aku jaga mati-matian, tapi harus kandas di tengah jalan. Aku sebenarnya tidak pernah membayangkan akan berpisah dari Kania. Hanya saja takdir membuatnya pergi dariku. Aku masih menatap foto pernikahan kami yang sampai saat ini masih terpajang di kamar. Ibu sebenarnya sudah menyuruhku untuk membuang saja foto itu. Tapi aku terlanjur jatuh ke dalam cintanya Kania.Dia wanita yang sangat cantik. Jika kalian menyuruhku untuk menggambarkan bagaimana rupa Kania. Kalian bisa bayangkan saja tubuhnya semampai dengan hidung mancung tapi kecil. Kulitnya putih cerah dan sangat bersih. Bibirnya yang merah alami, membuatnya semakin menawan. Tidak ada yang bisa menandingi Kaniaku, termasuk Vivi. Dia itu menawan, gadis ceria, tegas.Hanya saja entah kenapa dulu aku sampai tergoda olehnya. Dengan alasan anak, dia selalu menggodaku dan meminta uang dari setengah gajiku. Tentu saja s
Keluargamu bukan KeluargakuPart 46POV Kania"Kania Azzahra. Kenapa kamu meninggalkan saya?" tanyanya yang membuat dadaku kembali merasa nyeri."Itu sudah berlalu. Dan tidak penting untuk saya jawab," balasku pelan sambil menunduk ke bawah."Tapi bagi saya itu penting. Sangat penting, tolong jawab. Dan buat saya untuk membenci kamu!" teriaknya yang membuatku tergugu.Rasanya ingin sekali aku menjawab sambil berteriak, kalau aku terpaksa.Elkan Rayasa, dia adalah laki-laki pertama yang pernah singgah di hatiku dulu. Empat tahun yang lalu aku dan dia pernah menjadi sepasang kekasih. Dimana semua teman-temanku sangat iri dengan hubungan kami yang selalu hangat. Tidak pernah ada pertengkaran diantara kami. Jika pun ada, akulah yang akan sedikit marah dan setelag dia membujuk kami akan baik kembali.Elkan adalah Abang letingku di kampus. Kami bertemu dan akrab setelah acara sambutan mahasiswa baru. Kami sama-sama mengambil mata kuliah bisnis. Makanya kami saling mendukung satu sama lain.
Keluargamu bukan KeluargakuPart 45POV Kania"Ya nggak papa. Kan Kania aja nggak keberatan kok," balas Bang Reno santai. Aku menepuk jidat."Dia cuma sekretaris," balas Pak Bara kesal."Yaudah kalau gitu, kamu pindah ke meja Abang aja yuk," ajak Bang Reno sambil tersenyum ke arahku."Berani kamu ninggalin saya?" tanya Pak Bara lagi padaku. Ya Tuhan, anugerahkan hamba jurus menghilang.Belum juga aku menjawab tawaran dari Bang Reno, tiba-tiba saja ada yang datang menyapa kami."Selamat malam, Pak Bara. Senang sekali rasanya bisa bertemu di sini malam ini," sapa seseorang yang sangat aku kenal. Untuk mengalihkan pandangan, akhirnya aku memilih untuk meminum jus yang di sediakan di atas meja."Selamat malam, Pak Elkan. Saya juga sangat senang sekali bisa ikut tender yang Anda adakan malam ini," balas Pak Bara sok ramah. Wajah dingin itu tidak henti-hentinya memancarkan senyum."Wah, ada Pak Reno juga. Selamat malam Pak Reno, semoga suka ya sama jamuan makan malamnya. Ini salah satu menu
Keluargamu bukan KeluargakuPart 44POV KaniaSetelah melakukan perjalanan yang melelahkan, akhirnya kami sampai di hotel yang sudah aku booking jauh-jauh hari. Aku sengaja menyewa hotel di sini karena di hotel itu tempat kami melakukan pertemuan nanti.Belum lagi hotel ini adalah salah satu hotel terbaik di sini. Pak Bara yang menyuruhku untuk memesan hotel yang viewnya langsung menghadap ke arah laut. Dia juga sengaja menyuruhku untuk membooking kamar yang mempunyai balkon. Banyak sekali memang permintaannya."Kamar kita bersebelahan ya, Pak. Nanti kalau butuh apa-apa bisa langsung ketuk pintu," ucapku pada Pak Bara saat kami sudah sampai di depan kamar."Iya, kapan pertemuan pertama kita?" tanya Pak Bara padaku."Nanti malam jam tujuh, Pak. Ada beberapa dokumen yang harus bapak pelajari. Karena pertemuan kita kali ini sedikit susah," balasku yang membuat kening Pak Bara berkerut.Para pelayan hotel terus melakukan tugasnya, yaitu memasukan koperku dan Pak Bara. Aku memilih masuk ke
Keluargamu bukan KeluargakuPart 43Malam ini Kania sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bali besok. Dia mempersiapkan semua baju dan juha beberapa alat kosmetik yang dia rasa perlu dibawanya. Tidak lupa juga dia menyiapkan beberapa baju kerja untuk ke sana. Karena kata Pak Bara mungkin mereka akan menginap selama tiga hari di sana."Gak sekalian bawa koper aja?" Suara Ruli yang tiba-tiba masuk. Kania sempat terlonjak kaget dengan kehadiran Ruli yang tiba-tiba. Dia merutuki diri karena lupa menutup pintu tadi."Di sana bakalan lama, Bang. Tiga hari, jadi aku nggak mungkin lah bawa baju dua pasang," jawab Kania santai. Dia tidak terpengaruh dengan sindiran Abangnya itu.Ruli melangkah lebih dalam ke kamar Kania. Dia memilih duduk di sisi ranjang yang berwarna kuning. Warna kesukaan di empunya."Bagaimana dengan Reno?" tanya Ruli yang membuat Kania menghentikan aktivitasnya. Dia terdiam beberapa detik, tangan yang semula ingin memasukkan baju ke dalam tas terhenti."Memangnya kenapa denga
Keluargamu bukan KeluargakuPart 42Hai semuanya Untuk memudahkan aku menceritakan semuanya secara keseluruhan.Aku berniat untuk mengganti dari POV 1 ke POV Author.Selamat membaca dan terimakasih sudah setia membaca ceritaku.Cerita ini akan aku gratiskan sampai tamat.Namun mungkin setelah tamat, aku akan memasang koin🙏POV Author"Jadi itu makanan dari Pak Reno?" tanya Bara pada Kania dengan tatapan tajam. Kania menelan ludah dengan susah payah. Pasalnya dia tidak menyangka jika sikap atasannya akan berlebihan seperti ini."I-iya, Pak. Dan ini adalah makanan kesukaan saya," jawab Kania sambil terus menatap makanan yang ada di dalam boks putih. Ingin sekali dia langsung melahapnya, hanya saja tatapan mata Bara semakin membuatnya bergidik ngeri."Itu artinya Pak Reno membohongi saya," gumam Bara hampir tak terdengar."Mungkin Bang Reno salah dengar. Dia pikir mungkin Bapak menanyakan makanan yang tidak saya suka," jawab Kania sembarang. Bara yang mendengar itu kembali melihat Kani