Tiba-tiba, salah satu anggota Pluto menoleh ke arah Ryan dan memperhatikannya dengan cermat. Ryan merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu sebelum mereka mengetahui siapa dia sebenarnya.Ryan dengan sigap berdiri dan menatap mereka dengan tajam, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak takut dengan kehadiran mereka."Sudah cukup, apa yang kalian lakukan di sini? Warung ini bukan tempat kalian melakukan pertemuan sembarangan," Ryan memperingatkan."Walaupun mau bicara atau mengadakan pertemuan, seharusnya memesan makanan dan minuman juga." Ryan menyambung kalimatnya yang tadi.Anggota Pluto tampak terkejut oleh keberanian Ryan. Mr. Black mengangguk dengan setuju dan meminta mereka untuk memesan mie ayam juga - sama seperti dirinya, meskipun mie ayam pesanannya tadi belum disentuhnya sama sekali."Percayalah, anak muda ini benar-benar berani dan tangguh. Kalian tidak akan bisa mengintimidasi dia, jadi ... pesan saja," kata Mr. Black memberikan informasi. Namun, anggota Pluto tidak terkesan
Waktu berjalan dan berlalu dengan cepat sejak pertemuan Ryan dengan Mr. Black. Ryan terus bekerja di warung mie ayam, tetap menjadi orang biasa di pasar tradisional - namun ia juga melakukan penyelidikan rahasia di malam hari.Suatu sore hari menjelang malam, sambil menunggu kabar dari timnya yang melakukan penyelidikan, Ryan duduk di meja warungnya dan meneguk minuman teh panas sementara si Bapak sedang izin pulang terlebih dahulu karena tidak enak badan. Ia tampak tersenyum ketika gadis yang beberapa waktu dipikirkannya, datang dengan berjalan cepat ke arah warung. Gadis itu datang lagi dan memesan mie ayam."Selain mie ayam, ada yang lainnya?" tanya Ryan ramah."Seperti biasanya saja, mas. Terima kasih," gadis itu menjawab ramah."Ok, ditunggu, ya!" jawab Ryan mengacungkan jari jempolnya.Ryan sibuk menyiapkan pesanan gadis tersebut, juga menyadari beberapa orang mencurigakan di sekitar tempat. Dia merasakan bahwa sesuatu akan terjadi malam ini.Tapi sudut matanya melihat ke arah si
'Huhff, semoga dia bisa jaga diri.'Ketika Ryan berusaha meredakan kegelisahan hatinya, tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan terbuka lagi. Kali ini yang masuk adalah Mr. Black, sementara kedua anggota Pluto - pengkhianat yang tidak tahu jika berhadapan dengan Minerva, yang sebelumnya bertugas menjaga Ryan berdiri di sisi pintu seakan menjadi penjaga.'Apakah mereka berdua juga bekerja untuk Mr. Black?' tanya Ryan dalam hati."Tuan Muda Ryanoir, sepertinya kamu memperlihatkan sikap yang tidak sopan bagi tamu," kata Mr. Black dengan suara yang sepertinya menegur Ryan dengan tatapan sinis."Sudahlah, aku juga tidak akan bicara apa-apa meski kalian memintanya," sahut Ryan mempersingkat pembicaraan antara dia dan Mr. Black.Ternyata, Mr. Black mengenalinya sebagai Tuan Muda Ryanoir. Dan itu tidak bisa dipungkiri jika Mr. Black memang memiliki informasi yang akurat tentang dirinya - padahal sedang menyamar.Sementara dua anggota Pluto yang bekerja untuknya justru tidak tahu jika ketua Pl
Ryan terikat erat oleh tali di kursi kayu tua di sebuah ruangan kosong yang dijaga oleh beberapa pengkhianat dunia - musuh besar kelompok Pluto, musuh besar Mr. Black juga."Sadarlah, anak muda. Apa pun yang kau cari, kau akan menemukannya di neraka, hahaha ... Anggotaku akan segera membunuhmu," ujar salah seorang musuh yang ada di depan wajahnya sambil mengancam."Saya tidak akan menyia-nyiakan hidup saya dengan cara seperti itu. Dan saya tahu, siapa pun yang berada di balik semua ini akan segera terungkap," balas Ryan dengan suara yang tegas namun penuh keyakinan - tidak mengenal rasa takut."Cuih! Besar juga nyalimu," teriak orang itu sambil meludah di wajah Ryan.Namun, Ryan menoleh sehingga ludah orang itu tidak mengenai wajahnya, tapi ke bahunya yang terbungkus kaos. Hal ini membuat orang itu marah dengan wajah memerah padam, merasa disepelekan oleh pria muda yang tidak punya nilai apa-apa di matanya.Ryan sadar jika saat ini ia sedang berada dalam situasi yang sangat bahaya, da
"Kita tidak bisa kembali ke warung mie ayam, besar kemungkinan orang-orang jahat itu akan kembali datang mencarimu."Ryan menatap Ardilla dengan penuh perhatian. Dia melihat dalam tatapan Ardilla dan merasakan kegelisahan yang tersembunyi di dalam hatinya. Dia ingin tahu apa yang terjadi dan mengapa Ardilla merasa begitu terpukul dan takut jika terjadi sesuatu padanya."Apa kau peduli denganku?" tanya Ryan menatap lekat wajah si gadis - yang ternyata bernama Ardilla.“Ardilla, aku tahu kamu merasa terluka. Bisakah kamu menceritakan padaku apa yang terjadi? Dan bagaimana caranya kamu menemukan keberadaanku?" Ryan kembali bertanya karena hadis tersebut seperti gelisah dan tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukannya.Ardilla masih terdiam, kemudian menarik nafas dalam-dalam dengan mata terpejam. Dia menutup matanya sebentar dan kemudian membuka kembali, keinginan untuk berbagi semakin kuat karena selama ini dia tidak pernah merasa nyaman dengan siapapun.Dan entah kena
"Jadi, mau kemana kita sekarang?" Ryan bertanya untuk mengalihkan topik pembicaraan."Kemana? Aku tentu saja pulang," ujar si gadis tanpa menoleh.Ryan mengangguk samar, paham dengan maksud jawaban si gadis. Tapi sayangnya, tujuannya hanya ada di warung mie Ayam tempat keduanya sering bertemu selama ini - di mana orang-orang jahat itu suka berkumpul. Ia tidak punya tempat tinggal, dan si bapak pemilik warung mie ayam memberikan kebebasan padanya untuk tinggal dan tidur di warung tersebut setelah warungnya tutup."Apa di kontrakan kami ada kamar lain? Umm, maksudnya ... jika tidak ada, a-ku bisa tidur di mana saja di lantai rumah kontrakan kamu." Ryan berharap Si gadis mau mengajaknya pulang ke rumah kontrakannya."Tidak bisa. Aku tidak bisa mengajakmu pulang," sahut si gadis dengan cepat.Ardilla telah memutuskan untuk mengambil risiko dan mencoba untuk kembali ke sana untuk mencari tahu kebenaran tentang kematian kedua orangtuanya.Hal ini membuat Ryan terkejut, takut jika kisah masa
Ardilla merasakan kesedihan yang mendalam, tapi ia memilih untuk tetap pada tujuan utama - mencari kebenaran terlebih dahulu tentang pembunuhan orang tuanya belasan tahun yang lalu. Ia melanjutkan perjalanan dengan menelusuri satu jalan dan bangunan demi bangunan, sampai ia melihat sebuah pintu masuk menuju sebuah gedung pencakar langit yang sudah tak terawat."Tempat ini beberapa kali muncul dalam ingatanku, juga dalam mimpiku. Tempat kejadian perkara yang sebenarnya, atau ... " gumam Ardilla dalam hati, merasakan rasa ragu dan juga keberanian yang tumbuh di dalam dirinya."Mungkin dengan masuk ke dalam aku akan menemukan petunjuk," gumamnya lagi.Gadis itu bergegas untuk memasuki gedung itu dan mulai mencari-cari petunjuk yang mungkin ada di dalam sana, mengedarkan pandangan ke seluruh tempat untuk mengingat segala sesuatu yang tersimpan dalam memori di waktu kecil. Setelah beberapa lama, ia menemukan sebuah lemari tua yang sepertinya sudah rusak dengan berisi barang-barang yang tid
Setelah beberapa saat, taksi itu akhirnya berhenti di sebuah warung makan kecil di jalan yang ada di pinggir hutan - karena ini jalan lintas. Tempat itu tampak sepi, tapi Ryan dan Ardilla memutuskan untuk masuk setelah sopir tersebut memberikan informasi bahwa setelah ini mereka akan memasuki jalur yang panjang dan itu hanya hutan-hutan saja."Mau makan apa?" tanya Ryan sambil membuka daftar menu yang tergantung di dinding warung.Ardilla hanya memilih untuk pesan nasi goreng dan es teh manis. Dia terlalu gelisah dan tidak bisa memikirkan apa yang harus dipesan."Kamu terlihat gugup. Apa yang terjadi?" tanya Ryan lagi - memperhatikan."Itu hanya perasaan yang aneh, aku juga tidak tahu kenapa," jawab Ardilla dengan senyum memaksa.Ryan merasa bahwa jawaban dan sikap Ardilla tidak bisa diandalkan dan itu sangat mengganggunya, terutama ketika mereka sudah memutuskan untuk menjadi bagian yang sangat berbahaya dalam misi mereka."Aku rasa kamu harus belajar untuk mengendalikan perasaanmu d