Saat adik-adikku suksesPart 44Karena jatah bulanan yang menurun Yuyun sampai terlilit hutang, dari bank keliling, bank emok, sampai pada orang-orang yang dia kenal.Yuyun berhutang untuk membayar cicilan dan arisan, karena jatah dari Farman tidak cukup untuk menutupi itu semua.Hingga sampai pada titik Yuyun tidak lagi memiliki uang sepeserpun, sedangkan cicilan harus tetap dibayar, seperti bank keliling yang datang setiap hari dan bank emok yang wajib dicicil setiap minggunya, karena jika tidak, sudah habis Yuyun menjadi gunjingan anggota lainnya karena harus menanggung renteng.Yuyun kalang kabut, jangankan untuk menyicil hutang, beras saja dia tidak punya."Jual dong perhiasannya, katanya punya perhiasan banyak, masa setor emok seminggu 75 ribu aja gak bisa!""Katanya suaminya udah sukses di kota, masa nama istrinya ada di setiap bank.""Ayo bayar, kita udah bosen bayar tanggung renteng terus!"Begitulan makian yang Yuyun dapat saat dia tidak mampu menyiapkan uang sebesar 75 rib
Saat adik-adikku suksesPart 45"Apa Bibi Yuli tidak bisa membantuku sedikit saja?""Tidak bisa, mending kamu pergi ke rumah si Deti atau si Sinta, mungkin mereka bisa menampung kalian!" Sama seperti Yuli, Deti dan Sinta merupakan Bibi Hendi. Ketiga bibinya itu adalah adik dari Pak Rahman, Bapak kandung Hendi.Nasib Pak Rahman hampir sama persis seperti Nurma yang rela berjuang demi adik-adiknya sampai tidak punya harta.Perceraian kedua orang tuanya yang membuat Pak Rahman sebagai Kakak tertua mau tidak mau harus berjuang menafkahi ketiga adiknya. Karena kedua orang tua mereka lepas tangan apalagi setelah memiliki keluarga baru.Hendi masih ingat kedua orang tuanya sering bertengkar karena masalah ini, Bu Juju istri Pak Rahman merasa suaminya itu pilih kasih, dan lebih mementingkan ketiga adiknya daripada kebutuhan anak dan istrinya."Hendi juga sepatunya udah jebol, Bapak bilang tunggu panen dulu baru beli sepatu, tapi pas si Sinta yang minta sepatu langsung Bapak belikan sampai ka
Saat adik-adikku suksesPart 46"Ma, bentar lagi Tedi ulang tahun kan ya?" "Tedi tahu dari mana?""Tedi nemu foto ini, terus ada tulisan tanggalnya gitu, ini tanggal lahir Tedi kan?" Tedi menunjukkan selembar foto yang sudah usang, foto itu adalah gambar dirinya saat masih bayi."Iya, ini tanggal lahir Tedi, dan ini Tedi waktu umur 4 bulan, waktu itu Tedi di fotoin sama Mbak Ria, dan Mama minta tolong sama Mbak Ria kalau dia ke kota buat cetak fotonya, kalau gak salah waktu itu Mama bayar sepuluh ribu.""Ma, boleh gak Tedi ulang tahunnya pengen kayak teman-teman?""Kayak gimana emang?""Kalau Mama punya uang, Tedi pengen pas Tedi ulang tahun nanti Mama ke sekolah bawa kue yang ada di lilinnya, terus di bagiin deh kuenya sama Bu Guru dan teman-teman.""Oh gitu, doain ya mudah-mudahan laundry Mama rame jadi bisa dapat uang buat beli bolu.""Iya Ma, semoga laundry Mama rame terus dan makin banyak pelanggannya."Sebenarnya Nurma memiliki cukup uang untuk sekedar membeli kue ulang tahun d
Saat adik-adikku suksesPart 47"Alhamdulilah, akhirnya semua selesai juga!" ucap Nurma saat keluar dari ruang sidang.Dia langsung pulang, tidak mau membuang waktu terlalu banyak, apalagi demi urusan ini laundrynya harus tutup.[Mbak urusanku udah selesai, sekarang lagi di jalan mau pulang, sekitar jam 1 kayaknya udah nyampe laundry] Nurma mengirim pesan pada Mbak Tina, karyawannya.[Oke Mbak, nanti udah dzuhur aku otw laundry]Tempat tinggal Mbak Tina memang dekat, dia ngontrak tidak jauh dari laundry.Setelah pelanggannya bertambah banyak, Nurma kembali mencari kontrakan untuk tempat tinggal, karena ruko yang disewanya itu terlalu sempit jika digunakan untuk tempat tinggal dan tempat usaha.Tedi jarang ikut ke laundry, dia tidak betah karena di tempat usaha Ibunya itu sangat sempit, tidak ada ruang untuknya bermain. Dia lebih suka menunggu di kontrakan meskipun harus di tinggalkan selama seharian penuh oleh Ibunya, tidak jadi masalah baginya.Meskipun sibuk dengan urusan bisnisnya,
Saat adik-adikku suksesPart 48Laundry tutup lebih cepat karena Nurma akan pergi ke rumah Pak Arif. "Udah beres semua di dalam? kabel-kabel udah dicabutin?" tanya Nurma sebelum mengunci rolling door."Udah Mbak.""Duluan ya Mbak Tina!" ucap Nurma sambil menyalakan mesin sepeda motornya.Rumah Pak Arif tidak jauh dari ruko yang disewakannya.Tok tok tokTok tok tok"Assalamualaikum . . . ,""Assalamualaikum . . . ,"Cukup lama Nurma menunggu namun tak kunjung ada yang membukakan pintu."Mba nyari siapa?" tanya seseorang yang keluar dari rumah yang ada di samping rumah Pak Arif."Mau ketemu sama Pak Arif.""Pak Arif sama keluarganya udah pindah keluar kota, baru aja kemarin.""Apa? pindah?""Iya.""Jadi mereka gak akan ke sini lagi?""Enggak kayaknya, rumahnya juga mau dijual katanya.""Ya Allah,""Mba pasti kena tipu Pak Arif ya?""Loh, kok Mba tahu?""Sebelum Pak Arif dan keluarganya pergi, udah banyak orang yang datang ke sini nyari Pak Arif, ada yang nagih hutang, ada yang minta p
Saat adik-adikku suksesPart 49Selesai menolong Dewi, Mak Omis langsung pamit pulang apalagi sebentar lagi hari mulai gelap."Mak, adik ipar saya gak punya uang jadi belum bisa ngasih apa-apa sama Mak," ucap Hendi sambil menahan malu.Jika tidak punya uang, biasanya warga di sini memberi beras atau gabah sebagai tanda terima kasih kepada Mak Omis, namun apa yang akan diberikan oleh Dewi, untuk makan saja tidak ada."Ya sudah, tidak apa-apa, yang penting sudah selamat dua-duanya.""Iya Mak, maaf ya ngerepotin.""Gak apa-apa, udah ya Mak pulang dulu, belum masak di rumah, sehat-sehat Ibu dan bayinya.""Iya Mak, terima kasih."Karena hari sudah mulai gelap, Hendi mengantarkan Mak Omis pulang hawatir terjadi sesuatu di jalan."Hendi, kamu cari baju bayi bekas sana, masa cuma di pakein sarung," pinta Bu Ratri."Cari kemana Bu?""Minta sama sodara-sodara kamu, masa mereka gak punya sih.""Gak ah, malu.""Kenapa harus malu?""Ya malu lah Bu, dari awal ke sini kita udah banyak nyusahin merek
Saat adik-adikku suksesPart 50Hilda menghitung uang yang diberikan Ibunya, jumlahnya cukup banyak lebih dari sepuluh juta rupiah.Saat Lukman libur, dia ingin mengajak suaminya itu pergi ke dokter spesialis untuk menemaninya memeriksakan kandungan.Jatah libur Lukman hanya sehari dalam satu minggu yaitu setiap hari senin.Hilda menyimpan uang itu dan mengambilnya sebagian untuk membayar bon dan berbelanja semua kebutuhan dari bahan makanan sampai urusan kebersihan."Mau apa ke sini? udah gak nerima bon lagi, hutangmu sudah banyak!" baru saja tiba, Hilda sudah mendapat sambutan kurang mengenakan dari pemilik warung."Hutangku semuanya berapa?""Malas ngitung, nanti aja kalau mau bayar!""Saya mau bayar sekarang!""Emang punya duit? ini belum waktunya suami kamu gajian.""Jumlahkan saja, untuk uang itu urusanku, tidak perlu mengaitkan dengan hari gajian suami.""Alah, kayak yang benar aja!"Pemilik warung mencari nama Hilda dari buku catatan hutang, dia menghitung berapa jumlah yang h
Saat adik-adikku suksesPart 51Keadaan bayi DewiBu Ratri hanya bisa pasrah melihat tubuh mungil itu mengejang, tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa semoga cucu keduanya ini kembali sehat."Gak usah heboh lah Bu, biarin aja. Kita emang punya duit buat bawa dia ke rumah sakit? lagian udah tahu lahir dalam keadaan kayak gini kenapa harus banyak tingkah kejang segala, baru lahir udah caper!" Dewi berujar saat Ibunya tengah panik."Diam kamu Dewi!" Bu Ratri membentaknya.Beruntung, kejangnya tidak lama. Saat tubuhnya kembali seperti biasa bayi itu langsung menangis kencang."Ayo Dewi, susuin anakmu ini, kalau asinya keluar dada sama punggung kamu tidak akan sakit lagi," Bu Ratri membujuk Dewi."Gak mau, gak apa-apa dadaku sakit, yang penting bentuk tubuhku tidak rusak karena menyusui."Bu Ratri sadar, anak nomor tiganya ini memang paling keras kepala.Tidak tega melihat cucunya kehausan, Bu Ratri mencelupkan kain bersih ke dalam air putih lalu meneteskannya pada mulut bayi, kare
Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi
Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa
Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu
Saat adik-adikku suksesPart 67Farman meninggalkan Yuyun.Sadar akan kesalahannya, Yuyun hanya diam, bahkan saat Farman pergi dia pasrah, entah apa yang akan dia katakan nanti pada petugas Puskesmas saat di minta melunasi pembayaram perawatan."Gimana? badannya udah agak enakan?" tanya suster saat mengganti botol cairan infus yang habis.Yuyun hanya menggangguk."Suaminya mana Bu?" Yuyun menggeleng, tidak mengeluarkan sepatah kata pun."Tetesannya udah di atur, agak lambat sekarang. Nanti ganti lagi subuh mungkin, kalau ada apa-apa panggil aja ya," ujar suster sebelum meninggalkan Yuyun.Malam ini para petugas medis itu mungkin bisa sedikit beristirahat, karena tidak ada pasien lagi selain Yuyun.Jika Yuyun tidak ada, mungkin mereka bisa tidur nyenyak sampai pagi.Suasana di ruang UGD begitu hening, hanya suara jarum jam dinding yang menemani Yuyun malam ini.Seandainya tidak malu, mungkin dia akan berteriak minta temani, dalam hatinya berharap ada pasien lain datang yang membuat r
Saat adik-adikku suksesPart 66Lukman mengambil hati Ibu mertuanyaPak Andri berusaha mengejar Bu Lastri saat istrinya itu merajuk sampai akan pergi meninggalkan rumah, Pak Andri mencoba kembali menjelaskan apa yang dia lakukan ini semata-mata karena Hilda, demi kebahagiaan anak semata wayang mereka."Mama jangan kayak gini dong, Papa mohon. Kan sudah Papa jelasin ini demi Hilda!" ucap Pak Andri sembari menahan langkah Bu Lastri"Apa yang Mama lakuin juga sama demi Hilda, Mama gak rela kalau Hilda harus hidup susah nantinya, apa yang bisa kita harapkan dari Lukman? cuma jadi kuli di penggilingan beras, untuk makan saja sepertinya kurang."Saat mendengar kalimat yang dikatakan oleh Bu Lastri, sedikit pun Lukman tidak sakit hati apalagi marah, meski pun kata-kata itu berisi hinaan pada dirinya, Lukman merasa apa yang diungkapkan oleh Bu Lastri memang ada benarnya.Ibu mana yang menginginkan putrinya mengalami kesulitan ekonomi setelah menikah, maka dari itu Bu Lastri berusaha memisahi
Saat adik-adikku suksesPart 65Hal yang terjadi pada YuyunBu Madam meradang saat mendapat pengaduan dari tamu yang dilayani Yuyun."Gimana sih Madam, orang penyakitan disuruh kerja, lihat nih baju saya bau kena muntahan, pokoknya gak mau tahu saya minta uang balik lagi, udah malas meskipun dilayani yang lain juga!""Loh gak bisa gitu dong, kalau uang udah masuk gak bisa main cancel gitu aja.""Niat saya datang ke sini buat nyari kepuasan, bukan untuk amal, cepat uang saya balikin! kalau enggak saya panggil kawan-kawan saya yang preman pasar buat ngobrak-ngabrik warung ini!" "Iya nih iya!""Gini nih, kalah mau usahanya lancar jangan rese, oh iya sekali lagi saya ingetin yang penyakitan jangan disuruh kerja kasian banyak yang rugi nanti!"Setelah tamu itu pergi, Bu Madam langsung masuk ke kamar yang dipakai oleh Yuyun tadi.Di dalam kamar warung Yuyun terbaring tidak sadarkan diri. Bekas muntahannya tercecer sampai ke tepi ranjang."Heh, bangun Yuyun, kamu sudah saya modalin banyak
Saat adik-adikku suksesPart 64Wulan batal diadopsi."Bu gimana sih, katanya cucunya boleh diadopsi, pas udah datang orang tua angkatnya malah bikin drama kayak gini, saya malu Bu, mereka udah datang jauh-jauh tapi malah gagal.""Maaf Bi Sinta, saya juga gak tahu Dewi bakal kayak gini," ucap Bu Ratri sambil menunduk, dia merasa malu pada Bibi Sinta."Awas ya ini terakhir saya nolong kalian, setelah ini mau kalian kesusahan kayak gimana juga saya gak bakal mau lagi nolong, kapok. Niat nolong tapi malah bikin malu kayak gini!" Bibi Sinta pergi meninggalkan saung."Kamu kenapa sih Dewi? kemarin kamu ngomong katanya Wulan boleh dikasih sama orang, udah kayak gini malah bikin drama nangis-nangis, pokoknya Ibu gak mau ngurus Wulan lagi, silahkan kamu urus sendiri.""Kok Ibu tega sih, kan aku belum bisa ngurus bayi sendiri, masa tega sih.""Kamu ngomong Ibu tega? dari Wulan lahir sampai sekarang siapa yang ngurusin? apa kamu pernah nyebokin atau gantiin baju? enggak kan. Ibu ini sudah tua,
Saat adik-adikku suksesPart 63Hilda dan Lukman kembali bersatu.Pak Andri dan Lukman akhirnya bisa bernafas lega, saat dokter yang menanangani Hilda memberi kabar baik bahwa Hilda berhasil melewati masa kritisnya.Seperti sebuah keajaiban, tidak sampai satu jam Hilda pun akhirnya mulai sadar, perlahan dia bisa menggerakkan jarinya lalu matanya pun terbuka meskipun masih sedikit buram, cahaya lampu yang begitu terang membuat pandangannya silau.Hilda berusaha mengingat apa yang terjadi, namun tidak ada satu pun memori yang menempel dalam bayangannya.Dia meraba perutnya, karena tidak ingat dengan tindakan operasi caesar yang sudah ia lakukan.Dengan suara lemahnya, dia berusaha memanggil dokter atau suster yang bertugas."Alhamdulilah, akhirnya Ibu siuman juga," ucap salah seorang perawat."Saya sudah melahirkan sus? anak saya mana? kenapa kok saya ada di sini?""Ibu tenang dulu ya, jangan berpikir terlalu berat, sebentar saya panggilkan dokter dulu."Dokter pun datang lalu menjelask
Saat adik-adikku suksesPart 62Yuyun dibawa ke dukun"Gimana, sanggup gak kalau pake kambing?" tanya Mbah Toto."Berapa Mbah harganya?""Harusnya dua juta, tapi karena kamu langganan silahkan satu setengah saja!"Bu Madam dilema, jika tidak dibantu tapi Yuyun sangat menguntungkan baginya."Madam, kalau uangnya gak ada, udah jangan!" ucap Yuyun saat melihat Bu Madam melamun.Akhirnya Bu Madam tetap melanjutkan membantu Yuyun, dia pamit sebentar pergi ke atm karena tidak ada uang cash sebesar itu dalam dompetnya."Kamu tunggu, mau nyari atm dulu!" ucap Bu Madam pada Yuyun."Baik Bu Madam."Bu Madam pergi diantar oleh anak buahnya, mereka mencari atm terdekat untuk melakukan tarik tunai.Bu Madam harus mengantri terlebih dahulu karena ada beberapa orang yang juga akan menggunakan fasilitas umum tersebut.Saat tiba bagiannya, Bu Madam langsung masuk ke dalam ruangan yang cukup dingin itu. Dia masukkan kartu lalu pin kemudian memilih menu tarik tunai dan menuliskan nominal yang dibutuhkan