Ryan memulai hari barunya dengan energi yang menggebu-gebu. Dia berjalan ke meja kerjanya dengan daya tarik tersendiri, begitu percaya diri dan memulai mengatur agenda hariannya."Tidak ada yang bisa menghentikan kita," gumam Ryan pada dirinya sendiri sambil tersenyum - seakan-akan berbicara dengan tubuh Ryanoir.Tapi tiba-tiba, Ryan melihat sesuatu yang mencurigakan di layar komputernya. Ada file yang misterius dan tidak disengaja dia temukan pada saat sedang membaca email dari salah satu karyawannya.Ryan membuka file tersebut dan menemukan foto yang cukup mengejutkan. Foto itu menampilkan beberapa orang berseragam hitam yang sedang berdiri di dekat patung Pluto, yang tentunya Ryan tahu itu adalah Pluto kelompoknya."Itu siapa?" tanya Ryan pada dirinya sendiri sambil memandangi foto tersebut.Ryan merasa aneh dengan situasi tersebut dan ia memutuskan untuk segera mengirimkan email ke karyawan tersebut, memasukkan foto tersebut dan bertanya tentang asal mula fotonya. Tapi sebelum itu
Esok harinya, Ryan bangun lebih awal daripada biasanya. Setelah membersihkan diri, Ryan memakai pakaian yang lebih santai daripada biasanya - pakaian kerja, dan keluar dari rumah untuk memulai petualangan yang sudah direncanakan.Ryan mengendarai motor - tapi bukan moge, hanya motor biasa lengkap dengan helm dan sarung tangan serta sepatu olah raga biasa, bukan yang mewah lalu segera berangkat untuk berjalan-jalan menuju pedesaan. Dia merasa begitu bebas dan terbebaskan dari rutinitas sehari-harinya sebagai seorang Ryanoir.Setelah beberapa lama kemudian, Ryan tiba dipinggir kota. Pria muda yang kaya raya itu terus saja melajukan motornya menuju ke sebuah tempat yang diyakini sebagai tempat yang akan memberikannya sebuah ketenangan."Kok rasanya enak ya, bebas seperti ini?" gumam Ryan pada dirinya sendiri saat mengendarai motornya."Tidak ada yang mengenali siapa aku," gumamnya sambil terus tersenyum senang.Saat masuk ke daerah yang sepi - karena sudah memasuki perkampungan atau desa
Pria itu semakin marah melihat perlakuan Ryan yang mengabaikannya. Ia kemudian melangkah mendekati Ryan dengan perlahan, senjata tetap di tangan. Ryan tetap diam, namun ia siap dalam posisi bertahan jika ada serangan.Pria itu terus mendekat, mengarahkan pisau ke arah Ryan. Namun, Ryan masih tenang dan mengambil posisi berdiri yang tepatnya. Dia kemudian mengelak serangan pisau dengan refleks yang cepat, dan membalasnya dengan tendangan cepat ke arah dada pria itu.Pria itu terlempar jauh ke belakang, menghantam pohon yang ada di samping jalan. Ryan mendekatinya dengan berjalan lambat, sambil memperhatikan pria itu dengan cermat."Sudah waktunya kau menyerah," kata Ryan dengan wajah tenang."Cih! Dalam mimpimu saja!" sahut pria itu dengan tatapan tajam dan raut wajah yang tak suka.Pria itu tentunya tidak ingin menyatakan dirinya menyerah, lalu kembali melawan dengan lebih keras lagi. Ryan menghindari serangan-serangan yang dilakukan oleh pria itu, dan mengirimkan beberapa pukulan ke
Ryan sudah kembali ke aktivitasnya seperti biasa di kantor. Ia menghabiskan waktu dengan memeriksa kembali laporan keuangan dan anggaran yang akan digunakan untuk proyek terbaru mereka. Namun, pikirannya tidak bisa lepas dari gadis yang ia temui di gunung kemarin."Ada apa dengan diriku?" Ryan mengusap wajahnya dengan gusar karena perasaan yang tidak biasa ini.Bahkan, setiap kali Ryan melihat staf perempuan di kantor, dia merasa seperti melihat wajah Alicia. Ia merasa sedikit gila dengan pikirannya sendiri. Ia selalu membayangkan bagaimana hari-hari bersama Alicia jika mereka menjadi lebih dekat.Pada saat rapat proyek, Ryan menemukan dirinya sering kali tidak berkonsentrasi pada pembahasan yang sedang berjalan. Ia sulit berfokus dan merasa pusing.'Arghh ... aku sudah gila!' runtuk Ryan dalam hatinya - karena tidak pernah mengalami hal seperti ini."Coba periksa lagi kesalahan di laporan keuangan tahun lalu," ungkap Ryan pada staf keuangan - setelah kembali berkonsentrasi."Baik pak
"Aku tidak tahu," kata Alicia ragu-ragu."Mungkin kita harus bersabar untuk melihat, kemana kisah ini akan membawa kita saat kita kembali ke kehidupan masing-masing." Gadis itu ternyata tidak mudah baper, meskipun keadaan telah membuat mereka sedekat satu sama lain.Ryan membisu sejenak. Ia merasa seperti ada yang hilang saat Alicia mengatakan hal tersebut, dan ia sedikit egois karena merasa ini bukan dirinya - yang terlalu memikirkan perasaan. Ia tahu akan berat untuk menjaga perasaannya - untuk dirinya sendiri, namun ia tidak mau terburu-buru dalam memutuskan apapun. Ia berharap Alicia juga mempunyai pikiran dan perasaan yang sama, walaupun saat ini gadis tersebut tidak mengakuinya.Pada akhirnya, mereka kemudian memutuskan untuk pulang bersama-sama. Ryan menawarkan untuk mengantarkannya pulang, dan gadis itu terlalu sungkan untuk menolak. Mereka menaiki mobil Ryan dan Ryan memutuskan untuk menyalakan musik supaya tidak terlalu emosional saat mereka diam tanpa bisa berkata-kata, nan
Beberapa hari berlalu, Ryan masih sibuk dengan pekerjaannya. Namun, ia tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang dirasakannya ketika melihat Adam. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, namun tidak dapat mengetahuinya dengan pasti.Hal ini membuat Ryan semakin tidak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Ia terus memeriksa laporan-laporan dan mengatur jadwal-jadwal, namun pikirannya selalu kembali kepada Adam dan kecurigaannya.Sampai pada suatu waktu, Ryan menerima telepon dari asistennya. "Tuan Muda, saya ada kabar buruk."Ryan langsung merasa gelisah mendengar kalimat itu. "Apa kabar buruk itu?""Asisten pengacara Adam, Elena, telah dibunuh di kantornya." suara asisten Ryan terdengar serak karena shock.Ryan merasa seperti ada pukulan telak di dadanya. Ia tidak mengerti apa hubungan kematian Elena dengan Adam dan identitas perampok yang mereka tangani sebelumnya. Namun, ia yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi.Tanpa berpikir panjang, Ryan langsung bergegas menuju kantor Elena b
Ryan cepat-cepat berlari kembali ke ruangan sebelah dan berhenti di depan tempat duduk Alicia. Ia berharap belum terlambat untuk meminta maaf pada gadis itu."Maaf, sudah menunggu lama sekali," kata Ryan ketika ia duduk kembali di samping Alicia. "Maaf, tadi ada urusan yang terpaksa aku lakukan," imbuhnya kemudian."Ah, tidak masalah." Alicia menjawab dengan senyumannya yang manis.Ryan merasa malu karena membuat Alicia harus menunggunya selama itu. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang dan melanjutkan pembicaraan yang sempat ditunda.Alicia sendiri tidak pernah menyangka jika Ryan memiliki posisi yang sangat penting di perusahaan Herlambang ini. Gadis itu memang belum sepenuhnya tahu bahwa Ryan adalah Tuan Muda Ryanoir."Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu," celetuk Alicia yang membuat Ryan mengerutkan keningnya."Hm, apa?" tanya Ryan ingin tahu apa yang ingin diketahui oleh gadis itu."Apakah k-amu, emh ... maksudku, Anda ... adalah Tuan Muda Ryanoir?" Akhirnya, gadis itu mengajuk
Sayangnya, Ryan tidak bisa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di otaknya lewat internet - setelah beberapa kali mencoba mencari. Nyatanya, Alicia tidak memiliki profil lengkap sehingga Ryan harus bekerja lebih keras untuk mencari tahu identitas asli Alicia. Gusar dan kesal, akhirnya Ryan memutuskan untuk memasang penyadap pada Alicia. Alat sadap mini, yang dulu pernah ia pasang pada sepupunya Selly. Alat sadap yang berukuran sangat kecil sehingga tidak disadari keberadaannya oleh orang yang menjadi targetnya."Ok, aku akan memasang penyadap pada ponselnya ... atau anggota tubuhnya saja.. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mengungkap siapa sebenarnya Alicia," gumam Ryan dalam hati.Ryan segera mengoperasikan - mendesain dan memproduksi penyadap tersebut dan bersiap untuk memulai misi pencariannya. Dia tidak sabar untuk mengungkap identitas sebenarnya dari gadis yang telah mencuri hatinya itu, meskipun juga mencurigakan karena mengetahu