Ardilla merasakan kesedihan yang mendalam, tapi ia memilih untuk tetap pada tujuan utama - mencari kebenaran terlebih dahulu tentang pembunuhan orang tuanya belasan tahun yang lalu. Ia melanjutkan perjalanan dengan menelusuri satu jalan dan bangunan demi bangunan, sampai ia melihat sebuah pintu masuk menuju sebuah gedung pencakar langit yang sudah tak terawat."Tempat ini beberapa kali muncul dalam ingatanku, juga dalam mimpiku. Tempat kejadian perkara yang sebenarnya, atau ... " gumam Ardilla dalam hati, merasakan rasa ragu dan juga keberanian yang tumbuh di dalam dirinya."Mungkin dengan masuk ke dalam aku akan menemukan petunjuk," gumamnya lagi.Gadis itu bergegas untuk memasuki gedung itu dan mulai mencari-cari petunjuk yang mungkin ada di dalam sana, mengedarkan pandangan ke seluruh tempat untuk mengingat segala sesuatu yang tersimpan dalam memori di waktu kecil. Setelah beberapa lama, ia menemukan sebuah lemari tua yang sepertinya sudah rusak dengan berisi barang-barang yang tid
Setelah beberapa saat, taksi itu akhirnya berhenti di sebuah warung makan kecil di jalan yang ada di pinggir hutan - karena ini jalan lintas. Tempat itu tampak sepi, tapi Ryan dan Ardilla memutuskan untuk masuk setelah sopir tersebut memberikan informasi bahwa setelah ini mereka akan memasuki jalur yang panjang dan itu hanya hutan-hutan saja."Mau makan apa?" tanya Ryan sambil membuka daftar menu yang tergantung di dinding warung.Ardilla hanya memilih untuk pesan nasi goreng dan es teh manis. Dia terlalu gelisah dan tidak bisa memikirkan apa yang harus dipesan."Kamu terlihat gugup. Apa yang terjadi?" tanya Ryan lagi - memperhatikan."Itu hanya perasaan yang aneh, aku juga tidak tahu kenapa," jawab Ardilla dengan senyum memaksa.Ryan merasa bahwa jawaban dan sikap Ardilla tidak bisa diandalkan dan itu sangat mengganggunya, terutama ketika mereka sudah memutuskan untuk menjadi bagian yang sangat berbahaya dalam misi mereka."Aku rasa kamu harus belajar untuk mengendalikan perasaanmu d
Ryan melanjutkan mengemudi dengan cepat dan hati-hati, mencoba untuk melewati jalan setapak yang curam. Saat mobil mencapai puncak bukit dan melalui tikungan tajam, mereka melihat sesuatu yang mengejutkan."Apa itu?" Ardilla bertanya, melihat kerumunan orang yang terlihat sangat ramai dan tidak biasa di dalam hutan.Ryan mengerutkan keningnya sebelum akhirnya memutuskan untuk memutar balik kendaraannya dan mengarah ke sana. Saat mereka semakin dekat, mereka melihat sebuah panggung kecil di tengah kerumunan, di mana seorang pria yang gagah dengan pakaian serba mahal sedang berbicara.Pria itu terlihat seperti pemimpin The Warr, namun tidak ada Mr. Black di antara orang-orang. Dan Ryan merasa senang bisa melihat pemimpin pengkhianatan dunia di tempat yang seperti itu. Ia memperlambat kendaraannya dan mencari tempat parkir yang nyaman dan terdekat agar tidak terlalu mencolok. Mereka tetap tersembunyi dari pandangan "Pria" itu dan pengikutnya."Mereka tidak boleh tahu kalau kita di sini.
Ardilla tampak malu-malu dengan wajahnya yang terlihat memerah. Ia ingin bertanya pada Ryan tentang kedekatan mereka, tapi tak mampu untuk berbicara dengan lancar."Ryan, aku ... aku hanya ingin tahu apakah kamu merasa ... berbeda dengan aku? Kita sudah melewati banyak rintangan dalam perjalanan ini, dan aku merasa seperti ... kita semacam memiliki ikatan yang kuat," kata Ardilla dengan suara pelan."Apakah kita ... bisa menjadi lebih dari teman?" tanya Ardilla cepat, yang akhirnya melontarkan pertanyaan itu.Ryan terdiam sejenak, seakan terkejut dengan pertanyaan Ardilla. Namun, ia kemudian tersenyum dan mengambil tangan Ardilla dengan lembut."Aku selalu merasa ada satu hal yang membuat kita berdekatan, Ardilla. Dan aku sangat senang jika kita bisa lebih dari sekadar teman," kata Ryan dengan tulus.Ardilla tersenyum bahagia, merasa sangat beruntung bisa menemukan seseorang yang seperti Ryan di tengah kesulitan yang sedang dihadapinya.Malam itu mereka berbicara dengan rasa bahagia d
"Kita periksa sekitar dengan teliti," perintah salah satu dari mereka - yang kemungkinan besar adalah orang kepercayaan Ryan.Tak lama kemudian, mereka menemukan jejak mobil yang rusak sebelah di tepi jalan. Mereka berusaha mengikuti jejak mobil tersebut untuk mengetahui keberadaan Ryan.Mereka terus mencari jejak pemimpin mereka - Minerva, karena yakin bahwa tempat inilah yang sudah diinfokan Ryan saat menghubungi mereka tadi."Berpencar ke beberapa titik, sampai ke perkampungan juga. Siapa tahu Minerva berjalan terlebih dahulu untuk mendapatkan pertolongan juga tempat bersembunyi!""Siap, laksanakan!"Mereka terus mencari sampai 2 atau 5 KM dari tempat di mana mobil Ryan ditemukan. Tapi sesampainya di sebuah desa terpencil, mereka menemukan sebuah rumah besar yang kelihatannya sangat gelap dan cukup menyeramkan. Namun mereka tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir, karena terdengar suara gaduh dari dalam rumah."Sepertinya ada orang," tebak saru dari mereka."Kita periksa dulu, d
Sementara itu, Adam - pengacara keluarga Herlambang, yang diberikan wewenang kepercayaan oleh Ryan untuk memegang kendali atas perusahaan Herlambang, sudah tidak sanggup lagi menangani. Ia perlu bicara dengan Ryan soal ini, tapi ia kesulitan untuk menghubungi Ryan karena ia tahu jika Ryan tidak membawa ponselnya saat pergi.Adam kebingungan hingga ia ingat dengan email yang pernah digunakan Ryan untuk menghubungi dirinya saat masih berkasus dengan Selly - istrinya Ryan yang telah tiada."Semoga nagih ada," harap Adam mulai bekerja dengan serius.Adam duduk di depan laptopnya dan menscroll layar untuk mencari email Ryan-noir yang sudah tertimbun dengan ratusan bahkan ribuan email lainnya. Akhirnya ia mencari saja, berharap segera menemukan email tersebut karena takut jika ternyata emailnya sudah pernah dihapus.Tak lama kemudian email tersebut ditemukan. Pria itu segera membuka akun email Ryan-noir dengan hati-hati. Setelah memasukkan nama pengguna dan kata sandi, ia mencari pesan dari
Sementara itu, di suatu tempat yang digunakan untuk sebuah pertemuan rahasia.Suara gelas yang bergemuruh mengisi udara ketika empat pria yang berpakaian rapi sedang bersulang kemudian kembali duduk di sekitar meja konferensi, membahas usaha bisnis terbaru mereka. Mereka semua mengenakan jas mahal dan memberikan penjelasan tentang kesuksesan mereka di dunia bisnis ini."Jadi, para tuan-tuan, coba jelaskan satu persatu rencana kita kedepannya. Ini biar saya mengerti dan lebih jelas," kata pria pertama, yang mengunakan dasi motif salur."Kita membuat perusahaan shell untuk mencuci uang, lalu mengalirkannya ke rekening luar negeri. Dari sana, kita bisa berinvestasi dalam bisnis yang sah sambil menjaga tangan kita tetap bersih. Bukankah begitu?" tanyanya kemudian."Ya, itulah gagasan dasar kita," menjawab pria kedua dengan dasi hitam polos."Kita hanya perlu memastikan kita memiliki orang yang tepat di tempat untuk membuat semuanya berjalan lancar," terangnya kemudian sambil melihat ketig
John tetap bungkam sejenak, tapi akhirnya menjawab dengan suara rendah, "Baiklah, saya akan memberikan informasi yang saya punya, tapi hanya jika Anda bisa memberikan perlindungan kepada saya dan keluarga saya."Linda langsung mengangguk setuju, dan mereka mulai berbicara. John menjelaskan segala hal yang dia ketahui tentang keempat pria itu, termasuk siapa yang merekam percakapan mereka dan bagaimana itu semua terjadi."Tolong berikan waktu untuk mengumpulkan pikiran saya dan memikirkan apa yang harus saya lakukan," kata John dengan suara gemetar.Linda meresponsnya dengan mengangguk, mengerti dengan maksud yang diinginkan pria tersebut. "Baiklah, saya akan memberikan waktu padamu. Namun, pastikan Anda memberikan semua informasi yang benar kepada kami. Karena jika tidak, konsekuensinya bisa sangat berat."Setelah itu, Linda meninggalkan John dan kembali ke markasnya. Dia bertemu dengan Romy dan memberikan bukti dan keterangan baru yang dia dapatkan dari John."Saya pikir kita sudah d